Pro dan Kontra Bermain Game Open-World


The Legend of Zelda. (Foto: zelda.com)
BERADA di dalam dunia yang membuat kamu dapat berlarian ke sana kemari. Menginjak padang rumput dan mengitari sungai bermandikan pancaran sinar matahari yang cerah. Kamu bebas pergi ke manapun ke tempat yang kamu suka apabila tidak sedang menjalankan sebuah misi. Itulah perasaan yang dapat kamu rasakan saat bermain game open world.
Pada dasarnya, game berkonsep open-world berlatar tempat dunia terbuka. Game ini membiarkan pemain dapat berkeliaran dengan bebas. Di hamparan tanah yang luas itu nantinya kamu dapat menemukan musuh baru, easter egg, dan mengoleksi item-item yang tersebar.
Baca Juga:
Street Fighter 6 Hadir dengan Open World dan Kustomisasi Karakter
Selain itu, game ini memiliki banyak non-playable-characters (NPCs) yang masing-masing dapat kamu ajak bicara dan beberapa dapat memberikan kamu side quests. Tiap hal yang kamu katakan atau lakukan akan menuai reaksi dari NPC. Jika kamu berhasil membantu mereka, kamu akan mendapat hadiah seperti peti harta karun ataupun item berguna lainnya.
Karena kelebihan tersebut, game open world memiliki nilai plus karena pemain merasa dihargai atas kerja kerasnya mengerjakan misi. Selain itu, saking besarnya map dan banyaknya NPCs, dua pemain game yang sama bisa memiliki dua pengalaman 180 derajat berbeda. Kamu mungkin menemukan sesuatu hal yang berbeda dari pemain lainnya.
Namun, meski terdengar sangat seru, tak selamanya game open-world disukai para pemain. Beberapa pemain berpendapat bahwa game open-world membosankan lantaran demi mengembangkan map, sering kali kualitas jalan cerita dan dialog diabaikan. Bahkan, di beberapa game map cenderung terlalu besar, tetapi isinya terasa kosong. Pengembang game hanya meng-copy dan paste elemen-elemen yang ada di dalam game, seperti bentuk rumah sama, pohon sama, dan elemen lainnya yang serupa.
Baca Juga:
'Fire Emblem Engage' Siap Rilis di Nintendo Switch pada 2023
Selain itu, karena map yang terlalu besar, pemain memerlukan puluhan hingga ratusan jam untuk dapat mengeksplorasi dan menyelesaikan misi. Salah satu contohnya adalah Dying Light 2 yang menuai kontroversi lantaran memerlukan hingga 500 jam untuk memainkan game ini. Hal ini menyebabkan pemain masuk ke jurang kelelahan.

Tak hanya itu, Game fatigue menjadi suatu topik yang kerap kali dibahas oleh para pemain game open-world. Selain map yang terlalu besar, faktor RPG juga menjadi alasan pemain mengalami game fatigue. Rata-rata game open-world mengharuskan pemain untuk meningkatkan level karakternya. Genshin Impact misalnya, game ini bisa mencapai di atas 60 karakter, dan di dalam karakter masih pula terdapat elemen-elemen yang perlu ditingkatkan. Alhasil, pemain lebih fokus untuk grinding, menaikkan level dan memperkuat karakter dibandingkan melanjutkan cerita.
Dalam beberapa kasus, untuk melanjutkan jalan cerita pemain diharuskan meningkatkan kekuatan karakter ke level tertentu. Apakah sobat gamers merasakan hal yang sama, atau kamu tak masalah dengan konsep game open-world? (kmp)
Baca Juga:
.
Bagikan
Berita Terkait
Roblox Jadi Ekstrakurikuler SMP di Solo, Walkot Respati Sebut Jadi Edukasi Menarik

Genshin Impact Rayakan Anniversary Ke-5, Nod-Krai Resmi Dibuka

Adaptasi Game Thriller 'Exit 8' Hadir di Layar Lebar: Misteri, Anomali, dan Ketegangan di Stasiun Bawah Tanah Tokyo

Genshin Impact Versi Candra I Hadir 10 September, Bawa Terang Rembulan di Nod-Krai

HoYoverse Umumkan Honkai: Nexus Anima, Buka Pendaftaran Uji Coba Tertutup

Zenless Zone Zero Versi 2.2 Rilis 4 September, Kenalkan Obol Squad yang akan Membalikkan Keadaan

Mengenal Berbagai Cara Top Up Game dengan Aman dan Terjangkau

DPR Dukung Larangan Roblox: Bukan Sekadar Game, Konten di Dalamnya Dicurigai Merusak Moral dan Memicu Kekerasan Anak

Pemerintah Didesak Blokir Roblox, KPAI: Jika Mereka Terbukti Melanggar UU ITE

Pemprov DKI Peringatkan Bahaya Tersembunyi di Balik Game Roblox yang Marak Dimainkan Anak-Anak, Orang Tua Wajib Waspada
