Asa Purana Kembangkan Batik Kontemporer Made In Negeri Aing
Wawancara seputar batik dengan Nonita Respati. (Foto: Instagram @NonitaRespati)
BATIK enggak melulu kaku, tua, dan terkungkung pakem. Kerajinan tangan bepredikat Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage) asal Indonesia dari UNESCO tersebut memang memiliki pakem, terutama berkait motif dan teknik. Di luar teknik, misalnya, tiap motif batik punya makna filosofis mendalam sehingga selalu terikat pada konteks dan peruntukan.
Semisal motif Parang di dalam konteks peraturan keraton tentu tidak bisa digunakan sembarang orang. Motif berpola geometris melambangkan ombak tersebut hanya bisa digunakan raja. Aturan baku tersebut berlangsung hingga kini. Lain lagi motif Slobog berarti longgar biasa digunakan sebagai kain penutup jenazah. Akan sangat aneh bila ada orang menggunakan motif Slobog saat sedang menghadiri pesta pernikahan.
Baca juga:
Meski begitu, menurut Nonita Respati, pendiri Purana Indonesia, di masa kini batik bisa sangat longgar terhadap ketentuan formal dengan ketentuan menggunakan kreasi baru di luar motif baku atau pakem. "Cukup membahagiakan dan membanggakan karena batik sudah beradaptasi menjadi sesuatu dapat diterima sebagai bagian dari gaya hidup sehari-hari orang Indonesia," kata Nonita kepada MerahPutih.com.
Sekarang, batik, lanjut Nonita, sudah jauh dari kesan kuno karena banyak kreasi hadir bukan saja dari segi motif melainkan pula teknik pembuatan. "Secara pribadi saya sendiri tidak mau mengutak-atik batik sudah pakem dan klasik," ungkap Nonita nan dibesarkan dari keluarga keraton merasa perlu melestarikan motif-motif sakral. "Jadi saya banyak main di batik kontemporer sehingga batik modern." Batik kontemporer pun mampu diterima dengan baik di segala kalangan, terutama anak-anak muda.
Berangkat dari komitmen ingin melestarikan kearifan lokal Indonesia namun lentur dikreasikan bagi segala kalangan khususnya anak muda, Nonita Respati mendirikan label Batik Purana pada 2008 silam. Dengan target pasar para perempuan berusia 25 sampai awal 50. Purana banyak mengkreasikan busana berbahan kain batik nan bisa dikenakan segala usia.
View this post on Instagram
"(Batik Purana) juga multi-fungsi, bisa dipakai di segala kesempatan. Purana juga banyak menghadirkan baju-baju free size dengan mekanisme tali kancing, belt atau pernik lain sehingga bisa dipakai perempuan dengan segala bentuk badan dan untuk perempuan segala usia," tambah Nonita.
Saat ini tren perancang nan berfokus pada batik, menurutnya, telah bergeser tak lagi mengutak-atik motif semata. "Sebenarnya sudah ada pergeseran karena batik sekarang paradigmanya bukan cuma motif, tapi teknik batiknya dilestarikan dengan menggunakan canting malam dan sebagainya. Maka, para desainer mulai mengembangkan teknik batik ke arah lebih modern," jelasnya.
Baca juga:
Investasi Batik Tulis Bisa Raup Keuntungan Ratusan Juta Rupiah
Purana, lanjut Nonita, pernah bereksperimen menggunakan kuas agar menghasilkan motif batik berbeda dan belum pernah ada sebelumnya. Purana berkomitmen membuat kain Indonesia lebih dikenal luas, baik itu kain tenun, jumputan, dan teknik lainnya memang sudah ratusan tahun lalu dikuasai para pengrajin, maupun teknik kontemporer.
"Kita kembangkan lagi dalam bentuk lebih baru dan modern, serta menciptakan motif baru dengan warna-warna segar dan dengan gaya baru juga. Jadi kita memang bermain di ranah kain Indonesia kontemporer dan berusaha untuk memodernisasi kain Indonesia," jelasnya.
View this post on Instagram
Bagi para anak muda, tambah Nonita, tidak ada lagi batasan dalam memilih motif batik sebab sudah terhampar luas dari motif tradisional sampai kontemporer. "Sekarang tidak ada pakem jika berbicara batik kontemporer," tegasnya. Minat anak muda terhadap batik dirasakan semakin tinggi ketika kreasi baru bermunculan. Merek jadi punya banyak pilihan dan mudah dipadupadankan.
"Ketertarikan orang terhadap batik saja sudah membuat industri batik bangkit kembali, sehingga membahagiakan karena bisa memberikan lahan pekerjaan bagi para pengrajin batik," ungkapnya.
Industri batik semakin berkembang berkat kehadiran batik kontemporer. Produknya tak semata busana. Para pengrajin dan desainer kini menghasilkan produk interior, homeware, atau barang-barang kerajinan tangan lainnya dengan tetap melestarikan batik. Bagi Nonita, kreasi tersebut membuat batik menjadi lebih variatif, berwarna, dan lebih bisa diterima pasar internasional. (SHN)
Baca juga:
Indonesia Sudah Cukup Mempromosikan Batik? Ini Jawaban Nonita Respati
Bagikan
annehs
Berita Terkait
Jakarta Fashion Week 2026: Merayakan Warisan Gaya dan Regenerasi Desainer Tanah Air
Dari Musik ke Mode: Silampukau Hadirkan Kolaborasi Artistik dengan Kasatmata
Kisah Nenek Moyang Maluku dalam Kain Batik Tulis Maluku Tengah di Trade Expo Indonesia
Semangat Segar di Tahun Baru, Converse Sambut Komunitas Converse All Star Class of ’26 dan Katalis Musim ini, Harra.
Converse Sambut Musim Liburan Akhir Tahun dengan Koleksi Terbaru, Gaya Maksimal di Segala Perayaan
Gaya Sporty Luxe ala Justin Hubner: Maskulin, Melek Mode, dan Anti Ribet
Terus Merugi, Sepatu BATA Resmi Hapus Bisnis Produksi Alas Kaki
Lebih dari Sekadar Festival, JakCloth Kini Jadi Simbol Ekspresi Lokal
Energi Baru ESMOD Jakarta Meriahkan Senayan City Fashion Nation 2025
UNIQLO x POP MART: Koleksi 'THE MONSTERS' Hadirkan Labubu Cs ke Dunia Fashion