Menilik 5 Fakta Menarik soal Maurizio Sarri dan Potensi Perubahan yang Diberikannya untuk Chelsea


Maurizio Sarri. Foto: Zimbio
MerahPutih.com - Maurizio Sarri memilih untuk mengakhiri kerjasama dengan Napoli dan memutuskan menerima tawaran Chelsea sebagai pelatih kepala musim ini.
Pelatih asal Italia itu dikontrak selama tiga tahun. Sarri menggantikan Antonio Conte yang dipecat pasca gagal membawa The Blues lolos Kualifikasi Liga Champions musim lalu.
Pembahasan kontrak dan kesepakatan harga Sarri sempat menjadi problematika. Chelsea terus melakukan negosiasi, sementara Napoli bersikukuh dengan harga yang mereka tetapkan. Napoli masih memiliki kontrak Sarri meski mereka telah menunjuk Carlo Ancelotti sebagai pelatih anyar tim.

Sarri datang bersama rekrutan anyar pertama Chelsea di bursa transfer musim panas, Jorginho. Gelandang berpaspor Italia dibeli seharga 57 juta poundsterling dan langsung bereuni kembali dengan Sarri, setelah sebelumnya bermain di Napoli.
Bagi fans sepak bola Inggris atau Premier League yang tidak mengikuti Serie A, nama Sarri tentunya asing bagi mereka. Apalagi, klub terbesar yang pernah dilatihnya sebelum Chelsea hanya Napoli.
Namun jangan khawatir, kami akan mengulik fakta-fakta menarik soal Sarri, beserta kemungkinan perubahan yang akan diberikannya kepada Chelsea. Dengan menjadikan Football.London sebagai referensi, berikut fakta-fakta menarik tersebut.
1. Mengenal Maurizio Sarri

Sepanjang karier kepelatihan yang sudah dilakukannya sejak tahun 2005, Sarri melatih klub-klub seperti: Pescara, Arezzo, Avellino, Hellas Verona, Perugia, Alessandria, Sorrento, Empoli, Napoli, dan kini dengan Chelsea.
Uniknya, Sarri pada awalnya tidak memulai karier sebagai pesepakbola profesional atau menekuni karier kepelatihan. Pelatih kelahiran Naples, 10 Januari 1959, merupakan pekerja di bagian finansial yang bekerja di Banca Monte dei Paschi di Siena sampai berusia 40 tahun.
Pada tahun 1999, Sarri meninggalkan pekerjaannya dan mencoba peruntungan dengan melatih klub-klub amatir: Sansovino dan Sangiovannese di sekitar area Florence. Namanya mulai terangkat sejak melatih Empoli pada medio 2012-2015.
Sarri membawa Empoli promosi ke Serie A setelah sembilan tahun lamanya, lalu membawa mereka finish di urutan 15 di musim 2014/15. Pencapaiannya itu mengangkat karier Sarri hingga dia dikontrak Napoli.
Bersama Napoli, Sarri semakin baik dan berkembang. Dia sukses menyulap Napoli sebagai tim petarung Scudetto melawan Juventus, dan selama tiga musim beruntun, bermain di Liga Champions - ini menjadi sejarah pertama bagi Napoli.
2. Gaya Main Sarri

Musim lalu, bersama Manchester City-nya Pep Guardiola, Napoli merupakan tim dengan gaya bermain ofensif terbaik di Eropa dengan permainan yang menghibur, serta operan-operan pendek. Taktik utama Sarri di Napoli adalah 4-3-3.
Dalam permainannya, Sarri mengedepankan pergerakan tanpa bola yang dinamis, jarak pemain yang tidak terlalu melebar agar memungkinkan bermain dengan satu-dua sentuhan, serta penguasaan bola dan banyaknya operan yang dilakukan pemain.
Dalam urusan oper-mengoper itu, Jorginho adalah mastermind dengan kelebihannya mengoper bola seperti Andrea Pirlo atau Marco Verratti. Dia bisa bermain sebagai deep-lying playmaker (di posisi gelandang bertahan) atau gelandang tengah.
Ketika bertahan, Sarri menerapkan high pressing dan permainan agresif dengan tuntutan merebut bola dengan cepat, menguasai bola kembali, dan kembali membangun serangan.
"Kami menghadapi salah tim terbaik yang pernah saya hadapi dalam karier saya - mungkin yang terbaik," ucap Guardiola soal Napoli musim lalu ketika bertemu di Liga Champions. Guardiola tahu persis dengan ucapan yang dikatakannya. Jadi, jika dia memuji Napoli, maka mereka memang benar-benar tim yang sangat hebat.
Napoli punya statistik penguasaan bola terbaik musim lalu di Serie A dengan 60,1 persen, serta menjadi tim kedua di antara lima liga top Eropa, setelah Man City, dengan tingkat operan tersukses sebanyak 14.950 kali dari total 16.977 operan (sebanyak 88 persen).
3. Sentuhan yang Berpotensi Diberikan Sarri kepada Chelsea

