Pengamat Sebut Penataan 'Tali Asih' Berikan Banyak Manfaat


Pengamat olahraga nasional sekaligus wartawan olahraga senior, Suharto Olii. (Foto: MerahPutih/Eggi Paksha)
MerahPutih Olahraga - Peran dan perhatian perintah terhadap prestasi mantan maupun atlet dengan memberikan penghargaan atas pencapain yang sudah diraih, sudah sangat bagus. Hal tersebut, diungkapkan pengamat olahraga Nasional, Suharto Olii.
Hanya saja ditambahkannya, diperlukan adanya penataan dalam pemberian bonus atau yang sering disebut-sebut sebagai 'Tali Asih'.
"Harus daikui jika selama ini, pemberian bonus itu sifatnya insidentil. Ke depan, harus ditata dengan sangat baik dan jangan bonus saja. Itu kurang tepat, kalau atlet tidak dapat mengelola dengan baik, uangnya bisa cepat habis. Bahkan akibat terburuknya, menciptakan atlet menjai konsumtif," terang Suharto Olii di Jakarta, Kamis (10/12).
"Ellyas Pical, contohnya. Dia juara dunia tinju profesional. Namun akhirnya, dia hanya menjadi kurir di KONI Pusat. Kalo punya uang lalu dikelola dengan baik, hidupnya tidak seperti sekarang. Di tahun 1985, dia merupakan atlet terkaya di Indonesia, karena dengan bayaran mencapai 125 Dolar AS," ujarnya.
Sebagai catatan, Ellyas kelahiran Saparua, Maluku Tengah, 14 Maret 1960, merupakan juara dunia kelas bantam yunior (55,3 kg) International Boxing Federation (IBF) 1985-1989. Dia telah bertanding 11 kali dalam perebutan gelar dunia, dan tiga kali meraih gelar dunia IBF.
Kemudian meraih gelar IBF dengan meng-KO Ju Do-chun (Korsel) ronde ke-8 pada 3 Mei 1985. Lalu secara beruntun Pical bertarung di kejuaraan dunia, melawan Wayne Mulholand (Australia), Cesar Polanco (Puerto Rico), Lee Dong-chung (Korsel), Khaosai Galaxy (Thailand), Tae Il-chang (Korsel), Raul Diaz (Kolumbia), Ki Chang-kim (Korsel), Mike Phelps (AS), dan Juan Polo Perez (Kolumbia).
Promotor Boy Bolang memberikan honor tinggi untuk setiap kali Pical duel. Bahkan lawan Galaxy di unifikasi gelar IBF dan WBA, Bolang lebih "gila" lagi dengan memberi honor mantan juara Piala Presiden ini 150.000 dolar AS.
"Tapi kita lihat sekarang, dia cuma hidup sebagai kurir surat. Padahal dia seharusnya bisa hidup lebih layak," tutupnya.(esa)
Baca juga:
- Pengamat Minta Pemerintah Wujudkan Dana Pensiun Atlet Berpestasi
- Pengamat Berharap Penataan Strategi Pemberian Bonus Bagi Mantan Atlet
- Mengupas Kisah Miris Mantan Atlet Taekwondo dari Papua
- Kisah Haru Mantan Taekwondo Indonesia Berbakat yang Rendah Hati
- Suharyadi, Petenis Peraih Emas yang Terlupakan
- Atlet Nasional Terpuruk di Penghujung Kariernya
Bagikan
Berita Terkait
Atlet DKI Peraih Medali Emas Papernas Dijanjikan Bonus Rp 400 Juta

Pemerintah Siapkan Bonus Sedikitnya Rp 5-6 Miliar Untuk Peraih Medali Emas

Jokowi Jamin Atlet Peraih Medali Olimpiade 2024 Pasti dapat Bonus
