Strategi Menghadapi Tiongkok dalam Konflik Laut China Selatan


Iring-iringan kapal perang dan helikopter TNI di perairan Dermaga Indah Kiat Cilegon, Banten, Minggu (24/9). (Foto: ANTARA/Serka Mar Kuwadi)
MerahPutih.com - Konflik Laut China Selatan seperti bom waktu yang setiap saat bisa meledak. Konflik yang akan menyeret Indonesia dalam perang militer itu tentunya perlu diwaspadai dengan peningkatan kekuatan militer.
Tiongkok sebagai subjek utama konflik bisa saja mengklaim sebagian Laut Natuna sebagai bagian dari wilayah mereka. Untuk itu menyaingi kekuatan militer Tiongkok dirasa perlu jika kedaulatan NKRI menjadi taruhannya.
Namun, dalam konteks kekinian dirasa sangat mustahil Indonesia dapat mengejar ketinggalan kemajuan militer Tiongkok.
Pasalnya, dari segi anggaran saja, Indonesia terpaut jauh dari negeri tirai bambu itu. Anggaran belanja TNI hanya berkisar pada Rp 100 triliun lebih, sedangkan Tiongkok mencapai Rp 900 triliun.
"Kalau untuk menyamai dengan Tiongkok hampir mustahil dalam waktu dekat. Dari sisi anggaran pertahanan saja jauh sekali bedanya," kata pengamat pertahanan dan militer Jerry Indrawan ketika berbicara dengan merahputih.com, Kamis (5/10).
Karenanya, menghadapi Tiongkok dengan kekuatan militer sangat tidak mungkin karena perbedaan kualitas dan kuantitasnya yang terpaut jauh.
"Minimum Essentials Force (MEF) kita saja anggarannya masih terbatas dan berakhir di tahun 2024. MEF periode 1 dan 2 pun belum semua tersedia alutsistanya," terang dia.
Maka itu, lanjut Jerry, TNI harus lebih fokus menguatkan konsepsi geopolitik dan geostrategis di Asia Tenggara. Sebab, bukan tidak mungkin konflik Laut China Selatan juga akan menyeret sebagian negara Asia Tenggara.
"Makanya konsepsi geopolitik dan geostrategi Indonesia masih sebatas Asia Tenggara dulu," tuntasnya. (Fdi)
Bagikan
Berita Terkait
Adu Kekuatan Militer Israel dan Iran, Siapa yang Bakal Lebih Unggul?
