Remedial, Kesempatan Kedua Ketika Nilai Dangkal


Kegiatan perbaikan remedial dibutuhkan para pelajar untuk memperbaiki nilai ujian. (Unsplash-Nguyen Dan)
KESULITAN memahami materi pembelajaran pernah dirasakan Lia. Mahasiswa keperawatan di salah satu perguruan tinggi swasta tesebut hingga kini masih beradaptasi dengan beberapa mata kuliah. Apalagi mata kuliah berbasis hitungan jadi salah satu kelemahannya. Salah satunya hitungan mengenai tetesan infus dan kebutuhan cairan pasien dalam satu hari.
Baca Juga:
Pekerjaan Rumah Kerap Menjadi 'Pekerjaan Sekolah' Saat Ngilmu di Negeri Aing
Tak jarang dirinya mengikuti perbaikan nilai berbasis hitungan tersebut khususnya dalam kelas praktik. Kampus tempatnya berstudi memiliki kebijakan terkait perbaikan nilai ujian, seperti setiap mahasiswa diberikan kesempatan sebanyak dua kali untuk mengulang materi.
Uniknya, kesempatan perbaikan pertama dilakukan mahasiswa serupa dengan metode diujikan pada saat ujian. Sedangkan kesempatan kedua diberikan dikenakan denda sebesar Rp50.000 hingga Rp100.000 per mata kuliah.
“Kampusku ini memang pelit kalau urusan penilaian, jadi tidak sedikit mahasiswa harus mengeluarkan biaya untuk bisa mengikuti remedial kedua,” kata Lia.

Meski setiap mahasiswa diwajibkan membayar untuk perbaikan kedua, tetap saja masih terdapat mahasiswa tidak menggunakan kesempatan ini dengan baik. Malahan ada mahasiswa sengaja untuk mengikuti perbaikan pada mata kuliah berbasis teori.
Pasalnya, terkadang soal digunakan untuk perbaikan merupakan persis seperti saat ulangan. Dengan begitu, jawaban bisa dipersiapkan sehingga nilai lebih baik bisa didapatkan.
Baca juga:
Kegiatan remedial atau perbaikan dalam dunia pendidikan bukanlah hal baru. Remedial ditujukan untuk memberikan kesempatan bagi para pelajar untuk bisa mengulang kembali materi telah diujikan karenan nilai di bawah standar.
Namun, pelaksanaan kegiatan remedial nyatanya belum perlu dievaluasi. Beberapa pelaksanaan remedial terkadang masig dengan soal sama bahkan lebih mudah dari ulangan. Hal tersebut membuat beberapa pelajar lebih memilih untuk mengikuti kegiatan remedial dibandingkan harus belajar dengan sekuat tenaga saat menghadapi ulangan.

Minimnya pengawasan dosen saat proses pelaksanaan perbaikan juga merupakan salah satu faktor membuat beberapa pelajar lebih memilih mengikuti perbaikan. Kebanyakan lebih memilih untuk memaksimalkan kemampuan mereka dalam pelajaran berbasis praktek.
Mata kuliah praktik, menurut Lia, memiliki bobot lebih besar jika dibandingkan dengan mata kuliah teori. Jika nilai mata kuliah teori mendapatkan nilai kurang baik, maka nilai tersebut dapat dibantu dengan nilai mata kuliah praktik. Walaupun mata kuliah praktik memang lebih membutuhkan tenaga dan kemampuan lebih besar, namun Lia lebih menyukainya.
“Lebih memilih praktik sih, mungkin karena aku lemah dalam hafalan. Kalau nilai praktik hanya dapat 80, rasanya mau nangis.” ucap Lia dibarengi dengan tawa. (Cit)
Baca juga: