Wilhelmina Park Pangkalpinang, Taman Wisata Asri yang Penuh Catatan Sejarah Keren


Wilhelmina Park Pangkalpinang. (Foto: instagram.com/fellydaryanto28)
WILHELMINA Park bukan hanya ada di Batavia atau Jakarta sekarang. Sebuah taman bermain dan edukasi yang diambil dari naman ratu Belanda itu juga ada di Pangkalpinang. Awalnya tempat itu bernama Taman Sari.
Wilhelmina Park terletak di pusat Kota Pangkal Pinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Lokasinya tepat di depan Alun-alaun Taman Merdeka yang sering disebut "titik nol" Kota Pangkal Pinang dan hanya berjarak 50 meter dari rumah dinas wali kota.
Sebagai kawasan bermain dan menghirup udara segar, satu hal unik dari Taman Wilhelmina yaitu karena memiliki sejumlah prasasti yang menceritakan sejumlah perjuangan dan perjalan sejarah bangsa.
Dikutip Antara, Seluruh rangkaian sejarah dalam monumen di Wilhelmina Park tersebut ditulis oleh ahli sejarah Babel Akhmad Elvian sebagai ajang pembelajaran sejarah bagi masyarakat lebih luas.
1. Prasasti di tengah Wilhelmina Park

Di bagian tengah Wilhelmina Park, ada sebuah prasasti berwarna putih yang menjulang mengenai surat kuasa kembalinya Republik Indonesia yang diserahkan Ir Soekarno kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada Juni 1949.
2. Pemindahan ibu kota Bangka

Satu monumen menceritakan tentang nilai strategis Pangkal Pinang di Pulau Bangka. Diceritakan ibu kota Keresidenen Bangka dipindahkan dari Muntok di Bangka Barat ke Pangkal Pinang pada tahun 1913.
Proses pemindahan itu juga menjadi pemisahan administrasi pemerintahan kolonia (bestuur) dengan pengelolaan pertambangan melalui pendirian organisasi Banka Tin Winning Bedryf (BTW).
Perubahan ibu kota keresidenan tersebut kemudian ditandai dengan pergantian Residen Bangka dari RJ Boers kepad AJN Engelenberg.
3. Perjuangan Depati Amir

Ada juga monumen tentang perjuangan Depati Amir yang dinilai Belanda sebagai musuh berbahaya. Depati Amir lahir pada tahun 1805. Ia merupakan putera sulung Depati Bahrin yang pada tahun 1830 dipercaya jadi depati atau pejabat setingkat bupati di Bangka.
Meski menjadi anak seorang pejabat, Depati Amir tidak mau tinggal diam sehingga memimpin masyarakat Bangka untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Perlawanan Depati Amir dan masyarakat Bangka menyebabkan Belanda mengumumkan perang dan status Bangka sebagai wilayah darurat militer (staat van beleg).
Depati Amir juga dinyatakan sebagai orang yang sangat berbahaya dan gerak-geriknya selalu dicurigai (Der Depatti Amir ist ein gefahrlicher mensch Von Verdactigem aeussern).