Tetabuhan Gemelan Keramat Keraton Surakarta Tandai Permulaan Ritual Sekaten

Dwi AstariniDwi Astarini - Minggu, 03 November 2019
Tetabuhan Gemelan Keramat Keraton Surakarta Tandai Permulaan Ritual Sekaten

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat mulai membunyikan dua gemelan keramat di Masjid Agung, Keraton Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (2/11). (MP/Ismail)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

KERATON Kasunanan Surakarta Hadiningrat mulai membunyikan dua gemelan keramat di halaman Masjid Agung kompleks Keraton Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (2/11).

Tabuhan dua gemelan pusaka, Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari, tersebut menandakan dimulainya ritual sekaten. Acara adat itu juga menjadi rangkaian peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

BACA JUGA: 5 Kegiatan Menarik di Kawasan Garuda Wisnu Kencana

Berdasar pemantauan Merahputih.com, sebelum ditabuh, sepasang gamelan tersebut dibawa puluhan abdi dalem dari tempat penyimpan Langen Katong ke halaman Masjid Agung. Jaraknya sekitar 500 meter.

sekaten
Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat mulai membunyikan dua gemelan keramat di Masjid Agung, Keraton Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (2/11). (MP/Ismail)

Seperangkat gamelan Kiai Guntur Sari kemudian diletakkan di bangsal selatan bernama Pradonggo, sedangkan Kiai Guntur Madu bangsal utara atau disebut bangsal Pragonggo.

"Sekaten ini merupakan tata cara dan upacara dalam memperingati Maulid Nabi. Acara ini merupakan budaya asli keraton sejak zaman dahulu. Dua gamelan menjadi alat syiar agama Islam," ujar KRT Penghulu Tafsir Anom, Pujodipuro, kepada Merahputih.com.

Sekaten
Pedagang kaki lima (PKL) memadati halaman Masjid Agung, Keraton Surakarta, Jawa Tengah saat acara Sekaten,
Sabtu (2/11). (MP/Ismail)

Ia mengungkapkan para penabuh gemalan mengikuti prosesi pembacaan ayat suci Alquran yang dipimpin ulama keraton. Salah satu kerabat yang diutus raja kemudian membacakan sejarah singkat sekaten atau Maulid Nabi Muhammad SAW. "Gemelan Kiai Guntur Madu mendapatkan giliran pertama ditabuh, kemudian dilanjutkan gemelan Kiai Guntur Sari," kata dia.

Dua gamelan pusaka tersebut, kata dia, akan terus ditabuh selama sepekan hingga 9 November mendatang. Gamelan pusaka akan berhenti ditabuh menjelang waktu salat dan tiap malam Jumat. "Puncak acara Sekaten kita ditutup dengan Gerebeg Maulud atau berebut dua gunungan hasil bumi pada Sabtu pekan depan," kata dia. (Ism)

BACA JUGA: Global Green Destinations Days, Memasukan 4 Desa Wisata di Indonesia dalam Programnya

Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan