Terdampak Pandemi, Pengrajin Batik Go Digital


Dukungan dari sektor keuangan sangat diperlukan untuk mengembalikan geliat pada industri kerajinan batik. (Foto: Unsplash/Mahmur Marganti)
SEJAK diresmikan menjadi warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009, batik semakin mendunia. Derasnya arus globalisasi tidak menjadikan batik tenggelam, bahkan justru semakin erat dengan keseharian gaya hidup masyarakat modern.
Seiring dengan itu, sentra-sentra batik terus bermunculan. Industri batik kian berkembang sehingga memberi kontibusi yang cukup besar bagi perekenomian nasional, termasuk dalam hal menyumbang penyerapan tenaga kerja. Namun, pandemi COVID-19 membuat industri batik menghadapi tantangan.
Baca Juga:

Asosiasi perajin batik mengungkapkan bahwa industri batik seperti industri lain yang juga terkena dampak dari pandemi. Ini dirasakan oleh perajin batik yang tidak didukung oleh permodalan yang kuat, kurang berinovasi dan beradaptasi dengan dinamika yang terjadi.
Kendati demikian, pemerintah masih meyakini bahwa industri kerajinan dan batik punya potensi yang besar dan dinilai mampu mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), khususnya di sektor industri kecil dan menengah.
Syaratnya, perajin batik harus mampu berinovasi baik dengan melakukan diversifikasi yang tidak terbatas pada produk tekstil serta memanfaatkan teknologi digital. Karena itu, akselerasi teknologi digital yang terintegrasi menjadi jawaban bagi upaya pemulihan serta peningkatan industri kerajinan dan batik, khususnya yang berskala UMKM.
Melihat fenomena tersebut, perusahaan fintech, DANA bermaksud ambil bagian dalam pelestarian budaya Nusantara. Mereka coba membantu pelaku UMKM batik maupun industri berbasis budaya dalam melakukan transformasi digital.
Baca Juga:

“Batik sebagai salah satu bentuk industri berbasis budaya tidak hanya melestarikan kultur Indonesia tapi turut berkontribusi bagi perekonomian nasional. Mengacu kepada data dari Kementerian Perindustrian, batik berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan telah menyerap lebih dari 200 ribu tenaga kerja. Hadirnya ekosistem digital diharapkan dapat memberikan dukungan bagi perajin batik dan usaha berbasis budaya lainnya agar mampu bertahan dan menjadi bagian dari pelestarian budaya Indonesia,” urai Vince Iswara, CEO dan Co-Founder DANA.
“Sejak meluncurkan DANA Bisnis, DANA dan telah banyak membantu pelaku UMKM di berbagai daerah di Indonesia termasuk mereka yang bergerak di industri kriya dan tekstil dalam mendigitalisasi transaksinya," tambah Vince.
Program itu sudah digunakan oleh lebih dari 330 ribu UMKM dari total 85 juta penggunanya. Tidak hanya dari sisi akselerasi digitalisasi UMKM, mereka berupaya untuk meningkatkan kompetensi pelaku industri berbasis budaya dengan memberikan pelatihan dan pendampingan berkelanjutan bersertifikat lewat DANA Academy. Dengan pembaruan fitur program itu, mereka berharap dapat memajukan perajin batik agar berdaya bersaing dan membuka kesempatan yang makin luas untuk berkembang. (avia)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Rilis Terbatas Oktober, Samsung Galaxy Z Trifold Jadi Ponsel Lipat Terunik Berkat G Dual-infold

Teaser Samsung Galaxy S25 FE Sudah Dirilis, Resmi Meluncur 4 September 2025

Apple Bakal Rombak Desain hingga 2027, iPhone 17 Jadi Seri Pertama yang Berevolusi

Bocoran Baru Samsung Galaxy S25 FE, Dipastikan Pakai Chipset Exynos 2400 dan Baterai 4.900mAh

Bocoran Terbaru Samsung Galaxy S26 Ultra: Bawa Kapasitas Baterai 5.000mAh dan Fast Charging 60W

iPhone 17 Resmi Meluncur 9 September 2025, Harganya Dibanderol Mulai Rp 13 Jutaan

Samsung Galaxy S26 Ultra Bakal Hadir dengan Desain Baru, Ciri Khas Mulai Menghilang

Meluncur Oktober 2025, OPPO Find X9 Pro Bakal Hadir dalam 3 Warna

Apple Kemungkinan Kembali Bawa Casing Bumper untuk iPhone 17 Air, Tahan Goresan hingga Benturan

Peluncuran Makin Dekat, Xiaomi 16 Jadi HP Flagship Pertama yang Pakai Snapdragon 8 Elite 2
