Mengenang Gus Dur dan Mengingat Humor "DPR Tak Beda Taman Kanak-Kanak"


Pertemuan Presiden IV RI Abdurrahman Wahid bersama Ali Sadikin, Gubernur Jakarta (1966-1977) di Istana Merdeka dari tanggal 22-28 Oktober 1999. (gusdur.net)
MENGINGAT kembali Gus Dur berarti menggali kembali jejak pemikiran, juga humor-humor segar. Di setiap pertemuan, presiden keempat Republik Indonesia tersebut acap meramaikan suasana dengan guyonan, sehingga semua orang merasa senang.
Meski, ada pula sekelompok orang berang dengan humor Gus Dur. Mereka, para anggota dewan terhormat tak terima, ketika Gus Dur berseloroh di ujung penjelasan tentang pembubaran Departemen Penerangan dan Departemen Sosial, pada Sidang Paripurna DPR, 18 November 1999, bahwa DPR tak ubah seperti Taman Kanak-Kanak (TK).
“Keterangan saya tidak begitu dipahami, karena memang enggak jelas bedanya antara DPR dan Taman Kanak-Kanak,” ujar Gus Dur, dan langsung panen protes dan interupsi.
Selorohan Gus Dur, DPR dan TK memang menuai polemik. Sebagian anggota DPR bersikeras sang presiden menarik ucapannya, namun sebagian lagi menganggap humor semata.
Sehari berselang, Gus Dur pun menjelaskan kata-kata kemarin tak bermaksud merendahkan DPR, sekadar becanda dan itu telah menjadi tradisi kiai-kiai pondok pesantren.
“Kepada Pak Joko, ajudan saya, tadi saya sampaikan (seusai pidato di DPR), orang pondok itu kalau pidato sampai kepruk-keprukan (berselisih), maka orang pondok itu bercanda saja, biar tidak sampai bertengkar,” ungkap Gus Dur, dikutip Kompas, 19 November 1999.
Cara becanda dan serius ada kelebihan dan kekurangannya, menurut Gus Dur, tetapi kedua-duanya dibutuhkan bangsa ini, jika pejabat pidato serius terasa kering, bahkan jarang ada pendengar sampai selesai, sebaliknya dengan pidato cara bercanda, akan lebih diterima.
Selorohan Gus Dur tentang DPR dan TK, menurut pakar Kelirumologi Jaya Suprana, memiliki dua dimensi internal dan eksternal. Humor Gus Dur, lanjutnya, bisa jadi polemik karena terjadi miskomunikasi antara sang sumber (Gus Dur) dan sang penerima informasi (DPR).
Bila frekuensi gelombang komunikasi sang sumber dan sang penerima informasi sama, maka nilai humor menjadi positif dan konstruktif, tampil pada manifestasi suasana jenaka, senang, gembira, dan bahagia. Sementara, jika getaran gelombang komunikasi kebetulan tidak sama, atau meski sama namun mengalami gangguan eksternal, maka nilai humor negatif, bahkan destruktif, tampil dalam suasana jengkel, marah, sampai benci.
“Jadi komunikasi humor mirip dengan telekomunikai,” ungkap Jaya Suprana, dikutip Kompas, 25 November 1999.
Selain beda frekuensi gelombang, humor Gus Dur tersebut, menurut Jaya Suprana, bisa terjadi distorsi akibat gangguan eksternal, seperti prasangka, antipati, atau kondisi rasa non-kondusif humor. Miskomunikasi terjadi bila pihak penerima informasi didominasi paham dan persepsi terbius rasa fanatik, pemberhalaan, sakralisme, dan memutlakkan sesuatu.
Dapat dimengerti bahwa pihak fanatik dan mutlak, lanjut Jaya Suprana, menganggap suatu paham atau lembaga cenderung sakral akan merasa tersinggung apabila paham atau lembaganya menjadi sasaran humor apalagi memiliki potensi desakralisasi.
“Sama dapat dimengertinya apabila ada anggota DPR secara sadar atau tidak sadar menilai DPR sebagai lembaga sakral, tentu merasa teringgung jika Gus Dur menyemakan lembaga kesayangan dan kebanggaannya dengan Taman Kanak-kanak,” ungkap Jaya Suprana.
Selepas tak lagi menjadi presiden, Gus Dur bahkan mengoreksi humor tersebut, menurutnya DPR sudah tidak lagi seperti Taman Kanak-Kanak, karena turun kelas menjadi Playgroup. (Yudi Anugrah Nugroho)
Baca artikel lainnya tentang Gus Dur di MerahPutih.com: Gus Dur, Sang Penakhluk Nomor Wahid
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
Truk Berisi Alat Bakar dam Petasan Ditemukan di Lokasi Kerusuhan, Prabowo: ini Tindakan Terencana Membuat Kekacauan

Penerima MBG Tembus 20 Juta Jiwa, PKB Optimistis Target Akhir Tahun Tercapai

Legislator Gerindra: Pidato Presiden Perekat Kebangsaan untuk Indonesia Maju

Pemprov DKI Setuju dan Dukung Pendirian Musem Gus Dur di Jaksel

Respons Puan Maharani soal Anies Baswedan Kritik Presiden RI yang Kerap Absen di Forum PBB

Prabowo Sebut Indonesia Punya Kekuatan dan Potensi, Banyak yang Ingin Memecah Belah

Jokowi Bantah Isu 'Matahari Kembar' di Pemerintahan

Angkat Bicara soal Anak-anak Presiden RI Berkumpul, Puan: Silaturahmi Selalu Dilakukan

Presiden Prabowo Subianto Bertemu Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Gedung Putih
Menteri-Menteri Kabinet Merah Putih
