Mengapa Pemerintah Hindia Belanda Mengenalkan Istilah Pribumi?

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Rabu, 18 Oktober 2017
Mengapa Pemerintah Hindia Belanda Mengenalkan Istilah Pribumi?

Ilustrasi seorang inlander membawa payung songsongan dengan anak kulit putih dan anjing. (rijkmuseum)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

PRIBUMI kembali mengudara. Frasa ‘pribumi’ selalu seksi, bukan hanya di jaman Hindia Belanda dan Orba namun juga di era gubernur baru Jakarta. Di laman daring Kamus Besar Bahasa Indonesia, pribumi berpadanan dengan Inlander merupakan sebutan ejekan bagi penduduk asli di Indonesia oleh orang Belanda pada masa penjajahan Belanda.

Inlander, sejajar maknanya dengan native dalam bahasa Iggris dan bumiputra dalam bahasa Melayu. Pada pasal 163 Indische Staatsregeling (IS), penduduk Indonesia terbagi dalam tiga golongan: Eropa ( termasuk Belanda); Timur asing (Cina, Arab, India); Inlander (pribumi). Jumlah ketiga kategori ini tahun 1800, seperti ditulis dalam buku Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia, orang Eropa berjumlah sekira 4.000 jiwa; 100.000 orang Cina; dan 9.000 jiwa orang Arab.

Memeriksa sebutan Inlander, dalam konteks historis-kolonial, tentu akan lebih mudah dengan melihat dari sudut lawan katanya. Antonim dari Inlander adalah Buitenlander atau orang asing. Dalam konteks Hindia Belanda, pihak disebut asing adalah pendatang dari kawasan Asia lain. Kosakata tersebut dalam hukum Hindia Belanda menjadi Vreemde Oosterlingen atau Timur Asing.

Dalam sejarah, Inlander versus Timur Asing diadu tergantung kepentingan politik. Nalar kolonial inilah, catat Muhidin M Dahlan di laman muhidindahlan.radiobuku.com, membuat Inlander atau pribumi menjadi bulan-bulanan stigma. Demikian pula sebaliknya, orang-orang Timur Asing, terutama peranakan Tionghoa, habis-habisan diperas untuk mendapatkan ‘privelese’.

“Sia-sia mencari istilah Barat Asing atau Vreemde Westerlingen, baik dalam kosakata hukum maupun kosakata apapun dalam Hindia Belanda. Sebab Barat umumnya, terutama Belanda, bukan orang asing,” tulis Daniel Dhakidae dalam Cendekiawan dan Kekuasaan dalam negara Orde Baru.

Mengapa Belanda mengenalkan wacana Inlander? Sebab ini berkaitan dengan kekuasaan. Jaringan birokrasi Hindia Belanda berasal dari Belanda, sehingga mengecualikan ‘orang Belanda’ dari dua kategori; Inlander alias pribumi dan Buitenlander atau orang asing.

“Orang Belanda bukan Inlander, dan orang Belanda bukan Buitenlander. Sebab orang Belanda adalah penguasa atau Gezaghebber. Dan penguasa tidak berada dalam kedua kategori itu,” tulis Dhakidae.(*) Achmad Sentot

