Teknologi

MIT Uji Kapsul Sensor Pernapasan Melalui Usus yang Dapat Dicerna

Andrew FrancoisAndrew Francois - Senin, 20 November 2023
MIT Uji Kapsul Sensor Pernapasan Melalui Usus yang Dapat Dicerna

MIT dan Harvard kembangkan sensor pernapasan yang bisa ditelan. (Foto: Celero Systems)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SEBUAH tim peneliti dari MIT telah mengembangkan kapsul yang dapat dimakan, mampu memantau tanda-tanda vital seperti detak jantung dan pola pernapasan dari dalam saluran pencernaan pasien. Perangkat ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda depresi pernapasan selama overdosis opioid.

Giovanni Traverso, seorang profesor teknik mesin di MIT yang memimpin pengembangan sensor dapat dicerna ini, menyatakan bahwa perangkat tersebut akan sangat bermanfaat untuk studi tentang tidur, seperti dilaporkan Engadget, Sabtu (18/11).

Biasanya, studi tidur melibatkan pasien yang terhubung ke sejumlah sensor dan perangkat. Dalam laboratorium dan penelitian di rumah, sensor dapat dipasang di kulit kepala, pelipis, dada, dan paru-paru pasien dengan kabel.

Baca juga:

Elon Musk Sumbang Rp 153 Miliar untuk Penelitian Fertilitas

Sensor seukuran vitamin itu tidak memberikan efek samping pada pasien. (Foto: Celero Systems)

Pasien juga bisa memakai kanula hidung, sabuk dada, dan oksimeter denyut yang terhubung ke monitor portabel. Traverso menyatakan bahwa mencoba tidur dengan semua mesin ini bisa menjadi tantangan.

Uji coba menggunakan kapsul buatan Celero Systems, perusahaan rintisan yang dipimpin oleh peneliti MIT dan Harvard, menandai pertama kalinya teknologi sensor dapat dicerna diuji pada manusia. Kapsul tersebut berisi dua baterai kecil dan antena nirkabel yang mengirimkan data.

Sensor seukuran kapsul vitamin itu bergerak melalui saluran pencernaan, mengumpulkan sinyal dari perangkat tersebut di dalam perut. Para peserta menginap semalam di laboratorium tidur sementara kapsul mencatat pernapasan, detak jantung, suhu, dan motilitas lambung.

Sensor tersebut bahkan berhasil mendeteksi sleep apnea pada salah satu pasien. Hasilnya menunjukkan bahwa makanan yang dikonsumsi dapat mengukur metrik kesehatan setara dengan peralatan diagnostik medis di pusat tidur.

Baca juga:

Penelitian Menemukan bahwa Ibu Mewarisi Kepandaiannya pada Anak-anak

Teknologi sensor yang dapat dicerna dapat menghilangkan kebutuhan akan metode tradisional di mana pasien harus menginap semalam di laboratorium tidur dan dihubungkan ke sejumlah sensor dan perangkat.

Pentingnya, MIT menyatakan bahwa tidak ada efek samping yang dilaporkan akibat konsumsi kapsul. Meskipun kapsul biasanya melewati pasien dalam waktu sekitar satu hari, peneliti berharap untuk meningkatkan masa simpan internalnya agar dapat berada di perut pasien selama seminggu.

Ali Rezai, ketua eksekutif Institut Ilmu Saraf Rockefeller Universitas West Virginia, melihat potensi besar untuk menciptakan jalur baru melalui perangkat ini yang dapat membantu penyedia layanan mengidentifikasi kapan pasien mengalami overdosis sesuai dengan kondisi vitalnya.

Mereka bahkan mempertimbangkan kemungkinan memasukkan obat secara internal, seperti agen pembalikan overdosis, jika sensor mencatat bahwa laju pernapasan seseorang melambat atau terhenti. Lebih banyak data dari penelitian ini akan segera tersedia dalam beberapa bulan mendatang. (waf)

Baca juga:

Penelitian: Ubur-ubur Sisir Hewan Paling Tua di Dunia

#Teknologi
Bagikan
Ditulis Oleh

Andrew Francois

I write everything about cars, bikes, MotoGP, Formula 1, tech, games, and lifestyle.

