Pelukis Dullah dan Cerita Guratan Kanvas Anak-Anak Revolusi


Pelukis Dullah. (Nederlands Fotomuseum)
SESOSOK perempuan berkebaya putih mengenakan jarik atau kain bawahan batik terkulai lemah di lantai. Seorang serdadu berkulit legam mencengkeram rambut sang perempuan dengan tangan kiri, sedangkan serdadu lain memoporkan senapan mengarah dada.
Sementara di sebelahnya, sang suami perempuan tersebut jatuh terjungkal tertimpa kursi sembari merangkul si anak lelaki. Di sudut lain, seorang serdadu mengamati kejadian itu sembari membopong senapan.
Gambaran aksi kekerasan tiga serdadu kepada penduduk bumiputera terekam pada lukisan karya pelukis Dullah bertajuk “Praktek Tentara Pendudukan Asing” koleksi Bung Karno.
Hari ini, 98 tahun silam, sang pelukis lahir di kota Solo, Jawa Tengah. Pelukis berambut keriting ikal tersebut memperlajari seni lukis realis dengan pelukis Affandi dan S Soedjojono di perkumpulan Seniman Indonesia Muda (SIM).
Semasa revolusi fisik, Dullah tak segan turun gelanggang melukis persitiwa pertempuran ketika Belanda menyerbu ibukota RI di Yogyakarta, 14 Desember 1949. Dia mengajak para seniman muda, semisal Mohammad Toha (11 tahun), Muhammad Affandi (12 tahun ), Sarjito (14 tahun ), FX Soepono (15 tahun), dan Sri Suwarno (14 tahun) untuk menangkap peristiwa pertempuran ke dalam kanvas.
Para pelukis muda tersebut telah mendapat asuhan Dullah selama lebih kurang setahun. Gaya realisme Dullah dianggap salah datu bentuk paling cocok untuk merekam banyak kejadian selama pertempuran.
Sebelum kelima pelukis turun ke palagan, Dullah sempat memberi gambaran singkat mengenai medan pertempuran. Dia memberi instruksi kepada meraka untuk menggambar apa pun, situasi perang, penangkapan, dan kekejaman Belanda.
Agar tak tertangkap pihak seteru, mereka harus melukis pada bidang lukis ukuran mini, bahkan lebih kecil ketimbang ukuran kartu pos. Siasat berjalan apik. Mereka menghasilkan 84 lukisan on the spot selama Agresi Militer II tahun 1948 di Yogyakarta, meski salah seorang di antara mereka, Sarjito, tertangkap dan dijebloskan ke dalam penjara.
Produksi lukisan anak-anak revolusi tersebut kemudian dibukukan pada tahun 1982 dengan judul Karya Dalam Peperangan dan Revolusi, diterbitkan Balai Pustaka.
Dullah pun berhasil menuangkan laporan padangan mata selama pertempuran ke atas kanvas, salah satunya lukisan berjudul “Praktek Tentara Pendudukan Asing”. Tak heran bila Dullah mendapat sebutan ‘Pelukis Revolusi’. (*) Achmad Sentot
Baca juga artikel terkait pelukis Dullah; Dullah, Pelukis Kepercayaan Bung Karno
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
Fraksi Golkar Minta Rencana Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Ditinjau Kembali

Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya

Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Diklaim Sudah Disetujui, Bakal Habiskan Anggaran Rp 9 Miliar

Tulis Sejarah Ulang Indonesia, Menbud Fadli Zon Libatkan 113 Penulis

AKSI Kritik Proyek Penulisan Ulang 'Sejarah Resmi', Disebut sebagai 'Kebijakan Otoriter untuk Legitimasi Kekuasaan'

Kenapa Kita Halalbihalal sepanjang Bulan Syawal? Ini Asal-Usul dan Sejarahnya yang Jarang Diketahui

Sultanah Nahrasiyah, Jejak Perempuan Pemimpin dari Samudra Pasai

Petualangan Waktu ke Samudra Pasai, Melihat Kehidupan Masyarakat Pesisir di Kerajaan Besar Bercorak Islam di Sumatera

Sejarah Libur Panjang Ramadan Anak Sekolah Masa Kolonial, Kisah-Kisah Seru Mengisi Waktu Libur

Menelusuri Perbedaan Penentuan Awal Puasa di Indonesia: Sejarah, Tradisi, dan Keberagaman