#Pribumi #Sejarah Indonesia
Bagikan

Berita Terkait

Indonesia
Fraksi Golkar Minta Rencana Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Ditinjau Kembali
"Jangan sampai sejarah ditulis oleh pemenang itu terjadi."
Wisnu Cipto - Selasa, 17 Juni 2025
Fraksi Golkar Minta Rencana Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Ditinjau Kembali
Tradisi
Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya
Gelar Pahlawan Nasional bukan cuma soal jasa, tapi juga politik dan kontroversi. Dari proses penetapan hingga perdebatan soal Soeharto—simak sejarah panjang dan panasnya di sini!
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya
Indonesia
Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Diklaim Sudah Disetujui, Bakal Habiskan Anggaran Rp 9 Miliar
Pembaruan buku sejarah Indonesia dilaksanakan mulai Januari 2025 dan ditargetkan rampung Agustus 2025.
Alwan Ridha Ramdani - Minggu, 01 Juni 2025
Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Diklaim Sudah Disetujui, Bakal Habiskan Anggaran Rp 9 Miliar
Indonesia
Tulis Sejarah Ulang Indonesia, Menbud Fadli Zon Libatkan 113 Penulis
Proyek penulisan ulang buku sejarah Indonesia
Wisnu Cipto - Senin, 26 Mei 2025
Tulis Sejarah Ulang Indonesia, Menbud Fadli Zon Libatkan 113 Penulis
Indonesia
AKSI Kritik Proyek Penulisan Ulang 'Sejarah Resmi', Disebut sebagai 'Kebijakan Otoriter untuk Legitimasi Kekuasaan'
Aliansi Keterbukaan Sejarah Indonesia menolak proyek 'sejarah resmi' oleh Kementerian Kebudayaan yang dinilai mengaburkan fakta sejarah dan menjadi alat legitimasi politik.
Hendaru Tri Hanggoro - Senin, 19 Mei 2025
AKSI Kritik Proyek Penulisan Ulang 'Sejarah Resmi', Disebut sebagai 'Kebijakan Otoriter untuk Legitimasi Kekuasaan'
Tradisi
Kenapa Kita Halalbihalal sepanjang Bulan Syawal? Ini Asal-Usul dan Sejarahnya yang Jarang Diketahui
Cari tahu sejarah lengkap tradisi halalbihalal di Indonesia! Dari gagasan elite politik hingga budaya silaturahmi yang mengakar, semua terangkum dalam penelusuran sejarah yang menarik dan informatif.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 17 April 2025
Kenapa Kita Halalbihalal sepanjang Bulan Syawal? Ini Asal-Usul dan Sejarahnya yang Jarang Diketahui
Tradisi
Sultanah Nahrasiyah, Jejak Perempuan Pemimpin dari Samudra Pasai
Jelajahi kisah inspiratif Sultanah Nahrasiyah, ratu perempuan pelopor dari Samudra Pasai
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 14 Maret 2025
Sultanah Nahrasiyah, Jejak Perempuan Pemimpin dari Samudra Pasai
Tradisi
Petualangan Waktu ke Samudra Pasai, Melihat Kehidupan Masyarakat Pesisir di Kerajaan Besar Bercorak Islam di Sumatera
Temukan kisah inspiratif Samudra Pasai, kerajaan yang berhasil menyatukan budaya dan agama di tengah persaingan ketat. Pelajari strategi sukses mereka dan bagaimana kita bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 12 Maret 2025
Petualangan Waktu ke Samudra Pasai, Melihat Kehidupan Masyarakat Pesisir di Kerajaan Besar Bercorak Islam di Sumatera
Tradisi
Sejarah Libur Panjang Ramadan Anak Sekolah Masa Kolonial, Kisah-Kisah Seru Mengisi Waktu Libur
Mengapa libur sekolah saat Ramadan bisa panjang? Telusuri sejarahnya dari masa kolonial Belanda hingga tradisi serunya.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 05 Maret 2025
Sejarah Libur Panjang Ramadan Anak Sekolah Masa Kolonial, Kisah-Kisah Seru Mengisi Waktu Libur
Tradisi
Menelusuri Perbedaan Penentuan Awal Puasa di Indonesia: Sejarah, Tradisi, dan Keberagaman
Pelajari harmonisasi antara hisab dan rukyat, serta kisah sejarah yang membuktikan keindahan dalam keragaman
Hendaru Tri Hanggoro - Senin, 03 Maret 2025
Menelusuri Perbedaan Penentuan Awal Puasa di Indonesia: Sejarah, Tradisi, dan Keberagaman
Bagikan