Timses Jokowi-Ma'ruf Takut Narasi Ketakutan Ekonomi Jadi Kenyataan
 Wisnu Cipto - Selasa, 13 November 2018
Wisnu Cipto - Selasa, 13 November 2018 
                Presiden Jokowi membeli tempe saat blusukan ke Pasar Bogor yang berlokasi di Jalan Roda, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (30/10) malam. Foto via Twitter Sekretariat Kabinet, @setkabgoid
MerahPutih.com - Tim Kampanye Nasional (TKN) Pemenangan Pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin mengkhawatirkan kampanye yang sedang dibangun kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tentang narasi ketakutan dan pesimisme ekonomi Indonesia bisa menjadi kenyataan.
"Menciptakan ketakutan ekonomi sangat membahayakan bagi rakyat itu sendiri. Pernyataan yang negatif yang pesimistis yang disampaikan secara berulang-ulang bisa jadi akan menjadi kenyataan," kata Jubir Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily, kepada awak media di Jakarta, Selasa (13/11).
 
Menurut Ace, pernyataan yang berulang-ulang seperti itu akan dimanfaatkan para spekulan pasar untuk mencari keuntungan yang akan memicu lonjakan harga barang.
"Akan dimanfaatkan para spekulan pasar untuk meraih keuntungan ekonomi. Akibatnya harga-harga akan naik di pasar tradisional dan akhirnya rakyat akan rugi. Pedagang pasar di pasar tradisional akan merasakan dampaknya," tutur anggota Timses Jokowi itu.
Ace menjelaskan untuk mencegah kondisi itu maka Capres Petahana Jokowi mencoba menenangkan kondisi pasar dengan mengeluarkan kalimat "Politik Genderuwo" atau "Politik Sontoloyo". Apalagi, lanjut dia, Jokowi menemukan fakta berbeda ketika blusukan ternyata kondisi harga barang di pasar-pasar tradisional masih aman.
 
"Faktanya tidak benar. Pak Jokowi telah melakukan pengecekan langsung di pasar untuk memastikan harga-harga kebutuhan pokok itu apakah sesuai dengan yang dituduhkan. Ternyata kenyataan tidak. Harga-harga stabil sebagaimana data inflasi yang selalu terkendali selama pemerintahan Jokowi," imbuh politikus Golkar itu.
Terkait hal itu, Ace pun berharap oposisi tidak lagi menggunakan politik ketakutan untuk meraih elektabilitas elektoral, meskipun hal itu dilazimkan dalam berdemokrasi. "Jadi sekali lagi janganlah kita menggunakan narasi ketakutan hanya semata-mata untuk kepentingan politik jangka pendek. Terlalu besar pertaruhannya untuk kepentingan rakyat," tandas dia. (Fdi)
Bagikan
Berita Terkait
Projo Siap Dukung Bobby Nasution, Ridwan Kamil, hingga Khofifah di Pilkada 2024
Bantah Istana, NasDem Ungkap Jokowi yang Undang Surya Paloh Makan Malam
 
                      Cabut Laporan terhadap Butet, Projo: Jokowi Meminta, Kan Kawan Sendiri
 
                      Jokowi dan Prabowo Bakal Hadir di Rakernas Projo Besok
 
                      Pimpinan Projo Ganjar Ungkap Konflik di Internal Sukarelawan Jokowi
 
                      PDIP Anggap Relawan Projo tak Jelas dan Bergerak Sesuai 'Arah Angin'
 
                      Masyarakat Masih Inginkan Prabowo jadi Penerus Jokowi
 
                      




