Sensor Parkir yang Masih Perlu Pembenahan


Sensor parkir yang berada di bagian atas lot parkir. (Foto circontrol)
GEDUNG atau tempat parkir pada zaman ini sudah memiliki teknologi yang memudahkan pengemudi mencari tempat parkir. Biasanya ruas-ruas parkir terdapat sensor yang memberikan sinyal pada lampu yang ada pada bagian depan lot parkir. Alat sensor yang hadir dengan dua warna, merah berarti terisi kendaraan dan hijau ruang parkir tersedia.
Sayangnya sensor ini masih perlu pembenahan meskipun sebenarnya sudah sangat membantu pengemudi untuk menemukan tempat parkir.Berikut ini merahputih merangkum beberapa alasan terkait gangguan alat sensor pada lot parkir.
Baca Juga: Yuk, Pakai Bahasa Indonesia untuk Istilah Teknologi Ini
1. Sumber daya manusia sebagai pemelihara alat

Setiap area terpasang alat pendeteksi parkir kendaraan beroda empat. Sensor parkir memberitahukan kepada pengendara area mana saja yang terisi dan kosong. Pemakaian sensor diterapkan untuk mempermudah proses pencarian lahan parkir sehingga hemat waktu tanpa harus berputar memeriksa satu per satu belokkan.
Sayangnya, beberapa alat sensor tak bekerja dengan baik. Hal ini dikarenakan proses pergantian atau keluar masuknya kendaraan mobil ke ruang parkir berkali-kali. Selain itu juga, rendahnya sumber daya manusia atas pengawasan pihak manajemen bangunan. Diperlukan kerja tanggapan dalam memantau situasi bangunan setiap saat.
2. Mobil kecil tak terbaca

Alat sensor ruang parkir mobil ini memiliki keterbatasan mendeteksi objek. Sensor ultrasonik ini hanya menjangkau 1 hingga 3.5 meter dengan area baca minimal 30 derajat. Kemudian deteksi waktu keluaran 2 detik. Maka dari itu, mobil yang berukurannya lebih kecil atau pendek dari ketentuan alat sensor akan sulit terdeteksi sehingga lampu ruang parkir tetap menyala berwarna hijau yang menandakan tersedia.
Baca Juga: Sony Ikut Dalam Persaingan Teknologi Ponsel Pintar Lipat
3. Gangguan sensor ultrasonik

Sensor ultrasonik berfungsi sebagai proses mengubah besaran bunyi menjadi listrik dan sebaliknya. Sensor ini bekerja berdasarkan pantulan gelombang suara di atas 20.000 Hz yang menandakan eksistensi atau jarak objek dengan frekuensi tertentu seperti yang dilansir dari belajarelektronik.net.
Kebanyakan permasalahan yang terjadi pada sensor ultrasonik dikarenakan pergerakan gelombang suara yang terlalu cepat ke dan dari sasaran. Tak jarang, gelombang suara yang dihasilkan tidak mencapai batas minimal ketentuan sensor sehingga sulit terdeteksi. Selain itu, sensor ultrasonik juga dipengaruhi suhu ruangan. Kalau terlalu berangin akan mengganggu proses penangkapan gelombang suara. (dys)
Baca Juga: Facebook Sedang Kembangkan Teknologi Ketik Gunakan Gelombang Otak
Bagikan
Berita Terkait
Paling Dipercaya Konsumen, Oli Buatan Lokal Dominasi Top Brand Award 2025

Polisi Berhasil Tangkap 3 Pelaku yang Bawa Kabur Rp 10 Miliar Milik Bank Jateng Wonogiri

Rutin Rawat Mobil, Bisa Berkesempatan Bawa Pulang Hadiah Liburan dan Emas

Suasana Aksi Demo Geruduk Mako Brimob Kwitang Jakarta Memanas

BAIC Indonesia Buka Dealer di Kelapa Gading, Hadir dengan Layanan 3S dan Fasilitas Lengkap
Ganti Oli Mobil Bisa Dapat Logam Mulia hingga Liburan Gratis, Begini Caranya!

Mobil Lubricants Terima Penghargaan Spesial di Indonesia Automotive Awards 2025

OLXmobbi Permudah Konsumen Trade-in hingga Jual Mobil Bekas

Metode Sensor Film di Indonesia Tidak Lagi Dipotong dan Blur, Tapi Pakai Kategori Usia

Intip Spesifikasi dan Performa Chery TIGGO Cross CSH Hybrid, Dibanderol Mulai dari Rp 299 Juta
