Menapaki Jejak Kolonial ke Makam Belanda di Seberang Istana Bogor

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Kamis, 30 Maret 2017
Menapaki Jejak Kolonial ke Makam Belanda di Seberang Istana Bogor

Tempat peristirahatan terakhir kolonial di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. (Foto: MerahPutih/Noer Ardiansjah)

Ukuran:
14
Audio:

Di antara rimbun pepohonan besar dan pohon bambu yang berdesing, barisan batu nisan dengan dominasi warna putih nampak jelas terbaring pada sebuah kompleks pemakaman kolonial yang berlokasi di seberang Istana Bogor, Jawa Barat.

Pemakamanan tersebut juga dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari batu bata. Saat merahputih.com masuk ke dalam lokai makam, terpampang sebuah papan pemberitahuan yang menjelaskan informasi tentang keberadaan makam-makam bekas penjajah itu.

Pada nisan-nisan tersebut bertuliskan nama orang-orang Belanda dan Inggris beserta tahun wafat. Di antaranya ada Jeannette Antoinette Pietermaat, Elisabeth Charlotter Vincent, E.B Van Den Bosch, Ary Prins, D.J. de Eerens, Heinrich Kuhl, J.C. Van Hasselt, dan yang paling baru Andre Josef Guillaume Henry.

Di sisi dalam, nisan-nisan itu memiliki berbagai macam bentuk horizontal dan vertikal seperti yang berada pada makam di Museum Prasasti, Jakarta.

Tempat peristirahatan terakhir kolonial di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. (Foto: MerahPutih/Noer Ardiansjah)

“Makam di sini adalah para pejabat kolonial Inggris dan Belanda. Sebagian besar merupakan anggota dari Netherland Botanical, semacam lembaga resmi di Belanda tentang ilmu tumbuhan,” kata pemandu Kebun Raya Bogor, Dano kepada merahputih.com di dalam makam, Kamis (30/3).

Dano menjelaskan bahwa pemakaman tua itu sudah ada jauh sebelum Kebun Raya Bogor dibangun, yaitu pada tahun 1817 oleh orang kepercayaan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles. Di tempat ini terdapat sekitar 42 makam.

“Pada zamannya, mereka adalah orang yang memiliki peran pada kolonial. Dan, di sini memang sebuah hutan sebelum akhirnya disulap oleh Thomas menjadi KRB. Mereka (makam) bisa dibilang saksi bisu perjalanan KRB,” ucap Dano.

Meski sarat akan sejarah, tempat tersebut memang sangat sepi pengunjung. Yang kerap datang di kawasan ini adalah sejarawan dan para peneliti,. guna kebutuhan kajian ilmiah. “Banyak yang bilang di sini angker. Kalau berwisata ke KRB pasti lebih memilih tempat yang lain,” tandasnya.

Untuk mengikuti artikel lainnya, baca juga: 'Aero Press' Alat Seduh Kopi yang Dilombakan Hingga Skala Internasional

#Makam Belanda #Kebun Raya Bogor #Situs Sejarah
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.

Berita Terkait

Fun
Manusia Purba Ternyata Juga Gemar Menindik Tubuh
Manusia telah menindik tubuh mereka sejak zaman prasejarah dan memikirkan tentang citra diri
Hendaru Tri Hanggoro - Selasa, 26 Maret 2024
Manusia Purba Ternyata Juga Gemar Menindik Tubuh
Indonesiaku
Ahli Geologi akan Dilibatkan untuk Identifikasi Temuan Situs Kekar Kolom di Padang Pariaman
"Minggu depan tim ahli akan ke lapangan untuk menentukan temuan tersebut," kata Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sumbar Herry Martinus di Padang, Jumat (20/10).
Andika Pratama - Jumat, 20 Oktober 2023
Ahli Geologi akan Dilibatkan untuk Identifikasi Temuan Situs Kekar Kolom di Padang Pariaman
Tradisi
Kolaborasi untuk Program Budaya Sunda di Kebun Raya Bogor
Pemkot Bogor berkolaborasi dengan PT MNR dan Aliansi Budayawan Sunda.
Andreas Pranatalta - Selasa, 11 April 2023
Kolaborasi untuk Program Budaya Sunda di Kebun Raya Bogor
Fun
Sisa-Sisa Kerangka Bangsawan Romawi Ditemukan dalam Peti Mati Tersembunyi
Temuan tersebut dapat membantu memahami transisi penting dari Kekaisaran Romawi ke Kerajaan Saxon.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 15 Maret 2023
Sisa-Sisa Kerangka Bangsawan Romawi Ditemukan dalam Peti Mati Tersembunyi
Bagikan