Hari Film Nasional 2019

Tapak Tilas Kebangkitan Produksi Film Negara Setelah Lama "Tertidur Lelap"

Raden Yusuf NayamenggalaRaden Yusuf Nayamenggala - Sabtu, 30 Maret 2019
Tapak Tilas Kebangkitan Produksi Film Negara Setelah Lama

Direktur Utama Produksi Film Negara (PFN), Mohamad Abduh Aziz (Foto: Mp/Raden Yusuf Nayamenggala)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SETELAH tetidur lelap selama 26 tahun vakum, salah satu perintis industri film Indonesia yang berdiri sejak tahun 1934 Produksi Film Negara (PFN), BUMN, akhirnya bangkit kembali. Sejarah film Indonesia pun rasanya belum lengkap jika tak membahas soal PFN.

Geliat kebangkitan PFN Ditandai dengan diluncurkannya sebuah film Bertajuk Kuambil Lagi Hatiku pada Rabu 13 Maret 2019. Dalam pembuatan film tersebut, PFN menggandeng Wahana Kreator Nusantara serta pihak Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan yang merupakan BUMN dibidang pariwisata.

Adapun pihak yang mendukung lainnya, selain Taman Wisata Borobudur, sejumlah BUMN lain pun turut mendukung proses produksi film ini. Antara lain yaitu Pertamina, Pelindo 3, Garuda Indonesia, Jasa Raharja, Wijaya Karya, Perusahaan Gas Negara, Bank Mandiri, Bank BTN, Bank Negara Indonesia, Patra Jasa, dan Pupuk Indonesia.

Film Kuambil Hatiku dibesut oleh sutradara kondang Azhar Kinoi Lubis dan diproduseri oleh Salman Aristo. Sementara itu Arief ASh Shiddiq dan Rino Sardjono didapuk sebagai penulis.

(video: YouTube/Studio PFN)

Pemilihan setting utama film di Candi Borobudur, bukan tanpa alasan. Pihak PFN memiliki pondasi yang kuat untuk pemilihan latar tersebut, demi kepentingan Negara.

"Pertimbangannya praktis sebetulnya, karena waktu itu kita kerjasama dengan pt taman wisata candi. Saat itu juga kita memang sedang memikirkan bagaimana menanggapi seruan pak presiden untuk memperkuat 10 daerah tujuan wisata. salah satunya adalah borobudur" ucap Mohamad Abduh Aziz, Direktur Utama PFN, saat ditemui merahputih.com dikawasan Epicentrum, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Selain Candi Borobudur, latar tempat yang begitu kental juga terdapat di India. Menurut Abduh, pemilihan itu karena India memiliki heritage yang mirip dengan Indonesia, yaitu Taj Mahal.

Pemilihan india sendiri, bagi Abduh sering terlupakan. Karena film Indonesia kini lebih banyak mengambil latar di benua Eropa.

Kebudayaan Indonesia juga banyak yang mirip dengan India, itu mengapa akhirnya dipilih India. Terlebih Borobdur juga sangat kuat pengaruh Budha dan Hindunya. Oleh karena itu pihak PFN ingin mendapat sebuah dinamika antara kedua kebudayaan yang selama ini sering terlupakan.

Pertama Kalinya PFN Dipegang oleh Orang Film

Foto Ilustrasi (Foto: pixabay/Ritchieblackmore)

Mohamad Abduh Aziz, Direktur Utama PFN saat ini. Resmi masuk di PFN sudah sekitar dua setengah tahun. Abduh sendiri memiliki latar belakang dari dunia film. Kemunculan Abduh pun merupakan suatu hal yang baru dari PFN, karena usai bertahun-tahun lamanya, baru kali ini PFN dipegang oleh orang film sendiri

Setelah Abduh masuk, dirinya pun melihat Salman Aristo merupakan salah satu produser dan penulis yang memiliki kegelisahan panjang. Hingga setelah Abduh kerap berdiskusi dengan Salman, dirinya memikirkan sebuah cara mengembalikan posisi strategis dari Produksi Film Negara (PFN) seperti waktu dulu.

Ditengah perekembangan film indonesia yang sudah berkembang pesat. Peran PFN disini jadi lebih penting. Seperti halnya, bagaimana PFN memberikan semacam benchmark yang disajikan memiliki pesan serius. Namun digarap dengan serius dan disajikan dengan kemasan "Menjual".

Bagi Abduh, keragaman jenis film indonesia saat ini memiliki sebuah problema pilihan yang masih "itu-itu saja". Seperti drama remaja, horor thriler atau action. Sementara jenis cerita keluarga yang menggambarkan potret kehidupan sehari-hari, hampir jarang ditampilkan.

