Mewariskan Cerita Masa Lalu Banten lewat Tari Lesung

Pertunjukkan Tari Lesung pada acara Pekan Raya Indonesia 2016, di ICE BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (29/10). (Foto: MerahPutih/Widi Hatmoko)
MerahPutih Budaya - Meskipun lahan persawahan sudah berkurang, dan dunia pertanian sudah mulai tergerus oleh dunia industri, namun dalam pikiran seniman Banten masih mengakui wilayah tesebut kaya akan budaya kearifan lokal. Cerita masa lalu Banten sebagai daerah kaya akan hasil pertanian salah satunya diwariskan lewat seni kreasi tari lesung yang menggambarkan kegembiraan masyarakat saat panen padi tiba.
"Mungkin ke depan kita sudah tidak bisa lagi mewarisi hamparan sawah yang luas dan subur, terutama untuk Serang bagian timur karena lahan pertanian sudah kalah sama industri. Tapi, kita masih bisa mewariskan budaya kearifan lokal yang kita miliki," ujar Irvan Murdani, pengasih Sanggar Tari Yudha Asri, Cikande Ambon, Serang Banten kepada merahputih.com pada acara Pekan Raya Indonesia, di ICE BSD City, Kabupaten Tangeran, Banten, Sabtu (29/10).
Budaya kerifan lokal yang saat ini masih tetap lestari dan menjadi bagian dari Banten, kata Irvan, salah satunya tari lesung. Kreasi tari lesung yang digagas oleh orang tuanya, yaitu M Jufri Nur, adalah sebagai bukti pengakuan bahwa Banten memiliki sejarah sebagai daerah agraris yang sangat subur.
"Lahan pertanian, terutama untuk wilayah Serang timur memang sudah mulai banyak yang jadi tempat industri. Tapi, budaya kearifan lokal jangan sampai ikut tergerus," katanya.
Pertunjukkan Tari Lesung pada acara Pekan Raya Indonesia 2016, di ICE BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (29/10). (Foto: MerahPutih/Widi Hatmoko)
Untuk itu, kata Irvan, pemerintah bersama-sama dengan masyarakat harus mempunyai kepedulian yang sama terhadap seni dan budaya kearifan lokal yang dimiliki oleh Banten. Karena, menurut Irvan, budaya kearifan lokal merupakan identitas diri sebuah wilayah.
Ia juga mengakui, seni tari lesung ini sudah dikenal di beberapa daerah di Indonesia, terutama Solo, Batam, Makasar, dan Surabaya. Saat tarian ini ditampilkan di daerah tersebut, antusiasme masyarakat cukup bagus dan banyak yang ingin tahu latar belakang tarian tersebut. Bahkan, beberapa kali tarian ini diminta untuk tampil di luar negeri. Namun karena keterbatasan anggaran untuk transportasi, serta mengurus administrasi persyarata untuk keberangkatan ke luar begeri, tawaran tersebut diurungkan.
"Kalau ke luar negeri kan harus pakai biaya sendiri dulu dan dana kita kan terbatas. Bantuan dari pemerintah juga kan tidak tentu, kadang ada kadang enggak, itu pun sangat terbatas," tandasnya. (Wid)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Mengenal Wayang Garing, Kesenian asal Banten yang Terancam Punah
