Peralihan Hati dan Energi Baru Cokelat di Bentara Budaya
Cokelat saat berdoa sebelum memulai konser di Bentara Budaya, Jakarta. (MP/Thomas Kukuh)
RATUSAN orang yang berkumpul di depan panggung Bentara Budaya, Kamis (20/9) was-was. Hujan ringan yang datang mendadak membuat mereka bubar. Mencari tempat berteduh.
Padahal, sebentar lagi band yang mereka tunggu-tunggu akan segera unjuk kebolehan: Cokelat. Di panggung terbuka Bentara Budaya.
Alat-alat ditutup terpal. Sound system dibungkus. Beberapa crew tampak terus disibukkan dengan hujan yang kian banyak datang bergerombol. Nasi tumpeng yang ada di atas panggung pun diumpetin. Agar tak berkuah air hujan.
Malam itu, sejatinya malam yang penting untuk Cokelat. Band yang sudah 22 tahun meramaikan industri musik tanah air itu akan menggelar konser untuk mengenalkan single baru mereka. Judulnya Peralihan hati.
Single itu nantinya yang akan dikeluarkan dalam album kesembilan mereka. Rencananya dirilis 2019 mendatang.
Cokelat memang cerdik. Albumnya belum dirilis, tapi jauh-jauh hari salah satu lagu andalannya dikenalkan. Caranya unik. Bikin konser di Bentara Budaya pula. Dengan tema yang tak biasa: Ngopi Bareng Cokelat!

Dengan memilih lokasi di Bentara Budaya, Colekat nampaknya ingin lebih dekat dengan penggemarnya. Biar makin dekat, Cokelat juga menyediakan kopi gratis bagi para penggemarnya yang datang.
Bukan kopi sembarangan. Kopi itu disediakan salah satu coffee shop ternama dari kawasan Gading Serpong. A Tale of Two Coffee Beans. “Semua kopi yang kami sediakan berasal dari Indonesia. Yang kualitasnya sudah diakui internasional,” kata pemilik a Tale of Two Coffee Beans Aang Sunadji di Bentara Budaya.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 20.00. Hujan sudah tak lagi gahar. Mulai reda. “Pawang hujannya hebat juga,” ujar salah satu pengunjung. Lantas terkekeh.
Mereka lega. Kembali ngumpul di kursi-kursi kayu yang sudah disediakan di depan panggung. Jarak kursi penonton dengan panggung tak jauh. Dekat banget.
Panggungnya juga tak terlalu tinggi. Sederhana. Tapi tata lampunya cukup lumayan untuk mendukung penampilan band papan atas. Pokoknya jauh lebih sip dibanding tata lampu panggung 17an.
Karenanya band yang berkonser di Bentara Budaya selalu mendapatkan sensasi berbeda. Lebih dekat dengan penontonnya. Lebih intim dengan penggemarnya.
Satu persatu personel Cokelat berjalan ke panggung. Edwin Marshal Sjarif (gitar) Ronny Febry Nugroho (bass), Axel Andaviar (drum) dan Jackline Rossy (Vokal). Penonton menyambut meriah.
Cuaca yang sebelumnya basah, mendadak cerah. Penonton makin banyak. Berebut sisi-sisi yang kosong di dekat panggung. Mirip rebutan tempat kosong di Transjakarta atau KRL. Yang jauh mendekat. Yang dekat merapat. Angkat pantat hilang tempat!
Sebelum Cokelat memulai konser, tumpeng yang tadi diumpetin dari hujan dikeluarkan. Potong tumpeng dulu. “Kenapa tumpeng ini bentuknya kerucut lancip? Karena ini adalah simbol kedekatan kita dengan Tuhan,” kata basis Cokelat Ronny membuka acara.
Ronny pun meminta semua yang hadir mendoakan Cokelat agar terus bisa berkarya. Terutama untuk kesuksesan album terbarunya nanti.
Di atas panggung, ternyata cokelat tak sendiri. Di bagian keyboard, mereka dibantu Irwan Opung Simanjuntak yang dalam album ini bertindak sebagai produser. “Saya dan Cokelat bukan sekadar teman dekat. Kami tumbuh bersama sejak di Bandung. Saya sangat bangga bisa bekerjasama dengan mereka,” kata Irwan.
Di tangan Irwan, Cokelat akan punya karakter tersendiri. Tapi juga tidak meninggalkan ciri khas cokelat.
Benar saja, lagu-lagu yang dibawakan Cokelat di Bentara Budaya seolah punya energi baru.
Konser itu dibuka dengan lagu Segitiga dari album Segitiga. Penggemar seolah bernostalgia. Bernyanyi bersama.
Usai membawakan lagu itu. Sang vokalis Jackline menyapa penonton. Dia mengaku konser ini adalah yang paling membuatnya tegang. “(Penonton) jangan tegang dong. Kalau kalian saja yang nonton tegang, kami yang di atas panggung jadi lebih tegang,” ujar Jackline itu.
Konser itu benar-benar pecah. Lagu-lagu legendaris Cokelat di awal 2000an, dibawakan. Lagu seperti Luka Lama, Karma, Jauh membius para penonton. Hampir semua ikut menyanyi.
Hingga akhirnya Cokelat pun membawakan lagu terbarunya: Peralihan Hati. Lagu ini terasa lebih segar. Meski masih mengusung tema patah hati. Ringan didengar tapi masih berkarakter Cokelat.
Lagu ini mendapat sambutan meriah dari penonton. “Asli saya tegang banget. Baru pertama membawakan secara live,” kata Jackline. Ternyata hal yang sama dirasakan personil lainnya.
Dalam konser tersebut, Cokelat juga secara resmi memperkenalkan bergabungnya Axel sebagai member. Setelah bertahun-tahun hanya menjadi additional drummer. "Axel juga merupakan sumber energi untuk Cokelat," kata Ronny.
Suasana makin panas saat anak Ovy Rif unjuk kebolehan menggebuk drum secara solo.
Tak ketinggalan, Cokelat juga membangunkan jiwa nasionalisme penontonnya dengan membawakan lagu-lagu nasional seperti Satu Nusa Satu Bangsa dan Gebyar Gebyar. Untuk menyanyikan lagu tersebut, mereka berkolaborasi dengan tim paduan suara Odebentara.
Lagu bendera pun menjadi pemuncak. “Kita buat teman-teman kita di Papua mendengar suara kita di sini,” seru Jackline. Usai memaksimalkan energi, Cokelat pun pamit. Semoga terus berkibar Cokelat, seperti Merah Putih! (kukuh/avia)
Bagikan
Berita Terkait
Kemenag Tetapkan Harga Referensi CPO dan Biji Kakao Periode November 2025
Rayakan Hari Kasih Sayang dengan Satukan Perbedaan lewat Sebatang Cokelat
Cokelat Dikaitkan dengan Hari Valentine, Simak 3 Faktanya
Krakakoa Kenalkan Cokelat Indonesia ke Dunia, Berdayakan Petani Lokal
Raisa Lepas Stres dengan Makan Dark Chocolate
Pipiltin Cocoa Semangat Jaga Kualitas Produk dan Pemberdayaan Petani Lokal
Outlet Dapur Cokelat di Jakarta Selatan Hadirkan Suasana Lebih Nyaman
Kampanye #IniIndonesiaku Ajak Rayakan Keindahan Budaya Indonesia
Spesial Bulan Penuh Cinta, Mazda Ciptakan MX-5 dari Cokelat
Produsen Cokelat Jepang Bikin Produk Perpaduan Cokelat dengan Wiski