Karena itulah Abduh melihat peluang film yang mengangkat konflik keluarga, yang disajikan sebagai medium refleksi untuk melihat diri kita kembali sebagai bagian dari keluarga. Dalam hal ini sebagai keluarga inti maupun keluarga besar (Indonesia) dapat tercapai.

Kendala Bangkitnya PFN Setelah 26 Tahun "Tertidur Lelap"

Foto Ilustrasi (Foto: pixabay/geralt)

Kebangkitan Produksi Film Negara (PFN) usai tetidur lelap selama 26 tahun tentu bukan hal yang mudah. Menurut Direktur Utama PFN, Abduh, faktor utamanya ialah soal finansial

"Saya kira karena dulu kan PFN berada dibawah departemen penerangan, jadi anggaran sudah disediakan negara. sekarang kami dibawah BUMN, kan bukan negara yang biayain. jadi PFN harus hidup sendiri layaknya perusahaan yang betul" Jelas Abduh.

Selain soal finansial, kendala lainnya bagi PFN untuk bangkit kembali, yaitu meyakinkan berbagai pihak bahwa PFN Bisa membuat film. Karena sebelumnya tak ada portofolio.

Dalam hal ini untuk meyakinkan pihak sponsor, meski sesama BUMN, PFN juga harus membuktikan jika bisa membuat film yang bagus. Hingga akhirnya berkat bantuan Ibu Menteri dan Pak Deputi di BUMN, sinergi BUMN pun akhirnya benar-benar terjadi. Terbukti dengan hadirnya film 'Kuambil Hatiku' dengan biaya yang cukup mahal. Total biayanya yaitu Rp7,5 Miliar. Sebagian untuk produksi dan sebagian untuk promosi.

26 Tahun bukan waktu yang sebentar. Karenanya, Direktur Utama PFN, Mohamad Abduh Aziz mengatakan itu termalbat. Tapi, dirinya sangat optimis. Bagi Abduh, dengan resource yang dipunya negara, walaupun terlambaat PFN dapat mengejarnya.

BACA JUGA:

26 Tahun Redup, Produksi Film Negara Kembali Bersinar Lewat Film Kuambil Lagi Hatiku

Membanggakan! Ini Deretan Film Karya Anak Bangsa yang Diakui Dunia

5 Film Internasional yang Syuting di Indonesia

Langkah yang Diambil PFN Untuk Kembali Esksis di Industri Film Nasional

Beberapa langkah diambil PFN untuk kembali eksis di Industri Film Tanah Air (Foto: instagram @filmkuambillagihatiku)

Selain menandai kebangkitan dengan diluncurkan film Kuambil Lagi Hatiku. PFN memiliki langkah khusus yang diambil. Di mana dalam pengerjaanya, PFN ingin relevan dengan zamannya. Karena itu merupakan sebuah kunci saat ini, terlebih lagi jika biccara dengan generasi milenial, yang pasti akan meninggalkan jika tak relevan dengan kondisi saat ini.

Saat ini juga tengah tren soal platform streaming. Dimana memudahkan para pecinta film untik menikmati film-film keren dengan wadah yang kekinian. Melihat hal itu PFN tak berminat membangun sebuah platform sendiri , karena berasumsi akan tertinggal jauh, mengingat sudah banyaknya plaftorm yang ada. Untuk itu PFN lebih menguatkan dibidang konten.

Langkah untuk kembali Eksis di Industri Film lainnya, PFN juga akan memaksimalkan betul resource yang dimiliki oleh BUMN. Intinya semua lini promosi, tak terkecuali medium mainstream. Yang paling utama, PFN akan melakukan roadshow ke berbagai kota besar.


Pesan PFN untuk Hari Film Nasional

PFN memberikan beberapa pesan untuk Hari Film Nasional (Foto: Pixabay/mufidpwt)

Pada hari Film Nasional sendiri, PFN tak punya agenda khusus untuk membuat perayaan atau apapun. Tapi PFN sengaja menerbitkan film 'Kuambil Lagi Hatiku' yang menandai kebangkitan PFN di bulan Film Nasional yaitu bulan Maret.

Pihak PFN menuturkan, alasan tersebut karena PFN merupakan sebuah ikon atau simbol dari film nasional yang pernah punya sejarah gemilang.

Direktur Utama PFN, Mohamad Abduh Aziz mempertanyakan. Apakah cita-cita yang dulu mengiringi idealisme kelahiran yang disebut hari film nasional sudah terpenuhi atau belum? Khususnya idealisme para tokoh-tokoh perfilman. Di mana perfilman Indonesia punya tempat di hati masyarakat dan bukan sekedar menjadi hiburan. Tapi lebih menjadi sebuah ruang dialog membicarakan problematika masyarakat yang lebih kontekstual.

