Romantisme di Ujung Timur Ibu Kota, Kalau tidak Tawuran Ya Pacaran


Ilustrasi (Istimewa)
MerahPutih Megapolitan – Banjir Kanal Timur (BKT) menjadi salah satu tempat rekreasi gratis bagi warga di timur Ibu Kota. Di sepanjang jalan BKT ramai dipenuhi pasangan muda-mudi yang hilir-mudik dan juga saling bercengkerama atau mengambil tempat yang agak memojok.
BKTmemang lebih ramai juga saat malam hari, bahkan lebih ramai saat pedagang kaki lima (PKL) mulai berdatangan. Tak hanya sekedar ada jajanan pasar malam, tapi banyak juga yang menggunakan pencegah banjir itu untuk memadu kasih. Sejak dulu, kanal banjir yang digagas orang Belanda ini memang sudah menimbulkan keromantisan.
Dibantu dengan temaram lampu kota, dan kelap kelip cahaya kendaraan lalu-lalang, kondisi itu semakin membuat pasangan yang lagi dilanda cinta semakin menikmati romantisnya pinggiran Jakarta.
Dari pantauan merahputih.com, Senin(7/9), rindangnya pepohonan yang tumbuh di sekitar BKT dijadikan lokasi yang aman untuk bersantai sambil duduk berduaan si muda-mudi. Berbincang-bercanda sambil menikmati makanan dan minuman ringan yang tinggal ambil dari pedangan sekitar sana.
Eman, pedagang KBT mengatakan, keramaian anak muda di KBT biasanya berlangsung sekira pukul tujuh malam hingga tengah malam jam dua belasan.
"Pacaran ya ada juga yang sekadar nongkrong, mereka datang bergerombol nongkrong," ungkapnya.
Diakuinya, pada hari libur BKT lebih ramai dibandingkan hari biasa. "Kalau malam Minggu, yang nongkrong bisa sampai pagi, berjejer dari ujung ke ujung."
Kanal banjir memang tempat memadu ilmu antara orang Belanda dan orang Indonesia, bukan memadu kasih lagi. Ide untuk mengatasi banjir turun dari orang Belanda. Sejak tahun 1920, orang Belanda sudah memikirkan tentang penanganan banjir Jakarta. Kanal Banjir itu bisa mengusir aliran air Ciliwung tidak memasuki Jakarta.
Ialah Prof Ir Hendrik van Breen, sang penggagas kanal banjir. Ia dari Burgelijke Openbare Werken, PU-nya orang kolonial Belanda dulu. Sekarang diteruskan menjadi Departemen Pekerjaan Umum (PU). Kanal Banjir Timur dibangun pada masa pemerintahan Indonesia. Seperti Kanal Banjir Barat, KBT itu juga sama, dibangun untuk mencegah banjir masuk ke Jakarta.
Kembali pada Eman yang sudah tiga tahun berjualan di KBT. Ia mengatakan, KBT terbilang cukup aman, sebab selama berjualan di pinggiran kali, jarang sekali menemukan tindak kriminal.
"Ya paling banyak pengamen, kalau kriminal seperti penodongan atau pencurian, ga ada," katanya. Selama ini, tidak ada kejadian yang meresahkan. Pengamen di sekitar lokasi pun sopan. Tak ada pemaksaan.
“Itu mungkin salah satu sebab kenapa anak muda menjadi betah berdiam diri di KBT,” kata Eman.
Namun, kata dia, kalau malam minggu sering terjadi tawuran ABG (anak baru gede).
"Kan ramai, ya paling mabok, terus bikin rusuh."
Belakangan ini sudah jarang terjadi tawuran. Polisi gerah selalu mendapat laporan tiap malam Minggu ada keributan di KBT. Polisi kemudian mulai berpatroli di sekitar KBT. Anak-anak rusuh itu menghilang. "Sering banget tawuran kalau malam Minggu, tapi sekarang sudah ada polisi yang patroli jadi agak berkurang," kata Maman. (fdi)
Baca Juga:
Sejalur Surga Milik PKL di Kanal Banjir Timur
Proyek Sudetan Sungai Ciliwung Dicicil 7,5 Meter Setiap Hari
Ini Cerita Sungai Ciliwung dari Masa Jaya ke Masa Banjir Sekarang
Bagikan
Berita Terkait
Prakiraan BMKG: Hujan Turun di Sebagian Jakarta pada Selasa Sore hingga Malam

Pramono-Rano Hadir di Jakarta Bersholawat, Doakan Ibu Kota Aman

KAI Dapat PSO Rp 5,8 T untuk Subsidi Tiket LRT Jabodebek dan KRL Jabodetabek Tahun 2026

Menilik Konservasi Tugu Pancoran Simbol Kemajuan Dirgantara Indonesia di Kota Jakarta

Potret Galian Pipa Limbah di Jalan TB Sumatupang Jaksel Ditargetkan Rampung Desember 2025

Gulkarmat: 65% Kasus Kebakaran di Jakarta Akibat Masalah Kabel Listrik

Potret Kondisi Jakarta Pasca Demo, Warga Sudah Kembali Beraktivitas Normal

Jakarta Sudah Aman, Gubernur Pramono Cabut Kebijakan WFH ASN Pemprov

Hari Ini Transjakarta Kerahkan 4.907 unit Angkut Penumpang, Tarif Masih Rp 1 Sampai 7 September 2025

Kerugian Demo di Jakarta Capai Rp 55 M, Ini Rinciannya Versi Pemprov
