Novel Ini Ramalkan Fenomena Masa Depan Pascaperang Dunia II


Perang dunia II sudah diramalkan dalam novel ini. (Foto: rt)
PERANG Dunia II adalah sejarah kelam dunia. Pecahnya Perang Dunia II memberi efek massif kepada seluruh negara yang ada di dunia. Di balik Perang Dunia II muncul satu nama yang disebut-sebut menjadi dalang dari besarnya Perang Dunia II. Sosok tersebut adalah pengusung partai NAZI, Adolf Hitler. Dampak kepemimpinan Hitler meluas hingga penjuru dunia termasuk wilayah Asia. Uniknya, kisah tentang NAZI telah diramalkan beberapa tahun sebelumnya oleh seorang penulis bernama Katharine Burdekin atau dengan nama pena Murray Constantine.
Burdekin lahir pada 1896 di Derbyshire, Inggris. Orang tuanya tak mengizinkannya untuk menempuh pendidikan di Oxford seperti saudaranya yang lain. Ia pun menikah dengan atlet olimpiade. Setelah memiliki dua orang anak perempuan, ia bermigrasi ke Australia, menulis, dan meninggalkan suaminya. Tahun 1930an menjadi periode paling produktif dalam hidupnya. Buku-bukunya banyak menyoroti rasionalitas, perjalanan waktu, dan jender.

Ketika karyanya semakin berbau politik pada 1934, ia mulai melindungi identitas pribadinya. Namanya pun tak lagi muncul di publik. Dengan menggunakan identitas barunya, ia menghasilkan karya fenomenal berjudul Swastika Night. Ketika seorang sarjana sastra bernama Daphne Patai mendesak penerbit Swastika Night untuk menyebutkan nama asli buku tersebut, terungkaplah bahwa ia adalah Katharine Burdekin.
Bukunya yang berjudul Swastika Night mendeskripsikan secara detil NAZI dan efeknya beberapa tahun kemudian. Uniknya lagi, buku tersebut diterbitkan pada 1937 atau beberapa tahun sebelum Perang Dunia II meledak. Tak hanya mendeskripsikan Perang Dunia II secara tepat, buku tersebut seolah meramalkan dampak jangka panjang dari Perang Dunia II.

Dampak buruk yang ia gambarkan tersebut antara lain pemimpin otoriter, ideologi rasial, hubungan seksual dan kekuasaan. Sejumlah fenomena dan permasalahan yang ia tuliskan pada 1937 bahkan masih berlaku hingga 2018.
Walaupun tema utama buku tersebut adalah politik, Burdekin juga mengangkat masalah jender. Ia pun menjabarkan isu jender secara gamblang. Menurutnya, perempuan akan menghadapi "a reflection of men’s wishes” yakni masa dimana perempuan hanya menjadi refleksi dari harapan pria. “Perempuan yakin jika ia berusaha mendekati tipe idaman dari pasangannya maka laki-laki akan lebih mencintainya,” demikian tulisnya.
Novel tersebut dipamerkan di pameran fiksi di Grolier Club, sebuah organisasi pecinta buku klasik di New York pada Januari 2018. (avia)
Bagikan
Berita Terkait
MGM+ Akan Buat Serial dari Salah Satu Novel Terbaik Stephen King

Pidi Baiq Bakal Luncurkan Novel 'Dilan 1983 Wo Ai Ni'

Netflix Batalkan Rencana Spin Off Percy Jackson 'Kane Chronicles'

Novel 'Die Sommer' Terbit dalam Bahasa Indonesia

Rekomendasi Novel untuk Temani Perjalanan Mudik
