Sejarah Festival Sekala Bekhak di Lampung Barat


Festival Sekala Bekhak dianggap memiliki nilai penting untuk pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif. (Kemenparekraf/Indonesia.Travel)
PEMERINTAH Kabupaten Lampung Barat bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggelar Festival Sekala Bekhak 2022, 10-13 Juli 2022. Festival ini berlangsung di Liwa, Lampung Barat. Mengusung nama Sekala Bekhak, festival ini bertujuan ganda.
Pertama, menggali, melestarikan dan mempromosikan seni budaya tradisi dan adat istiadat yang asli di Bumi Sekala Bekhak Lampung Barat. Kedua, menarik minat wisatawan lokal dan asing untuk mengunjungi Lampung Barat.
"Budaya yang terawat maka akan menarik minat wisatawan, maka dari itu mari kita lestarikan budaya yang ada,” tutur Parosil Mabsus, Bupati Lampung Barat ketika membuka Festival, seperti dikutip lampungbaratkab.go.id.
Sekala Bekhak merujuk pada nama salah satu kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini diyakini berdiri di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau, kini masuk Lampung Barat, pada abad ke-3 M.
"...Pada abad ke-3, telah berdiri Kerajaan Sekala Brak Kuno yang belum diketahui secara pasti kapan mulai berdirinya," catat Ahmad Yanuana dalam Peradaban Atlantis Nusantara.
Baca juga:
Lampung Tengah Digadang Jadi Pusat Sejarah Kebudayaan Lampung

Sebutan untuk Sekala Bekhak berbeda-beda. Dari Sakala Bhra, Sekala Beghak, Segara Brak, sampai Skala Brak. Meski berbeda sebutan, para ahli menyepakati bahwa semua sebutan itu merujuk pada satu nama yang sama, yaitu unit masyarakat yang didirikan oleh suku Tumi, leluhur orang Lampung.
Orang-orang Tumi menganut kepercayaan nenek moyang (animisme). Seiring penyebaran agama Hindu ke Lampung, orang-orang Tumi beralih keyakinan. Pada masa Hindu, dibentuk kelompok adat pemimpin bernama Sai Batin. Mereka berhasil menciptakan aksara Lampung pada awal abad ke-9.
Orang-orang Tumi mempertahankan kedudukannya hingga abad ke-14. Namun, kedatangan orang-orang Pagaruyung ke Lampung mengubah situasi. Orang-orang ini ingin memperluas wilayahnya dengan menaklukan orang-orang Tumi yang kala itu dipimpin oleh perempuan. Serangan Pagaruyung membuat orang Tumi melarikan diri ke pesisir.
Era Kerajaan Hindu Sekala Bekhak berakhir, berganti era baru Sekala Bekhak yang mulai memeluk Islam. Masa ini Sekala Bekhak dibagi dalam empat wilayah. Masing-masing wilayah dipimpin oleh seorang Umpu (putra raja Pagaruyung). Sekala Bekhak kemudian berganti nama.
"Maka Sekala Brak kemudian diperintah oleh keempat Umpu dengan menggunakan nama PAKSI PAK Sekala Brak. Inilah cikal bakal Kepaksian Sekala Brak yang merupakan puyang bangsa Lampung," tulis Oktaviyanti Subung dkk dalam "Tinjauan Historis Sekala Bekhak Sebagai Muasa Keberadaan Keratuan Adat Lampung", termuat di Jurnal PESAGI Vol 1, No 2, Tahun 2013.
Pada masa Islam, Sekala Bekhak menghasilkan tradisi sastra yang disebut Tambo. Selain itu, Sekala Bekhak juga menjadi tempat akulturasi kebudayaan lama dan baru sehingga memperkaya kebudayaan Lampung.
Baca juga:
Masjid Cikoneng Akulturasi Budaya Lampung masa Kesultanan Banten

Empat kerajaan yang membentuk Sekalah Bekhak berkedudukan setara. Tak ada yang lebih tinggi atau rendah. Kerajaan ini terus bertahan melewati zaman kolonial dan kemerdekaan. Meski sudah tak memiliki wewenang pemerintahan, Sekala Bekhak masih mempunyai Saibatin. Lembaga ini tetap dipertahankan hingga sekarang.
Saibatin bahkan dilibatkan oleh Pemkab Lampung Barat dalam setiap pengambilan keputusan publik berwawasan budaya. Tujuannya agar nilai-nilai luhur Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Bekhak tetap terjaga.
"Pada masa yang modern ini, pemerintah mencoba mengembalikan nilai-nilai luhur tersebut dengan cara melibatkan Sai Batin untuk membantu pemerntah daerah dalam merumuskan kebijakan berwawasan budaya di Kabupaten Lampung Barat," terang Bima Novian dkk dalam "Peranan Sai Batin Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Bekhak dalam Perumusan Kebijakan Publik Berwawasan Budaya di Kabupaten Lampung Barat", termuat di Jurnal Administrativa, Vol 2, No 1, Tahun 2020.
Bentuk pelibatan itu terwujud dalam penyelenggaraan Festival Sekala Bekhak pada 2014. Festival ini kemudian digelar secara rutin. Sejak 2021, festival ini menjadi agenda tetap Kharisma Event Nusantara garapan Kemenparekraf.
Itu artinya festival Sekala Bekhak dianggap memiliki nilai penting untuk pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif. (dru)
Baca juga:
Lampung Tengah Digadang Jadi Pusat Sejarah Kebudayaan Lampung
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Angkat Tema 'Saling Silang', Synchronize Fest 2025 Bawa Ruang Kolaborasi Seni Rupa

Panggung Megah Tomorrowland Hancur Dilalap Api, Nasib Festival di Ujung Tanduk

JE KA TE World: Transformasi Lapangan Banteng dalam Gemerlap Jakarta Light Festival 2025

Selang Tiga Tahun, Festival Olahraga UNIQLO FITFEST 2025 Kembali Digelar

Festival Solo Menari 2025: Angkat Tema Alam Lewat Ratusan Penari Daun

Berubah Nama dan Pindah ke Lampung, Bhayangkara Presisi Bidik Target Juara Liga 1 Musim Depan

Merch-Making Market Sukses Digelar, Libatkan 80 Toko Merchandise hingga 200 Musisi Lokal
Banjir di Lampung Rendam Ribuan Rumah dan Sebabkan 9.353 Keluarga Terdampak, Pemerintah Respons Cepat

Jalan Baru Lampung, Harapan dan Peluang Wisata untuk Warga Sekitar

Hujan Lebat Guyur Bandar Lampung, 2 Kecamatan Terdampak Banjir Paling Parah hingga Timbulkan Korban Jiwa
