Mengenal Sosok Pramoedya Ananta Toer dalam Pameran 'Namaku Pram: Catatan dan Arsip'

Muchammad YaniMuchammad Yani - Selasa, 17 April 2018
Mengenal Sosok Pramoedya Ananta Toer dalam Pameran 'Namaku Pram: Catatan dan Arsip'

Beberapa seniman yang hadir saat konferensi pers Pameran 'Namaku Pram: Catatan dan Arsip' (MP/Ikhsan Digdo)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

INDONESIA memiliki sederetan nama sastrawan. Salah satunya yang paling berbakat dan diakui dunia ialah Pramoedya Ananta Toer. Banyak karya tulisan seperti novel, essay, hingga cerpen dihasilkan pria kelahiran Blora Jawa Tengah 6 Februari 1925 itu.

Tak sedikit karyanya yang diakui dunia dan diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing. Hal ini menunjukkan karya Pramoedya bukanlah karya sembarangan.

Guna mengenang mendiang pria yang akrab disapa Pram itu, Titimangsa Foundation yang bekerjasama dengan Dia.Lo.Gue dan didukung oleh Bakti Budaya Foundation menggelar pameran bertajuk Namaku Pram: Catatan dan Arsip.

Tidah hanya karya tulisan Pram yang telah dipublikasikan saja yang akan dipamerkan di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang nanti. Segelintir arsip kehidupan pribadi juga akan menjadi pameran yang tidak pernah akan diduga oleh penggemarnya selama ini.

"Saya kenal dia sebagai penulis. Tapi kalau kalian datang (ke pameran) ternyata ada sisi Pram yang selama ini tidak dikenal. Salah satunya pencatat," tutur Engel Tanzil, pemilik Dia.Lo.Gue pada temu pers di Galeri Indonesia Kaya. Grad Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (17/4).

Dua Tempat

Pameran tersebut resmi dibuka di hari yang sama dari 17 April sampai 20 Mei 2018. Selain di Dia.Lo.Gue ada pula pameran mini di Galeri Indonesia Kaya. Pameran ini dibuka untuk umum dan gratis.

Bagi pengunjung yang ingin melihat seluruh karya dan arsip kehidupan pribadi Pram bisa datang langsung ke Dia.Lo.Gue yang dibuka Senin-Kamis pada pukul 09.30 Wib-18.00 Wib. Sedangkan hari Jumat-Minggu pameran dibuka pukul 09.00-21.00 Wib.

Pameran mini di GKI (MP/Ikhsan Digdo)
Pameran mini di GKI (MP/Ikhsan Digdo)

Sementara untuk pameran mini yang dihelat di GIK hanya akan menampilkan secuplik riwayat karya tulisan Pram yang telah dipublikasikan. Untuk di GIK sendiri pameran dibuka setiap hari sejak pukul 10.00-22.00 Wib.

Karena Bunga Penutup Abadi

'Namaku Pram: Catatan dan Arsip' tercetus setelah pertunjukkan 'Bunga Penutup Abad' di tahun 2016 dan 2017 menuai kesuksesan. Naskah pementasan itu diperkrasai oleh Titimangsa Foundation dan didukung Bakti Budaya Djarum Foundation itu merupakan adaptasi dari novel 'Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa' karya Pramoedya Ananta Toer.

"Saat saya sedang berproses dalam pementasan 'Bunga Penutup Abad' dua tahun yang lalu saya mempunyai nazar bahwa apabila pementasan ini sukses saya ingin membuat sebuah pameran yang berfokus pada Pram," ungkap Happy Salma yang juga menjadi penggawang Titimangsa Foundation.

Agenda Wajib

Sosok penulis buku 'Anak Semua Bangsa' merupakan sosok yang inspiratif. Karyanya perlu diketahui seluruh lapisan masyarakat terutama anak muda. Pram memang dikenal sebagai penulis maupun dokumentator. Namun ada hal lain yang perlu diketahui. Menurut Happy Salma kesempatan itu tidak boleh dilewatkan agar menjadi pembelajaran bagi siapapun.

"Sayang sekali jika kita melupakan sosok yang besar. Bukan sebagai penulis atau dokumentator tapi sebagai manusia. Saya harap banyak yang berbondong-bondong ke pameran," tambah Happy.

Happy Salma dan Astuti Ananta Toer (anak gadis Pram) saat talkshow
Happy Salma dan Astuti Ananta Toer (anak gadis Pram) saat talkshow (MP/Ikhsan Digdo)

Senada dengan Happy Salma, Dani Wicaksono selaku arsitek dari Studio Dasar sebagai salah satu pendukung acara, pameran ini akan memerkan beberapa kisah lain Pram sebagai penulis. Meskipun tidak secara keseluruhan riwayat hidup Pram ada dalam pameran itu, Dani yakin pameran tersebut harus dijadikan agenda wajib bagi siapapun.

