Yuk Intip Pameran Cuci Benda Pusaka di Museum Nasional

Fredy WansyahFredy Wansyah - Sabtu, 22 Agustus 2015
Yuk Intip Pameran Cuci Benda Pusaka di Museum Nasional

Jamasan benda pusaka di Museum Nasional, Jaktim, Sabtu (22/8). (Foto: MerahPutih/Muhammad Saiful Hadi)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih Budaya - Cuci benda pusaka bagi sebagian masyarakat merupakan ritual sakral. Nilai mistis menjadi capaian utamanya. Seiring zaman, tradisi cuci benda pusaka yang biasa di lakukan saat Muaharam atau Maulid itu kini mulai meredup.

Di Museum Nasional, Jakarta Timur, tradisi yang biasa disebut jamasan pusaka ini diperagakan pada 22-23 Agustus 2015. Peragaan tradisi ini pun dibuka untuk pengunjung museum.

Drs Sumar Purnomo, kurator Museum Pusaka TMII, memperagakan pembersihan beberapa keris koleksi Museum Pusaka TMII dan milik pribadinya, Sabtu (22/8). Salah satunya keris masa Hamengkubuwono VII.

"Melakukan jamasan pusaka itu ibarat merawat diri sendiri. Kalau manusia memberishkan diri dengan mandi kalau keris dilakukan jamasan supaya karatnya hilang," ujarnya.

Sumar menjabarkan, ada beberapa proses yang harus dilakukan dalam jamasan. Pertama, merendam pusaka. Proses ini merendam keris dengan air kelapa tua (asam lemah) selama beberapa hari. Perendaman bergantung kadar kotoran dan karatnya.

Selanjutnya membersihkan dengan cara menyikat. Proses ini menggunakan buah jeruk nipis dengan sikat halus. Bilah besi digosok dengan alur mulai dari pesi sampai ganja terus kepucuk, terus dilakukan hingga bilah keris menjadi putih keperakan.

Selanjutnya Mewarangi. Tujuan proses werangan untuk menumbuhkan atau menampilkan gambaran pamor pada permukaan bilah keris,sekaligus untuk menambah keawetan Keris. Bahan utamanya ialah kristal warang (serbuk warang). Kadangkala diganti dengan bahan warang arsenikum (Ar) tetapi hasilnya tidak sebaik warang kristal yang alami.

Terakhir, memberikan wewangian dan meminyaki bikah keris. Tahap ini merupakan tahap pemeliharaan yang menjaga agar keris tidak berkarat, sehingga proses inu merupakan tahap yang harus dilakukan setiap sebulan sekali. (hdi)

Baca Juga:

150 Keris Pusaka Dipamerkan di DPR

Kisah Adam Hawa melalui Pementasan Wayang di Museum Nasional

#Budayawan
Bagikan
Ditulis Oleh

Fredy Wansyah

Berita Terkait

Indonesia
Budayawan Banyumas Sebut Ucapan Ndasmu dari Prabowo Merupakan Kalimat Kasar
Budayawan dan sastrawan kondang asal Banyumas, Ahmad Tohari, angkat bicara terkait polemik kata 'ndasmu' yang diucapkan capres Prabowo Subianto, yang disebut sebagai bagian dari bahasa keseharian orang Banyumasan.
Mula Akmal - Jumat, 22 Desember 2023
Budayawan Banyumas Sebut Ucapan Ndasmu dari Prabowo Merupakan Kalimat Kasar
Indonesia
Ganjar-Mahfud Dapat Dukungan Seniman dan Budayawan Solo Raya
Ratusan seniman dan budayawan Solo Raya mendeklarasikan dukungan terhadap pasangan bacapres dan bacawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dalam Pilpres 2024.
Mula Akmal - Selasa, 07 November 2023
Ganjar-Mahfud Dapat Dukungan Seniman dan Budayawan Solo Raya
Bagikan