Unik, Budaya Minum Teh di Berbagai Daerah di Indonesia

Dwi AstariniDwi Astarini - Minggu, 24 September 2017
Unik, Budaya Minum Teh di Berbagai Daerah di Indonesia

Ilustrasi. (Foto:pexels)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

BUDAYA minum teh berkembang di beberapa negara, semisal Tiongkok, Jepang, dan Inggris. Indonesia sebagai negara penghasil teh juga punya tradisi minum kopi yang unik.

Perkebunan teh pertama hadir di Indonesia pada 1828. Pemerintah kolonial Belanda ialah yang pertama kali mengupayakan penanaman teh di Nusantara. Sejak itulah usaha perkebunan teh di Jawa dimulai. Ratna Soemantri dalam bukunya yang berjudul The Story in A Cup of Tea menyebut beberapa tradisi minum teh di Indonesia. Berikut beberapa tradisi unik itu.

Teh poci. (Foto: pinterest)

1. Teh Poci dan Nasgitel dari Jawa


Budaya minum teh yang populer di Cirebon, Tegal, Slawi, Pemalang, Brebes, dan sekitarnya ini menggunakan teh wangi melati yang diseduh dalam teko tanah liat (poci) dan disajikan dengan gula batu sebagai pemanis.

Saat menikmati teh ini, gula batu tidak boleh diaduk, cukup dengan sedikit menggoyang cangkir teh. Yang pertama kali terasa di lidah saat teh poci diminum ialah rasa sepat atau pahit. Setelah gula batu perlahan-lahan larut, baru muncul rasa manis. Rupanya, proses itu memiliki nilai falsafah tersendiri, yaitu hidup ini memang pahit pada awalnya. Kalau mau bersabar, barulah kita mendapatkan manisnya.

Nyaneut. (Foto: nyaneut.com)


2. Nyaneut dari Tanah Sunda


Lain lagi budaya minumm teh di tanah Sunda. Teh umumnya diminum tanpa gula. Masyarakat di daerah perkebunan teh biasanya meminum teh hijau langsung dari kebun. Kebiasaan itu telah mengakar sejak zaman kolonial Belanda dan bisa jadi dipengaruhi banyaknya perkebunan teh di Jawa Barat. Jawa Barat juga menjadi daerah penghasil terbesar teh di Indonesia.

Dalam Nyaneut, teh yang digunakan adalah Teh Kejek. Teh ini merupakan teh khas dari daerah Cigedug.

Nyaneut biasa diawali dengan memasak air di atas anglo (tungku yang terbuat dari tanah liat) dengan menggunakan arang sebagai bahan bakar. Lalu, air yang telah matang akan dipindahkan ke poci tanah liat. Bersama dengan itu, satu sendok makan teh kejek khas Cigedug dimasukkan ke dalam poci lalu didiamkan selama beberapa saat.

Untuk menikmatinya, teh akan dituangkan ke dalam cangkir yang terbuat dari batok kelapa atau cangkir seng khas tempo dulu. Prosesi meminum teh akan diawali dengan memutar gelas teh di telapak tangan sebanyak dua kali, aroma teh dihirup tiga kali, barulah teh bisa diseruput.

Patehan. (Foto: aanprihandaya.com)


3. Patehan, minum teh ala Keraton Yogyakarta


Inilah tradisi teh ala bangsawan. Jika Inggris punya hight tea, Yogyakarta punya patehan.

Patehan dilakukan di lingkungan Keraton Yogyakarta yang dihidangkan bagi raja, keluarga, dan tamu keraton.

Nama patehan diambil dari tempat tradisi ini dilakukan, yaitu di Bangsal Patehan. Patehan merupakan ruangan khusus untuk meracik dan menyeduh minuman teh yang dihidangkan bagi raja, keluarga, dan tamu.

Prosesi patehan dilakukan sepuluh abdi dalem yang dipimpin seorang bekel. Mereka bertugas menyajikan teh serta makanan ringan kepada tamu. Sepuluh abdi dalem tersebut terdiri atas lima perempuan dan lima pria yang semuanya berpakaian adat Jawa.(*)

Baca juga Bingung Memilih Teh Yang Bagus? Ini Cara Membedakannya

Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan