Menyigi Otentikasi Sketsa Lewat Pameran [Re]kreasi Garis

![Menyigi Otentikasi Sketsa Lewat Pameran [Re]kreasi Garis](https://img.merahputih.com/media/2c/6e/96/2c6e966c50cfe3c2bef8220215dab269.png)
Acara pameran [Re]kreasi Garis di Galeri Nasional Indonesia. (MP/Zaimul Haq)
SEORANG bocah tampak sedang duduk merenung bersandar di sebatang pohon. Mukanya lusuh. Pakaiannya rombeng. Rambutnya berombak diterpa angin. Sekilas ia tampak merintih menanggung derita.
Bocah itu tak nyata hidup. Ia hanya coretan-coretan sketsa hasil karya Henk Ngatung yang terpajang di halaman awal pameran 'Sketsa [Re]kreasi Garis' yang diselenggarakan Galeri Nasional Indonesia.
"Karya seni sketsa Henk yang diberi judul 'melamun' ini terinapirasi dari Ono Saseo. Seorang yang bisa dikatakan peletak batu pertama dunia Sketsa," terang Bambang Bujono, salah satu kurator pameran.

Selain karya Henk, banyak sketsa karya para maestro sketchers yang mendampinginnya. Seperti, Srihadi Soedarsono, Tedja Suminar, serta sketsa yang dikoleksi Galeri Nasional Indonesia S.Sudjojono, Oesman Effendi, Henk Ngantung, dan lain-lain.
Termasuk juga ratusan karya sketchers se-Indonesia lewat open call di media sosial Instagram dan Facebook melaui mekanisme hashtag #KamiSketsaGalNas dan #rekreasigaris. "Sebanyak 446 karya hasil kurasi, terpilihlah 234 sketsa dari 138 peserta dipamerkan," jelas Bambang.
Penampilan karya open call lewat media sosial bukan tanpa alasan. Fenomena media sosial menjadi alasan kuat untuk menampilkan karya melaui hashtag. Media sosial menjadi tempat yang subur penyebaran karya sketsa.
"Selain itu, lewat open call ini kita juga ikut mewarnai media sosial dengan postingan yang indah dan bermanfaat," kata salah satu kurator lainnya, Teguh Margono senja kala di ruangan pameran.
Teguh tak menampik bahwa karya sketsa yang sudah berkembang di Indonesia muncul dari sketsa urban yang dikerjakan oleh warga. "Karena di zaman sekarang sketsa bukan hanya milik seorang seniman saja. Masyarakat umum pun juga boleh memiliki sketsa," jelas Teguh.
Mengenai kualifikasi karya yang akan ditampilkan dalam pameran ini, Teguh mengatakan bahwa karya yang bersentuhan dengan garis dengan objek beragam seperti gedung, lansekap, aktivitas, dan figur atau potret. (Zai)
Baca Juga: Aroma Kematian dalam Pameran Titik Temu Proyek SKS
Bagikan
Berita Terkait
Dari Bali hingga Korea, Art Jakarta 2025 Hadirkan Arus Baru Seni Kontemporer

Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
ArtMoments Jakarta 2025 Tampilkan 600 Seniman dan 57 Galeri, Angkat Tema 'Restoration'

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

ARTSUBS 2025 Hadirkan Ragam Material dan Teknologi dalam Ruang Seni yang Lentur

PT KAI Gelontorkan Rp 3,05 Miliar Buat UMKM, Termasuk Pameran Internasional

Emte Rilis ‘Life As I Know It’, Rayakan Kesendirian lewat Pameran Tunggal

Lukisan, Harapan, dan Kebaikan: Ekspresi Tulus Pelukis Gadis Dharsono di Pameran 'Joy in Color'
Transformasi ArtMoments Jakarta: Pameran Seni 2025 Usung Tema 'Restoration'

Pameran ‘PARALLELS’ di Ubud Art Ground Tampilkan Warisan Seni dalam Perspektif Kontemporer
