Bagaimana Tren Metaverse di Masa Depan?


Berpotensi berkembang di masa depan. (Foto: Unsplash/stephan sorkin)
METAVERSE menjadi istilah dan teknologi baru yang muncul di masa pandemi COVID-19, terlebih sejak Facebook mengubah namanya perusahaannya menjadi Meta. Lalu, bagaimana nasib metaverse di masa depan? Apakah semua aktivitas akan pindah ke metaverse?
Mengutip laman ANTARA, Rabu (4/5), pencarian kata metaverse meningkat 1.500 persen dengan tingginya minat masyarakat untuk mengetahui apa metaverse itu sebenarnya dan hal apa yang akan berubah karena metaverse. Konsep dari metaverse adalah sebuah solusi untuk menjadi jembatan antara ruang, waktu, dan ide.
Jika sebelum pandemi komunikasi tatap langsung menjadi hal yang utama, di masa pandemi COVID-19, masyarakat terbiasa melakukan aktivitas dari tempat yang berbeda-beda, alias remote work. Maka, makin kuatlah metaverse untuk dapat diwujudkan menjadi ruang baru mengakomodir realitas dan pemanfaatan virtual.
Baca juga:
"Jakarta Metaverse" Bangkitkan Kolaborasi Lintas Sektor Kreatif

Dalam siaran pers Sekuya Multiverse yang dikutip ANTARA, ketika metaverse sudah secara umum digunakan, masyarakat mungkin saja menemukan hal-hal baru yang belum pernah ada. Seperti bangunan yang unik, kendaraan di masa depan, cara berpakaian yang futuristik, bahkan tidak menutup kemungkinan masyarakat memiliki rumah digital di metaverse.
Oleh karena itu di 2022, beberapa perusahaan global memulai transformasi digital dengan membangun jaringan ke metaverse seperti Nike dan Samsung yang membuka toko virtual Decentraland. Adidas menggaet Yuga Labs yang ada di balik karakter NFT terkemuka Bored Ape, membeli tanah virtual.
Institusi besar lain seperti Disney, Square Enix, Walmart, memilih untuk mengembangkan mata uang digital dan metaverse-nya sendiri. Selain perusahaan, pemerintah-pemerintah dunia juga ikut berpartisipasi membangun metaverse seperti Korea Selatan dan Indonesia.
Baca juga:

Perkembangan metaverse di Indonesia terbilang progresif karena saat ini tengah membangun metaverse bersama dengan WIR Group. Nantinya akan ada kota-kota virtual untuk pelancong yang dihadirkan dalam puncak pelaksanaan G20 yang berlangsung di Indonesia pada akhir 2022.
Ada pun tujuan yang berubah dan mungkin terjadi dengan kehadiran metaverse, salah satunya budaya kerja. Secara tidak sadar, masyarakat sudah mulai beradaptasi dengan berbagai aktivitas secara virtual. Salah satu survei menunjukkan lebih dari 51 persen karyawan di AS memilih untuk bekerja secara daring, sehingga mereka dapat memiliki keleluasaan dan tetap produktif.
Keuntungan berinteraksi di dunia digital atau metaverse adalah kita bisa mengeluarkan karakter yang berbeda atau lebih menjadi diri kita sendiri. Dengan bentuk karakter yang bisa dipilih sesuka hati, lewat metaverse, kemungkinan terjadinya hubungan sosial yang lebih setara tanpa memandang status sosial, umum, hingga perbedaan generasi sangatlah besar. (and)
Baca juga:
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Spesifikasi OPPO Find X9 Mulai Bocor, Sudah Muncul di Database NBD Vietnam

iPhone 18 Pro Berencana Adopsi Desain Semi-transparan, Jadi Keputusan Paling Berani?

Vivo X300 Bakal Jadi Pesaing iPhone 17, Punya Fitur Mirip AirDrop

Casing Samsung Galaxy S26 Ultra Bocor, Desain Barunya Jadi Sorotan

Gucci, Balenciaga, dan Alexander McQueen Diretas, Hacker Sandera Data Pribadi Pelanggan

Keberadaan AI Dalam Kehidupan Manusia Menjadi Keniscayaan saat Zaman makin Canggih

Akademisi Sebut AI hanya Kopilot, tak akan Gantikan Manusia

Ngeri Banget! OPPO Find X9 Pro Tembus Skor 4 Juta Poin di AnTuTu

iOS 26 Sudah Rilis, ini Daftar iPhone yang Kebagian Update beserta Fitur Barunya

iPhone 18 Isyaratkan Pakai Dynamic Island Lebih Kecil, Face ID Bawah Layar Belum Siap
