Universitas Hasanuddin Latih Tenaga Medis untuk Polindes di Asmat


Universitas Hasanuddin Makassar. (Instagram @andrants)
MerahPutih.Com - Di tengah polemik keterlibatan kampus-kampus negeri dalam membantu masyarakat Asmat yang menderita gizi buruk, Universitas Hasanuddin telah bergerak lewat aksi nyata.
Salah satu aksi nyata Unhas yakni melalui tim medis dan kesehatan yang memberikan edukasi kepada tenaga polindes di Asmat.
Tim medis dan kesehatan Universitas Hasanuddin (Unhas) bekerja sama dengan Dompet Dhuafa dan Wahana Visi menggelar pelatihan medis dan kesehatan kepada kader dan tenaga kesehatan pondok bersalin desa (polindes) di Agats, Kabupaten Asmat, Papua.
Kepala Unit Humas dan Protokoler Universitas Hasanuddin, Ishaq Rahman di Makassar, Minggu (11/2) mengatakan pelatihan ini bertujuan memberikan edukasi kesehatan kepada mama-mama kader dan bidan-bidan setempat tentang pentingnya gizi bagi anak-anak.
Kegiatan ini diikuti oleh lima orang mama kader yang berasal dari beberapa kampung untuk menyebarkan edukasi gizi kepada warga kampung sekitar dan tujuh bidan yang bertugas di polindes atau puskermas pembantu.
Seorang anggota tim medis Unhas Prof Dr dr Nurpudji Astuti sebagaimana dilansir Antara dalam kesempatan tersebut memberikan persentasi soal gizi dan kesehatan.
Dengan bahasa yang akrab dan sederhana, Nurpudji memberikan gambaran seputar gizi. Di antaranya bagaimana mengetahui anak-anak yang mengalami kekurangan gizi, menemukan dan memanfaatkan jenis makanan lokal yang bergizi untuk anak-anak.
Pudji mengatakan kepada mama-mama kader untuk tidak mengganti jenis makanan setempat dengan jenis pangan luar, misalnya dari mengonsumsi sagu berganti menjadi nasi.
Menurutnya, tersedianya ikan mujair yang berlimpah di Agats itu bisa dijadikan sumber kebutuhan gizi lokal. Namun rupanya, jenis ikan mujair itu sangat jarang dikonsumsi ibu-ibu hamil/menyusui dan anak-anak.
"Saya tidak setuju mama kalau ada makanan di sini diganti dengan nasi. Sagu bagus tapi harus ditambahakan dengan ikan. Ikannya ditumbuk lalu diberikan ke anak-anak. Bayi 7 bulan sudah bisa makan ikan," ujarnya.
Nurpudji juga memberikan edukasi kepada mama-mama kader tersebut untuk memanfaatkan sayur-sayuran yang tersedia di sekitar kampung untuk dikonsumsi.
Kegiatan edukasi ini berlangsung terbuka, cair, dan partisipatif. Para ibu langsung merespons dan mengajukan pertanyaan kepada para guru besar dan dosen Unhas.
Para mama kader pun diajak berdiskusi secara kelompok untuk lebih jauh memberikan penjelasan sekaligus memahami secara dekat persoalan yang dialami ibu-ibu dan anak-anak. Lalu ditanggapi oleh guru besar dengan bahasa sederhana.
"Mama-mama mohon maaf, kita orang datang tidak kasih ceramah. Kita orang mo tau apa masalah mama. Nanti kita bisa bantu," kata Prof Razak Thaha.(*)
Bagikan
Berita Terkait
Mengenal 4 Fakta Menarik Mild Stimulation IVF

Apa Itu Gegar Otak: Ciri-Ciri, Penyebab, dan Perawatan yang Harus Diketahui

Kolaborasi Klinik dengan PB IDI untuk Tingkatkan Rekam Medis Elektronik
