Sejarah Hari Film Nasional, Berawal dari 'Darah dan Doa'
Hari Film Nasional ditetapkan tiap 30 Maret. (Foto: Unsplash/Alex Litvin)
HARI Film Nasional atau yang biasa disingkat HFN diperingati setiap tahunnya pada 30 Maret. Ini merupakan salah satu hari yang dianggap penting dalam rangka mengapresiasi dan mendukung industri perfilman di Indonesia.
Mengutip kebudayaan.kemendikbud.go.id, tanggal ini ditetapkan sebagai HFN atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999 yang ditandatangani oleh Presiden Indonesia pada saat itu Bacharuddin Jusuf Habibie (B. J. Habibie) pada 29 Maret 1999. Akhirnya 30 Maret resmi ditetapkan sebagai Hari Film Nasional.
Baca Juga:
Ngabuburit Gembira, Yuk Nonton 4 Film Pendek Indonesia Bertema Ramadan
Setiap 30 Maret diperingati sebagai Hari Film Nasional lantaran saat itu juga sejarah mencatat film Darah dan Doa karya H. Usmar Ismail yang rilis pada 30 Maret 1950 adalah karya film pertama yang diproduksi dan disutradarai oleh orang Indonesia.
Pada 11 Oktober 1962, Dewan Film Indonesia dengan organisasi-organisasi perfilman membuat keputusan saat konferensi kerja bahwa hari shooting pertama pembuatan film nasional Darah dan Doa yakni pada tanggal 30 Maret 1950 ditetapkan sebagai Hari Film Indonesia. H. Usmar Ismail sebagai pembuat Darah dan Doa serta Djamaludin Malik juga dinobatkan sebagai Bapak Perfilman Nasional.
Hari Film Nasional 2023 menjadi peringatan ke-73 . Tiap tahunnya HFN memiliki tema yang berbeda-beda. Khususnya tahun ini, seperti dikutip dari Antara, Badan Perfilman Indonesia (BPI) mengusung tema Bercermin Pada Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan.
Baca Juga:
BPI berusaha untuk meningkatkan rasa percaya diri industri film Indonesia bahwa kita memiliki kualitas. Selain itu, BPI juga ingin HFN sebagai bemtik manifestasi integrator di ekosistem perfilman Indonesia. "Tugas BPI adalah menerjemahkan momentum HFN 2023 sesuai isi dan ketetapan presiden agar masyarakat film dapat meningkatkan rasa percaya diri atas kualitas film Indonesia," jelas Ketua Umum BPI Gunawan Paggaru saat konferensi film di Jakarta beberapa waktu lalu, dikutip dari Antara.
Upaya yang dilakukan oleh BPI guna meningkatkan rasa percaya diri industri film Indonesia adalah dengan menggelar kegiatan hibrida yang menghadirkan 50 pembicara dengan topik isu bahasan, seperti kebijakan dan standar pendidikan film nasional, standar kerja dan optimalisasi pelaku industri film, kode etik profesi perfilman, hubungan industri, pengembangan sumber daya manusia dan komunitas film, serta tata kelola penyelenggaraan festival.
HFN 2023 juga membahas harmonisasi UU dan regulasi terkait perfilman; pengarsipan dan akses data film; perizinan produksi, dan ekshibisi sensor film, serta pengembangan pasar serta persaingan usaha film di Indonesia. (kmp)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Golden Globes 2026 Berikan Sorotan ke Karya Luar Hollywood, Film Korea ‘No Other Choice’ Dapat 2 Nominasi
‘One Battle After Another’, Film Baru Leonardo DiCaprio Borong Nominasi Golden Globes Award 2026
'Zootopia 2' Jadi Film Animasi Terlaris Tahun Ini, Raup Rp 15,2 Triliun secara Global
‘Senin Harga Naik’, Film Drama Keluarga Terbaru yang Diperkenalkan Starvision di JAFF 2025
Daftar Nominasi Golden Globe, Film 'One Battle After Another' Pimpin Perolehan
Sinopsis dan Trailer Film Komedi 'Modual Nekad': Petualangan Kocak Tiga Bersaudara
Elizabeth Olsen Kembali ke Layar Lebar lewat Film Komedi Romantis ‘Eternity’, Simak Sinopsis hingga Jajaran Pemainnya
Kamila Andini Garap Spin-Off 'Suci Cute', Asmara Abigail Kembali Perankan Suci
Film 'Tinggal Meninggal' Menang Besar di JAFF 2025, dari Best Film hingga Best Director
Bong Joon-ho Berencana Bentuk Pasukan Khusus Penghancur AI, Khawatirkan Pengaruhnya terhadap Karya Seni