Sudah pasti perubahan gaya bermain Chelsea akan disaksikan langsung oleh fans, pasca dua musim terakhir bermain sangat disiplin dan hati-hati di bawah arahan Conte. Membandingkan Conte dengan Sarri ibarat dua kutub yang berbeda.
Conte membangun permainan dengan kekuatan yang solid di lini belakang, lalu mengombinasikannya dengan permainan efisien ketika membangun serangan dalam taktik 3-5-2 atau 3-4-3. Nah, Sarri sepenuhnya berbeda dari segi filosofi bermain yang diusungnya.
Penyerang sayap lincah seperti Eden Hazard, Pedro Rodriguez, dan Willian, akan jadi pemain yang bahagia di bawah asuhan Sarri. Dia sukses mengoptimalkan kemampuan Jose Callejon, Dries Mertens, dan Lorenzo Insigne - semuanya penyerang sayap - di Napoli.
Selain itu, kontribusi dari dua full-backs juga bisa dimaksimalkan Sarri ketika naik membantu serangan (overlap). Sarri disinyalir tidak akan memainkan bek sayap seperti Conte, melainkan full-back murni dalam taktik empat bek sejajar.
4. Kekurangan Sarri

Tiga kekurangan terbesar Sarri yang terlihat mencolok di Napoli adalah: kurangnya rotasi pemain, taktik yang monoton, dan kurangnya kepercayaan kepada pemain muda. Statistik berikut ini cukup menjelaskannya.
Napoli pada akhir musim 2017/18 memiliki 11 pemain yang bermain lebih dari 2.000 menit di Serie A, enam di antaranya bermain lebih dari 3.000 menit. Sebaliknya juara Serie A, Juventus tidak punya satupun pemain yang bermain sebanyak 3.000 menit.
Alhasil, kurangnya rotasi pemain itu menyebabkan keletihan dan kelelahan pemain Napoli jelang akhir musim. Pemain-pemain muda yang diharapkan berkembang seperti Amadou Diawara dan Marko Rog bahkan sama sekali tidak berkembang, karena jarang bermain.
Selain itu, kecenderungan bermain dengan taktik 4-3-3 juga menjadi titik lemah Sarri, karena saat permainan itu dibaca lawan, dia tidak memiliki rencana alternatif selain mengubah komposisi pemain dengan pemain dari bangku cadangan.
5. Dua Potensi Taktik Chelsea dengan Sarri

Dua kemungkinan taktik yang diterapkan Sarri di Chelsea adalah 4-3-1-2 dan 4-3-3. 4-3-1-2 merupakan taktik yang diterapkan Sarri di Empoli dan lebih menjamin keseimbangan, khususnya di lini tengah.
Dua penyerang di depan berpotensi ditempati oleh Alvaro Morata dan Olivier Giroud. Sementara satu pemain ofensif di belakang mereka, dengan kebebasan bermain kemungkinan ditempati oleh Hazard. Tiemoue Bakayoko, Cesc Fabregas, dan N'Golo Kante akan jadi poros kekuatan di lini tengah.
Sementara dalam taktik 4-3-3, keberadaan penyerang-penyerang sayap seperti Willian, Pedro, dan Hazard, dapat dioptimalkan di sisi sayap. Satu penyerang yang pantas menjadi target man adalah Giroud. (*/Bolaskor)
Bagikan
Andika Pratama
Berita Terkait
Cedera Lutut, Omar Marmoush Dipastikan Absen Lawan Manchester United

Badai Cedera Melanda Arsenal, Bagaimana Nasibnya di Liga Inggris?

Nicolas Jackson Ditakdirkan untuk Chelsea, Bayern Munich tak Aktifkan Klausul Pelepasannya

Liverpool Pecahkan Rekor Transfer Liga Inggris, tapi Jangan Lupakan Arsenal hingga Tottenham

Terungkap! Ini Penyebab Marc Guehi Batal ke Liverpool, padahal Sudah Tes Medis

Pecah Rekor Lagi! Klub Liga Inggris Habiskan Rp 66,6 Triliun di Bursa Transfer 2025

Sempat Ada Drama, Nicolas Jackson Akhirnya Jadi Gabung Bayern Munich

Fermin Lopez Bertahan di Barcelona, Chelsea Harus Gigit Jari

Klasemen Liga Inggris: Liverpool Memuncaki Klasemen Setelah Sikat Arsenal 1-0

Deadline Day Liga Inggris 2025/26: Alexander Isak ke Liverpool hingga Gianluigi Donnarumma Gabung Manchester City
