Pantai Batu Kora, Tempat Favorit Wisatawan Intip Mentari Tenggelam di Balik Batu


Panta Batu Kora. (Foto: instagram.com/irwan_to_27)
PANTAI Batu Kora terletak di Desa Wangel, Kecamatan Pulau-pulau Aru, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku. Di sini tempatnya para wisatawan menikmati matahari tenggelam di Laut Arafuru.
Salah satu momen paling indah dan ditunggu para pemburu foto yaitu ketika matahari sejajar dengan gugusan batu di kawaan pantai. Pemandangan sisi timur menunjukkan seolah-olah matahari terbenam di balik batu-batu.
1. Pantai dihiasi batu-batu besar dan deretan pinus

Dikutip Inovasi Desa, istilah mengintip mentari dari balik batu biasa diungkapkan masyarakat setempat untuk melukiskan terbenamnya matahari di Pantai Batu Kora. Tiga pecahan batu besar yang kelilingnya lebih dari 7 meter, dengan tinggi sekitar 5 meter dari dasar laut berbanjar tegak ke tengah laut itu memang merupakan daya tarik utama di pantai tersebut.
Di pantai itu ada juga beberapa batu lain berukuran lebih kecil berdiri di sana membentuk sebuah gugus batu dengan jarak lebih kurang 50 meter hingga 70 meter dari garis pantai.
Pada salah satu bongkahan batu terbesar, di bagian atas terdapat lapisan tanah yang ditumbuhi pohon kelapa dan pinus. Pinus merindang hijau dan kelapa tegak menjulang, subur seperti halnya tumbuh di habitat biasanya. Ketika laut surut hingga belasan meter dari bibir pantai, pengunjung dengan mudah mendekati batu-batu itu.
Deretan batu yang terbilang unik tampak sempurna karena dibingkai pesisir pantai berpasir putih sejauh hampir 2 kilometer. Di sana berdiri ratusan pohon nyiur sehingga membuat suasana terasa asri kendati matahari siang menyengat.
2. Pemandu lokal dari marga Watumlawar

Terdapat pula lima gazebo sederhana beratap daun kelapa. Pengunjung bisa istirahat sambil menikmati buah kelapa muda yang dijual warga setempat.
Selesai menyantap kelapa muda, pengujung bisa berenang menikmati birunya laut. Semilir angin laut yang mengundang rasa kantuk dapat mengantar pengunjung beristirahat sejenak. Jangan khawatir, tempat tersebut aman, warga yang ditemui ramah menyapa dan memberi senyum. Untuk menikmati suasana di sana, pengunjung cukup membayar Rp 5.000.
Sajian pesonanya memang menggairahkan penikmat wisata sehingga menjadi pilihan utama warga Dobo, ibu kota Kabupaten Kepulauan Aru, dan sekitarnya. Jaraknya sekitar 3 kilometer dari Dobo. Para wisatawan dan tamu daerah dari luar daerah yang berkunjung ke sana juga disarankan agar terlebih dahulu mendatangi tempat itu sebelum menjelajahi tempat wisata lain.
Namun, warga setempat selalu wanti-wanti kepada pengunjung yang baru pertama kali datang ke pantai itu agar tidak mendekati batu besar tersebut sendirian. Mereka harus ditemani warga setempat atau pemilik lahan itu, yakni dari keluarga marga Watumlawar.
Baca juga berita lainnya dalam artikel: 10 Universitas Tertua di Dunia, Salah Satunya Terkait Ekspedisi Hindia Belanda
3. Cerita tentang penentuan kasta masyarakat Aru

Keindahan Pantai Batu Kora menyimpan cerita. Konon, pecahan batu itu merupakan tonggak sejarah penentuan kasta dalam kehidupan sosial masyarakat Aru. Itu bermula dari ”perang” antara dua saudara, Ursia dan Urlima, untuk membuktikan siapa menjadi yang sulung di antara mereka. Urlima menggunakan simbol ikan paus, sedangkan Ursia melambangkan dirinya dengan ikan hiu.
Keduanya pun melakukan lomba mendayung perahu dari Fatujuring, sebuah desa di Aru bagian selatan, menuju tempat itu. Dalam perlombaan, Ursia tidak bisa mencapai garis akhir karena sampannya karam dihantam gelombang.
Sementara itu, Urlima berhasil mencapai tempat itu dan sampannya menabrak sebuah bongkahan batu hingga batu tersebut pecah menjadi tiga bagian. Hukum alam membuktikan, Urlima-lah menjadi yang sulung dalam strata sosial masyarakat Aru.
4. Setiap tahun selalu ada paus terdampar di Pantai Batu Kora

Tokoh masyarakat Aru, yang juga mantan Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Aru Benny Tulanem, mengatakan, pecahnya Batu Kora adalah menjadi simbol Urlima. Itu ditegaskan dengan terdamparnya ikan paus setiap tahun, pada Januari hingga April.
Kendati kaya dengan lokasi wisata yang eksotik, belum banyak wisatawan yang datang ke Kabupaten Kepulauan Aru. Dalam satu tahun, wisatawan mancanegara yang berkunjung tidak lebih dari 15 orang. Selain kurang promosi, akses menuju Dobo juga minim. (*)
Baca juga berita lainnya dalam artikel: 5 Kota Paling Berhantu di Dunia, Berani Datang?
Bagikan
Berita Terkait
Menelusuri Jakarta Premium Outlets, Ruang Belanja Baru yang Mengusung Keberlanjutan dan Inklusi

4 Pariwisata Bahari di Pulau Enggano, Wajib Masuk Bucket List Traveling

Monumen Kapal Lampulo, Saksi Bisu Dahsyathya Tsunami Aceh

5 Destinasi Wisata untuk Habiskan Pergantian Tahun di Sumatra Utara

3 Destinasi Sejuk Dalam Negeri untuk Liburan Akhir Tahun

Kolaborasi dengan Kementerian Pariwisata, Denda Buat Jingle untuk Labuan Bajo

IShowSpeed Belajar Kosakata 'Minggir Lo Miskin' di Yogyakarta

Jelajahi Keindahan dan Pengalaman Liburan dengan Kapal Liveaboard di Labuan Bajo

5 Tempat Wisata Sejarah di Banten, Penuh Peninggalan Kesultanan

5 Destinasi Wisata Favorit Wisatawan di Provinsi Banten