"Sedikit tentang kehidupan pribadi, sedikit tenyang pencatat, sedikit pak pram yang melankolis. Kita cuma bisa kasih lihat yang sedikit banget," imbuhnya.

Kolaborasi Lintas Bidang Seni

Pameran inspiratif dan berkualitas seperti 'Namaku Pram: Catatan dan Arsip' tentunya memerlukan kerjasama sebuah tim. Maka dari itu diperlukan tim yang memiliki dedikasi dan terutama mencintai seni. Tanpa direncanakan sebelumnya, pameran ini akhirnya memiliki sebuah tim yang terbangun dengan sendirinya secara berlanjut.

"Jadi secara organik tuh organisasi muncul. Dengan seiring waktu menegerucut jadi timnya tidak banyak tapi solid," kata Happy.

Selain itu sederet pelaku bidang seni juga terlibat dalam pameran itu. Seperti misalnya Studio Dasar, LeBoye, Table Six, Riop, Visual Journal dan Serrum. Serta tentunya tidak lupa dukungan penuh yang diberikan oleh keluarga besar Pramoedya Ananta Toer.

"Pameran ini merupakan kolaborasi dari berbagai lintas bidang seni seperti desain grafis, arsitektur, teater, dan video art," kata Engel Tanzil. (Ikh)

#Pramoedya Ananta Toer #Pameran Seni
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Fun
Antara Alam dan Modernitas: Konsep Unik VIP Lounge Art Jakarta 2025
Area ini seakan menjadi oasis yang mengajak tamu berhenti sejenak, meresapi keindahan seni dan desain yang berpadu harmonis.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 04 Oktober 2025
Antara Alam dan Modernitas: Konsep Unik VIP Lounge Art Jakarta 2025
Fun
JICAF 2025: Pameran Ilustrasi Terbesar di Indonesia Hadirkan Pengalaman Seni 'New Heights'
JICAF 2025 berlangsung 18 September - 5 Oktober 2025 di The Space, Senayan City, Jakarta.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 23 September 2025
JICAF 2025: Pameran Ilustrasi Terbesar di Indonesia Hadirkan Pengalaman Seni 'New Heights'
Fun
Dari Bali hingga Korea, Art Jakarta 2025 Hadirkan Arus Baru Seni Kontemporer
Art Jakarta 2025 menghadirkan 75 galeri ternama dari 16 negara, baik dari kawasan Asia maupun luar Asia.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 11 September 2025
Dari Bali hingga Korea, Art Jakarta 2025 Hadirkan Arus Baru Seni Kontemporer
Berita Foto
Melihat Pementasan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad Alih Wahana dari Tetralogi Buru di Jakarta
Pemeran Minke, Nyai Ontosoroh dan Annelies dalam pementasan teater bertajuk Bunga Penutup Abad di Ciputra Artprenuer, Kuningan, Jakarta, Kamis (28/8/2025).
Didik Setiawan - Kamis, 28 Agustus 2025
Melihat Pementasan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad Alih Wahana dari Tetralogi Buru di Jakarta
Berita Foto
Mengintip Sesi Latihan Jelang Pementasan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad
Happy Salma memerankan Nyai Ontosoroh beradu akting dengan Reza Rahadian memerankan Minke dalam sesi latihan pementasan teater bertajuk "Bunga Penutup Abad" di Jakarta, Kamis (21/8/2025).
Didik Setiawan - Kamis, 21 Agustus 2025
Mengintip Sesi Latihan Jelang Pementasan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad
Fun
Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
LQID Creative Space hadir sebagai ruang seni publik portabel pertama di Indonesia.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 21 Agustus 2025
Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
Fun
ArtMoments Jakarta 2025 Tampilkan 600 Seniman dan 57 Galeri, Angkat Tema 'Restoration'
ArtMoments Jakarta 2025 menampilkan 57 galeri serta lebih dari 600 seniman, baik dari Indonesia maupun mancanegara.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 08 Agustus 2025
ArtMoments Jakarta 2025 Tampilkan 600 Seniman dan 57 Galeri, Angkat Tema 'Restoration'
Fun
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Pelarian Artscape hadir sebagai pelampiasan yang sehat dan penuh makna.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 04 Agustus 2025
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Fun
ARTSUBS 2025 Hadirkan Ragam Material dan Teknologi dalam Ruang Seni yang Lentur
ARTSUBS 2025 resmi dibuka mulai 2 Agustus hingga 7 September 2025.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 01 Agustus 2025
ARTSUBS 2025 Hadirkan Ragam Material dan Teknologi dalam Ruang Seni yang Lentur
Lifestyle
Emte Rilis ‘Life As I Know It’, Rayakan Kesendirian lewat Pameran Tunggal
Lewat observasi nan jeli, dan diselingi humor, Emte membawa pembaca ke ‘dunia kesendirian’ yang nyatanya tidaklah membuat merasa kesepian.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Emte Rilis ‘Life As I Know It’, Rayakan Kesendirian lewat Pameran Tunggal
Bagikan