Berita Terkait

Fun
Bocoran Warna Xiaomi 17 Series Terungkap, Segera Meluncur 25 September
Bocoran warna Xiaomi 17 Series kini terungkap. HP ini bakal segera meluncur 25 September 2025 mendatang.
Soffi Amira - Selasa, 23 September 2025
Bocoran Warna Xiaomi 17 Series Terungkap, Segera Meluncur 25 September
Fun
iPhone Air Lebih Awet dari Samsung Galaxy S25 Edge, Bisa Bertahan hingga 9 Jam!
iPhone Air lebih irit dibanding Samsung Galaxy S25 Edge. Menurut pengujian XEETECHCARE, iPhone Air bisa bertahan hingga 9 jam.
Soffi Amira - Senin, 22 September 2025
iPhone Air Lebih Awet dari Samsung Galaxy S25 Edge, Bisa Bertahan hingga 9 Jam!
Fun
Xiaomi 17 Series Meluncur 25 September, Bawa Chipset Snapdragon 8 Elite Gen 5
Xiaomi 17 Series akan meluncur 25 September 2025 di Tiongkok. Ponsel tersebut akan membawa chipset Snapdragon 8 Elite Gen 5.
Soffi Amira - Senin, 22 September 2025
Xiaomi 17 Series Meluncur 25 September, Bawa Chipset Snapdragon 8 Elite Gen 5
Fun
Spesifikasi OPPO Find X9 Mulai Bocor, Sudah Muncul di Database NBD Vietnam
Spesifikasi OPPO Find X9 kini sudah bocor. Ponsel tersebut bahkan muncul di database NDB Vietnam. Berikut adalah spesifikasinya.
Soffi Amira - Jumat, 19 September 2025
Spesifikasi OPPO Find X9 Mulai Bocor, Sudah Muncul di Database NBD Vietnam
Fun
iPhone 18 Pro Berencana Adopsi Desain Semi-transparan, Jadi Keputusan Paling Berani?
iPhone 18 Pro kabarnya akan menggunakan desain semi-transparan. Nantinya, pengguna bisa melihat bagian dalam HP tersebut.
Soffi Amira - Jumat, 19 September 2025
iPhone 18 Pro Berencana Adopsi Desain Semi-transparan, Jadi Keputusan Paling Berani?
Fun
Vivo X300 Bakal Jadi Pesaing iPhone 17, Punya Fitur Mirip AirDrop
Vivo X300 bakal jadi pesaing iPhone 17. HP ini menghadirkan fitur yang mirip AirDrop. Lalu, apa saja yang akan dibawa HP ini?
Soffi Amira - Rabu, 17 September 2025
Vivo X300 Bakal Jadi Pesaing iPhone 17, Punya Fitur Mirip AirDrop
Fun
Casing Samsung Galaxy S26 Ultra Bocor, Desain Barunya Jadi Sorotan
Casing Samsung Galaxy S26 Ultra bocor. Hal itu pun menimbulkan pertanyaan soal desainnya.
Soffi Amira - Rabu, 17 September 2025
Casing Samsung Galaxy S26 Ultra Bocor, Desain Barunya Jadi Sorotan
Lifestyle
Gucci, Balenciaga, dan Alexander McQueen Diretas, Hacker Sandera Data Pribadi Pelanggan
Data yang dicuri mencakup nama, alamat e-mail, nomor telepon, alamat rumah, serta total jumlah belanja di toko-toko mewah tersebut di seluruh dunia.
Dwi Astarini - Rabu, 17 September 2025
Gucci, Balenciaga, dan Alexander McQueen Diretas, Hacker Sandera Data Pribadi Pelanggan
Lifestyle
Keberadaan AI Dalam Kehidupan Manusia Menjadi Keniscayaan saat Zaman makin Canggih
AI hadir bukan untuk menggantikan manusia, melainkan menjadi alat bantu yang membuat pekerjaan lebih efisien.
Dwi Astarini - Rabu, 17 September 2025
Keberadaan AI Dalam Kehidupan Manusia Menjadi Keniscayaan saat Zaman makin Canggih
Lifestyle
Akademisi Sebut AI hanya Kopilot, tak akan Gantikan Manusia
Manusia menjadi pilot yang pegang kendali.
Dwi Astarini - Rabu, 17 September 2025
Akademisi Sebut AI hanya Kopilot, tak akan Gantikan Manusia
Bagikan