Penyebaran Omicron Bakal Perburuk Rantai Pasok dan Inflasi Dunia


Ekspor. (Foto: Sekretariat Presiden)
MerahPutih.com - Ketidakpastian mengahantui duni karena dampak dari varian Omicron, terutama pada bidang ekonomi. Semakin luasnya penyebaran varian anyar ini, dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
"Mudah-mudahan itu bukan sesuatu yang akan memperlambat pertumbuhan ekonomi secara signifikan," kata Yellen. Ada banyak ketidakpastian, tetapi itu bisa menyebabkan masalah yang signifikan. Kami masih mengevaluasi itu," ujar Menteri Keuangan (Menkeu) AS Janet Yellen, Kamis (2/12).
Baca Juga:
Waspada Omicron, Ini Saran Jubir Satgas COVID-19 UNS Solo kepada Pemerintah
Varian Omicron yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan. Padahal, perlambatan ekonomi AS sudah terdampak sangat parah disebabkan oleh munculnya varian Delta dari COVID-19 awal tahun 2021.
Dikutip Antara, Yellen mengatakan, jenis baru Virus Corona dapat memperburuk masalah rantai pasokan dan meningkatkan inflasi, tetapi juga dapat menekan permintaan dan menyebabkan pertumbuhan yang lebih lambat, yang akan mengurangi beberapa tekanan inflasi.
Penyebaran Omicron telah mengguncang pasar keuangan dan mendorong pemerintah-pemerintah di seluruh dunia untuk memperketat pembatasan perjalanan dan tempat kerja. Amerika Serikat melaporkan kasus pertama penularan komunitas dari varian baru pada Kamis (2/12/2021).
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengingatkan proses pemulihan semua negara di dunia tak akan mudah dan mulus, sehingga seluruh pihak harus sangat mewaspadai hal ini.
"Inflasi misalnya, telah meningkat di banyak negara maju dan negara berkembang. Tekanan inflasi ini tentunya akan memaksa negara untuk menyesuaikan kebijakannya, terutama dari sisi moneter melalui pengetatan atau kenaikan suku bunga," ujar Menkeu Sri Mulyani dalam acara OJK-OECD Conference di Jakarta, Kamis (2/12).
Menurutnya, pengetatan kebijakan moneter tersebut pun akan memiliki implikasi serius atau spillover effect bagi seluruh dunia, termasuk potensi volatilitas pasar keuangan atau bahkan krisis.
Dengan demikian, lanjutnya, kebijakan Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed), serta kebijakan bank sentral Eropa tentunya akan berpotensi memberikan efek limpahan ke seluruh dunia, sehingga seluruh negara harus sangat waspada dengan situasi yang dinamis ini.
Sri Mulyani tak ingin dunia berakhir dalam situasi di mana proses pemulihan masih terlalu dini, rapuh, dan lemah, sementara inflasi sudah mengambil alih.
"Jadi ini semacam situasi spekulasi atau tantangan," ucap Menkeu Sri Mulyani. (Asp)
Baca Juga:
Guru Besar UI Tegaskan PCR Masih Berfungsi Deteksi COVID-19 Omicron
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Pujian Presiden Prabowo ke Tim Ekonomi dan Menlu Sugiono di Sidang Kabinet, Senang Dengan Capaian Ekonomi

Lapangan Usaha Jasa Lainnya Alami Pertumbuhan Tertinggi, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal 4,04 Persen

Politikus Demokrat Minta Presiden Prabowo Contoh Program SBY Dorong Pertumbuhan Ekonomi

GMNI Desak Pemerintah Kurangi Instabilitas Politik, Fokus ke Perbaikan Ekonomi dan Kurangi Pengangguran

Sekjen Gerindra Sebut Megawati Ajarkan Prabowo soal Pemulihan Ekonomi

Indonesia Segera Kirim Tim Diplomasi Tarif Resiprokal AS, Belum Siapkan Tarif Balasan
5 'Pukulan Telak' untuk Ekonomi Indonesia Imbas AS Tetapkan Resiprokal 32%

Prabowo Panggil Sejumlah Menteri Rancang Kebijakan Fiskal APBN 2026

Indonesia Gabung New Development Bank, Prabowo: ‘Booster’ Kuat untuk Strategi Transformasi

Pasar Dihantui Sentimen Negatif, Istana Bakal Rutin Ajak Ekonom Bahas Outlook Ekonomi Indonesia
