Varian Delta Jadi Penghalang Kesuksesan 'The Suicide Squad'


Film The Suicide Squad tidak dapat mencapai target pendapatan. (Foto: Warner Bros)
FILM The Suicide Squad gagal mengumpulkan target pendapatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah menyebarkan varian delta dari COVID-19. Film ini hanya berhasil mengumpulkan USD 26, 5 juta atau sekitar Rp 380 miliar.
Padahal, target yang ditetapkan selama penayangannya di bioskop diharapkan dapat mencapai sekitar USD 35 juta atau setara dengan Rp 503 miliar. Film Warner Bros karya James Gunn ini selain ditayangkan di bioskop juga dirilis secara bersamaan di HBO Max.
Baca juga:
Dilansir Market Watch, Jeff Goldstein selaku kepala distribusi AT&T Warner Bros mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena pemulihan kondisi industri film akibat COVID-19 membutuhkan waktu lebih lama dari pada yang diperkirakan. Terlebih kasus COVID-19 di Amerika Serikat mengalami peningkatan. Sebelumnya angka infeksi perharinya tidak pernah mencapai lebih dari 100 ribu kasus. Peningkatan jumlah kasus ini membuat beberapa orang membatasi aktivitas mereka di dalam ruangan, salah satunya bioskop.

“Para penggemar tentunya akan langsung pergi ke bioskop setelah film ini dirilis, maupun sepanjang akhir pekan. Namun, sebagian besar masyarakat mungkin tidak cukup tertarik untuk bepergian di tengah situasi pandemi,” ucap Jeff Goldstein.
Situasi ini tentunya membuat film ini mendapatkan penghasilan yang bertolak belakang dengan Suicide Squad yang dirilis pada 2016 lalu. Walaupun film ini dikecam oleh para kritikus, namun film ini berhasil mengumpulkan sebesar USD 133 juta di Amerika Serikat dan Kanada atau setara dengan Rp 1,9 triliun. Sedangkan total pendapatan film ini di seluruh dunia menghasilkan USD 745 juta atau sama dengan Rp 10,6 triliun.
Baca juga:
Sukses di Film Pertama, Aktor dan Artis Ini Tak Lagi Hadir untuk 'The Suicide Squad 2'
Tak hanya itu, keadaan box office pada saat ini juga dinilai Jeff Goldstein tidak dapat memberikan keuntungan yang besar untuk menutupi segala pengeluaran dalam memproduksi film ini. Padahal, film ini menghabiskan biaya sekitar USD 185 juta atau setara dengan Rp 2,6 triliun.
Melihat situasi yang rumit seperti saat ini, Jeff Goldstein juga mengatakan bahwa jika film ini tidak dirilis pula di platform streaming, maka Warner Bros juga kemungkinan tidak akan merilis film ini.

“Penayangan film ini pada HBO Max sebenarnya bukanlah strategi yang akan kami tetapkan jika akan merilis film di tahun 2022 mendatang. Namun jika pada tahun 2021 ini kami tidak melakukannya, maka kami merasa tidak mampu untuk memasarkan film di situasi saat ini,” ujar Jeff Goldstein.
Apabila kasus COVID-19 tidak segera mengalami penurunan, hal ini menjadi pekerjaan sulit bagi beberapa rumah produksi yang tetap harus merilis karya terbarunya. Mau tidak mau, mereka harus bekerja sama dengan platform streaming untuk mempublikasikan filmnya. (cit)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Song Kang Ho Comeback di 'Gardeners', Kisah Pegawai Negeri yang Terseret Utang

Netflix Siap Hadirkan 'The Rip', Film Thriller Kriminal Dibintangi Matt Damon dan Ben Affleck

Adaptasi Game Thriller 'Exit 8' Hadir di Layar Lebar: Misteri, Anomali, dan Ketegangan di Stasiun Bawah Tanah Tokyo

Sony & Netflix Dikabarkan Memulai Pembicaraan Awal, Bahas Sekuel ‘KPop Demon Hunters’

Kutukan Baru Hadir di 'Siccin 8', Film Horor Turkiye Paling Ditunggu Hadir di Bioskop Indonesia

Lee Byung-hun Terima Tribute Award di TIFF, Pengakuan atas Kontribusinya untuk Perfilman Global

Diadaptasi dari Novel Thriller Stephen King, Film 'The Long Walk' Bakal Uji Adrenalin Penonton

Ketegangan Zombie ala Kimo Stamboel, ‘Abadi Nan Jaya’, Meneror Netflix 23 Oktober

Lightsaber ikonis Darth Vader Terjual Rp 59 Miliar dalam Lelang

Film Ikonis Studio Ghibli 'Howl's Moving Castle' akan Diputar di Bioskop Seluruh Dunia pada September Tahun Ini
