Sacred Bridge Foundation, Rayakan Hidup Melalui Pameran Kesenian


Pameran yang dihetal SBF di Museum Nasional, Jakarta Pusat (Foto: MP/Ikhsan Digdo)
20 tahun yang lalu, dunia merayakan The International Year for the Culture of Peace yang disokong oleh United Nations. Melalui UNESCO, Sacred Rhythm: The Millennial Percussion for Unison yang digelar di Bali tahun 1999/2000 menjadi salah satu agenda resminya.
Sempat vakum selama beberapa tahun. Kali ini Sacred Bridge Foundation (SBF) mencoba meneruskan perdamaian kembali dan mendapatkan semangat baru. Dengan menghidupkan nama baru, Sacred Rhythm: Reborn Unison (SRRU) menjadi sebuah gerakan yang terlahir untuk menyatukan kembali kesenian, ilmu pengetahuan dan kenuranian.
Kelahiran kembali ini ditandai dengan Pra-acara pertamanya (The Opening Event) yang diselenggarakan di Griya Santrian, Bali pada bulan Agustus 2018. Kemudian, SRRU kali ini menyelenggarakan Pra-acara keduanya dengan tema bertajuk Celebrate Life sebagai bentuk apresiasi.

Acara tersebut telah berlangsung sejak Jumat (26/4) dan diakhiri hari ini, Minggu (28/4). Dalam acara pra keduanya ini. SSRU menghelat sebuah eksibisi di Museum Nasional, Jakarta Pusat.
Dalam ekshibisi itu ada beragam pameran semisal layout foto kegiatan organisasi itu, lukisan, hingga deretan puisi mendiang pendiri SBF. Serrano G Sianturi.
"Jadi tujuan eksibisi ini supaya orang tahu apa itu SBF, karena organisasi ini susah dimengerti di Indonesia," ujar Bintang Perkasa, Program Director Sacred Bridge Foundation kepada Merahputih.com, beberapa waktu lalu.

Bintang mengatakan acara itu juga menjadi sebagai langkah awal akan perpindahan generasi SBF secara internal. Sekaligus menunjukkan kepada masyarakat. Bagaimana organisasi itu merayakan hidup melalui kesenian. "Kami percaya kesenian itu bisa menjadi universal language," tambah Bintang.
Selain itu, Pra-acara ini ditujukan sebagai area titik temu dengan mengundang para relasi dan alumni dari Sacred Rhythm: The Millennial Percussion for Unison. Dengan misi supaya obor semangat kebersamaan kembali menyala dan akan semakin bersinar hingga 2019/2020 di puncak acara SRRU.
Baca juga:
Andien Gelar Pameran Karya Anak Berkebutuhan Khusus
Pada Jumat pekaln lalu, Pra Acara tersebut juga dimeriahkan dengan pentas musik oleh seniman-seniman ternama. Seniman ternama asal Bali, I Nyoman Astita, merupakan salah satu penampil dalam acara tersebut.
Sekadar informasi, Sacred Bridge merupakan organisasi kebudayaan not-for-profit yang dibentuk di Jakarta, Indonesia, pada 1998. Di 2000, Sacred Bridge diakui sebagai cultural counterpart oleh UNESCO. (ikh)
Bagikan
Berita Terkait
Dari Bali hingga Korea, Art Jakarta 2025 Hadirkan Arus Baru Seni Kontemporer

Kisruh Royalti Lagu, Pelaku Usaha dan Seniman Desak DPRD Solo Bubarkan LMKN

Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
Gamelan Ethnic Music Festival 2025 Siap Digelar, Seniman dari 7 Daerah Bakal Ikut Meramaikan

Seniman Tato Korea Selatan Perjuangan Revisi Tattooist Act, Janjikan Praktik Sesuai Standar Kesehatan dan Keamanan

ArtMoments Jakarta 2025 Tampilkan 600 Seniman dan 57 Galeri, Angkat Tema 'Restoration'

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

ARTSUBS 2025 Hadirkan Ragam Material dan Teknologi dalam Ruang Seni yang Lentur

Emte Rilis ‘Life As I Know It’, Rayakan Kesendirian lewat Pameran Tunggal
