Menkes Baru Ditugasi Cegah Stunting, Apa Itu?


Stunting menjadi sorotan dalam kondisi kesehatan Indonesia. (foto: pixabay/stockpic)
SETELAH dipilih Presiden Jokowi untuk mengisi jabatan Menteri Kesehatan di Kabinet Indonesia Maju, Dr Terawan langsung ditugasi mencegah stunting. Presiden memang konsisten menyoroti fenomena stunting yang terjadi di Tanah Air.
Saat membahas RAPBN 2020 pada Juli lalu, kasus stunting mendapat perhatian tersendiri. Anggaran 5% untuk kesehatan diperuntukkan mencegah stunting. Menurut Jokowi, pencegahan stunting menjadi hal teramat penting untuk menjaga kesehatan generasi mendatang.
BACA JUGA: Waspada Skoliosis pada Anak sejak Dini
Apa sih yang dimaksud dengan stunting? Apakah itu amat berbahaya hingga mengancam generasi mendatang?
Seperti dijelaskan Buletin Stunting yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan RI, stunting adalah suatu kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan umur. Simpelnya, stunting adalah kondisi saat anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya.

Banyak orangtua yang tak menyadari bahwa anak pendek merupakan tanda adanya masalah gizi kronis pada pertumbuhan si kecil. Stunting makin berbahaya jika dialami anak di bawah usia 2 tahun. Kondisi itu harus ditangani dengan segera dan tepat.
Tak seperti malanutrisi, stunting merupakan kondisi yang tak bisa dikembalikan seperti semula jika sudah terjadi. Seperti dilansir Hellosehat, anak masuk ke kategori stunting ketika panjang atau tinggi badannya menunjukkan angka di bawah -2 standar deviasi (SD). Penilaian status gizi biasanya menggunakan grafik pertumbuhan anak (GPA) dari WHO.
Tubuh pendek pada anak yang berada di bawah standar normal merupakan akibat dari kondisi kurang gizi yang telah berlangsung dalam waktu lama. Hal tersebut akan membuat pertumbuhan tinggi badan anak terhambat, sehingga mengakibatkan anak tergolong stunting.
Meskipun demikian, tak semua anak dengan tubuh pendek mengalami stunting. Stunting terjadi ketika asupan nutrisi harian anak kurang, sehingga memengaruhi perkembangan tinggi badannya.
Nutrisi selama dalam Kandungan Berpengaruh

Stunting tak terjadi begitu saja dan hanya karena nutrisi yang buruk. Konsisi ini muncul dari hasil berbagai faktor yang terjadi di masa lalu. Misalnya asupan gizi yang buruk, berkali-kali terserang penyakit infeksi, serta berat badan lahir rendah (BBLR).
Kondisi tidak tercukupinya asupan gizi anak biasanya tidak hanya terjadi setelah ia lahir, tapi bisa dimulai sejak ia masih di dalam kandungan.
WHO menyatakan bahwa sekitar 20% stunting sudah terjadi saat bayi masih berada di dalam kandungan. Hal itu disebabkan asupan ibu selama hamil kurang bergizi dan berkualitas. Akibatnya, nutrisi yang diterima janin cenderung sedikit. Hal itu membuat pertumbuhan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran.
Selain itu, kondisi stunting juga bisa terjadi akibat kebutuhan gizi anak saat masih di bawah usia 2 tahun tidak tercukupi. Entah itu tidak diberikannya ASI eksklusif, ataupun makanan pendamping ASI yang diberikan kurang mengandung zat gizi yang berkualitas.
Banyak teori yang menyatakan bahwa kurangnya asupan makanan juga bisa menjadi salah satu faktor utama penyebab stunting. Khususnya asupan makanan yang mengandung zink, zat besi, serta protein ketika anak masih berusia balita.
Buku Gizi Anak dan Remaja menyebut kejadian itu umumnya sudah mulai berkembang saat anak berusia 3 bulan. Proses perkembangan anak lambat laun mulai melambat ketika anak berusia 3 tahun.
Ada sedikit perbedaan kondisi stunting yang dialami oleh kelompok usia 2-3 tahun, dan anak dengan usia lebih dari 3 tahun. Pada anak yang berusia di bawah 2-3 tahun, rendahnya pengukuran grafik tinggi badan menurut usia (TB/U) bisa menggambarkan proses stunting yang sedang berlangsung.
Sementara itu, pada anak yang berusia lebih daripada itu, kondisi tersebut menunjukkan bahwa kegagalan pertumbuhan anak memang telah terjadi (stunted).
Ancaman Stunting untuk Masa Depan

Kondisi gangguan pertumbuhan stunting tidak bisa dikembalikan seperti semula. Artinya, ketika seorang anak sudah stunting sejak masih balita, pertumbuhannya akan terus lambat hingga ia dewasa.
Saat puber, anak stunting tidak dapat mencapai pertumbuhan maksimal akibat sudah terkena stunting di waktu kecil. Meskipun, telah diberikan makanan yang kaya akan gizi, anak stunting tetap saja tidak dapat tumbuh maksimal seperti anak normal lainnya.
Meskipun demikian, tetap penting berbagai makanan yang bergizi tinggi bagi anak stunting untuk mencegah kondisi yang semakin buruk dan gangguan pertumbuhan yang dialami semakin parah.
Cara terbaik mengatasi stunting ialah dengan memberikan nutrisi yang maksimal saat awal-awal kehidupan si kecil. Tepatnya selama 1.000 hari pertama kehidupan anak. Seribu hari itu tak hanya sejak si kecil lahir, tapi juga dimulai saat masih dalam kandungan.(*)
BACA JUGA: Menggali Potensi Anak Down Syndrome