Tobatenun Rayakan Perempuan dalam 3 Koleksi Terbaru


Tobatenun rilis 3 koleksi untuk kampanye #Perempuandirayakan.(foto: Merahputih.com/Tika Ayu)
MERAHPUTIH.COM - SUARA gondang khas Batak menggema di lobi main entrance Sarinah Store, Rabu (18/9). Panggung Karya Nusantara 2024 hari itu siap menampilkan karya terkini Tobatenun. Layar videotron yang jadi latar panggung kemudian memutar video singkat nan menampilakan wajah-wajah perwakilan perempuan, salah satunya artis populer Happy Salma.
Tak lama setelah video yang mengenalkan kampanye #Perempuandirayakan itu rampung diputar, para model berjalan dari sisi kiri panggung. Mereka membawakan koleksi Laga. Koleksi ini tampak sangat kental dengan spirit adat istiadat dari tanah Batak. Tenun bercorak tebal dengan liris tegak lurus berwarna terang dan gelap mewarnai koleksi ini.
Koleksi kedua, Tepi Laut, tampil lebih luwes. Koleksi ini hadir dengan warna yang lebih kalem dan tenang. Rumbai-rumbai bergantungan di sisi ujung tenun serta motif yang lebih sederhana jika dibandingkan dengan koleksi Laga.
Marlaiar, koleksi ketiga dengan potongan yang lebih modern, melengkapi koleksi untuk kampanye #Perempuandirayakan. Sebagaian koleksi ini menggunakan kain dengan teknik celup serta beberapa potong jahitan tenun Batak di sisi lainnya.
Chief Operating Officer (COO) of Tobatenun Melvi Tampubolon menjelaskan hari itu Tobatenun meluncurkan kampanye #Perempuadirayakan lewat tiga koleksi terbaru mereka. Kampanye ini terwujud karena kedekatan nilai spiritual perempuan dan awal mula keberadaan Tobatenun di industri fesyen Tanah Air.
Baca juga:
"Jadi Tobatenun ini merupakan social enterprise,” ujarnya. Sebagai social enterprise, Tobatenun telah membangun kedekatan nan intens dengan para perajin. Tobatenun kemudian melakukan pemberdayaan. Kerja bersama dengan para perajin itu terwujud apik dari sisi ekonomi dan sosial masyarakat lokal di Sumatra Utara.
Banyak koleksi Tobatenun yang ditampilkan di peragaan busana #Perempuandirayakan tercipta dari tangan para perajin. Warna-warna yang hadir di tiap koleksi Tobatenun ini merupakan racikan mereka sendiri. Dengan memanfaatkan mitra yang ada, mereka mengolah warna baju dari ekstraksi pewarna alam. Pertimbangan menggunakan pewarna alami ini sejalan dengan semangat keberlanjutan.
“Dengan semangat sustainability, kami memang sudah dari awal memakai sumber daya material yang ramah lingkungan. Jadi inovasi sebenarnya di situ. Kita lihat tadi koleksi Laga lembut sekali, adem, dipakai seharian juga enggak apa-apa," kata Melvi seraya mengelus setelan Laga high neck apron dan wrap skirt berwarna kuning kunyit yang ia kenakan.
Melvi menjelaskan sumber warna alam Tobatenun berasal dari kayu-kayuan seperti kayu Secang (Biancaea sappan), indogofera (Indigofera tinctoria), kayu mahoni (Swietenia mahagoni), kayu jior (Senna siamea), limbah mangrove, kayu merr (Arcangelisia flava), kulit jolawe (Terminalia bellirica), kayu tinggi (Ceriops tagal), daun ketapang (Terminalia catappa). "Kayu tingi, kayu secang, itu untuk warna hitam dan merah," kata dia.
Setidaknya, kata Melvi, dari beberapa sumber alam, sudah menghasilkan 40 lebih pewrna alami. Dengan begitu, khasanah warna koleksi Tobatenun bisa bermacam dan kaya. “Kami sudah menghasilkan 40 lebih pewarna alam. Ini warna-warna yang kalian lihat sekarang campuran dari material tumbuhan yang diciptakan sendiri jadi inovasi kami dari sisi materialnya. Kami berusaha menghasilkan karya secara kualitas bisa bersaing tak hanya di pasar nasional, juga tapi international," kata Melvi.
Melvi menyebut memberdayakan perajin dengan beberapa perubahan penggunaan bahan tidak mudah. Namun ia melihat bahwa mitra-mitranya itu konsiten untuk terus belajar. "Benang katun itu tipis, tapi mereka mau berlatih terus supaya bisa menenun," kata dia.
Tobatenun juga mewujudkan pemberdayaan melalui Jabu Borna. Komunitas ini, kata Melvi, menjadi garda depan melaksanakan program-program pemberdayaan pelatihan, pendampingan, juga distribusi dengan bermitra. "Mitra yang merasakan pelatihan ini kurang lebih 250. Bukan hanya pelatihan, melainkan juga terlibat mengerjakan karya-karya yang ada di-display di berbagai kanal industri," kata dia.
Jabu Borna juga menjalankan program pendampingan dan edukasi. Melvi mengatakan, di Sumatra Utara, program pendampingannya disebut Boru Dirayakan. Nama program ini dinukil dari bahasa Batak. Boru berarti perempuan. Rumah Komunitas ini terus bergerak sehingga mengumpulkan hampir 250 mitra mereka yang tersebar di tujuh kabupaten di Sumut, seperti Tapanuli, Siantar, Kota Medan, Samosir, Labuhan Batu. "Supaya lebih dekat dengan mereka," kata dia.
Melvi juga mengatakan Program Boru Dirayakan ini masih terus berjalan. Aktivitasnya bermacam mulai dari pelatihan, konsul kesehatan reproduksi, masalah kesehatan mental, hingga masalah kekerasan rumah tangga dan layanan fisioterapi.
"Jadi berusaha baik yang rural dan urban bisa bergandengan programnya bersama," kata dia.(tka)
Baca juga:
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Giorgio Armani Meninggal Dunia, Selebritas Kenang sang Ikon Fesyen sebagai Legenda

Desainer Legendaris Italia Giorgio Armani Meninggal Dunia

Chloe Malle Resmi Diumumkan sebagai Pengganti Anna Wintour Pimpin Vogue

Moscow Fashion Week Perkuat Relasi dengan Indonesia

Sepatu Nyaman Jadi Tren, Bisa Dipakai di Segala Acara

ASICS Gel Cumulus 16 Dukung Gerak Aktif dalam Balutan Gaya, Dilengkapi Teknologi Terkini untuk Kenyamanan Pengguna

The Best Jeans For Every Body: Koleksi Denim Terbaru UNIQLO Hadir Lebih Lengkap

Tampil di BRICS+ Fashion Summit in Moscow, Indonesia Soroti Industri Manufaktur Berkelanjutan

Adidas Indonesia Rayakan Keberagaman Lewat FW25 Island Series Indonesia Graphic Tees, Bawa Semangat ‘Satu Nusa Satu Bangsa’

Plaza Indonesia Fashion Week 2025: Surat Cinta untuk Mode Lokal