Menurut Abduh di hari Film Nasional PR industri film indonesia masih sangat banyak. Hari Film nasional ini seakan mengingatkan seluruh pegiat film Indonesia jika masih mempunyai banyak pekerjaan rumah.

Karena pada zamannya, Indonesia terdepat di Asia dalam industri Film, dan Tiongkok dulu belum ada apa-apanya. Sebagai pertanda, film Umar Ismail dinobatkan sebagai Film terbaik Asia Sepanjang Zaman.

Tapi saat ini semua telah berbalik bahkan perubahannya sangat luar biasa. Karena itu banyak hal yang harus dikerjakan untuk mengembalikan lagi muruah film Indonesia. (Ryn)

#Film Indonesia #PFN #Produksi Film Negara #Hari Film Nasional #Produksi Film
Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special

Berita Terkait

ShowBiz
Rekomendasi Film Romantis Akhir 2025, dari Drama Korea hingga Komedi Indonesia
Simak 4 rekomendasi film romantis terbaru Desember 2025, dari drama Korea menyentuh hingga film keluarga penuh cinta di bioskop Indonesia.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 25 November 2025
Rekomendasi Film Romantis Akhir 2025, dari Drama Korea hingga Komedi Indonesia
ShowBiz
Bukan Cuma Laga, Film Pengepungan di Bukit Duri Borong 4 Kategori Teknis Sinema Piala Citra
Film Pengepungan di Bukit Duri bukan hanya tentang aksi, tetapi juga tentang keluarga, janji, dan perjuangan
Wisnu Cipto - Sabtu, 22 November 2025
Bukan Cuma Laga, Film Pengepungan di Bukit Duri Borong 4 Kategori Teknis Sinema Piala Citra
ShowBiz
Film 'Pangku' Menangi Penghargaan FFI 2025, Reza Rahadian Persembahkan Karya untuk Para Ibu
Debut film Reza Rahadian sebagai sutradara, Pangku, meraih penghargaan bergengsi FFI 2025 dan dipersembahkan untuk para ibu di Indonesia.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 21 November 2025
Film 'Pangku' Menangi Penghargaan FFI 2025, Reza Rahadian Persembahkan Karya untuk Para Ibu
ShowBiz
Nia Dinata Garap 'Berbagi Suami: 20 Tahun Kemudian', Produksi Dimulai 2026
Nia Dinata menggarap sekuel 'Berbagi Suami: 20 Tahun Kemudian', mengangkat tema poligami di era digital. Syuting direncanakan pada awal 2026.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 20 November 2025
Nia Dinata Garap 'Berbagi Suami: 20 Tahun Kemudian', Produksi Dimulai 2026
ShowBiz
Rapi Films Garap Horor Komedi 'Sebelum Dijemput Nenek', Angga Yunanda Jadi Pemeran Utama
Rapi Films dan Skymedia menggarap film horor komedi 'Sebelum Dijemput Nenek' arahan Fajar Martha Santosa, dibintangi Angga Yunanda dan tayang 2026.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 20 November 2025
Rapi Films Garap Horor Komedi 'Sebelum Dijemput Nenek', Angga Yunanda Jadi Pemeran Utama
ShowBiz
Film 'Wasiat Warisan' Tayang Desember 2025, Ketika Ikatan Persaudaraan Diuji lewat Ancaman Utang dan Wasiat Terakhir
Dibintangi Derby Romero, Sarah Sechan, dan Astrid Tiar, film Wasiat Warisan tayang 4 Desember 2025.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 20 November 2025
Film 'Wasiat Warisan' Tayang Desember 2025, Ketika Ikatan Persaudaraan Diuji lewat Ancaman Utang dan Wasiat Terakhir
ShowBiz
Vino G. Bastian Bintangi 'Lupa Daratan', Film Komedi Satir Terbaru Ernest Prakasa yang Bakal Tayang di Netflix
Netflix merilis film komedi satir Lupa Daratan karya Ernest Prakasa, dibintangi Vino G. Bastian. Tayang 11 Desember 2025.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 19 November 2025
Vino G. Bastian Bintangi 'Lupa Daratan', Film Komedi Satir Terbaru Ernest Prakasa yang Bakal Tayang di Netflix
ShowBiz
Imajinari Umumkan Film 'Operasi Pestapora', Iqbaal Ramadhan Jadi Pemimpin Geng Copet
Imajinari merilis 'Operasi Pestapora', film aksi-komedi tentang sindikat pencopet konser yang dipimpin Iqbaal Ramadhan. Trailer perdana tayang 27 November 2025.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 19 November 2025
Imajinari Umumkan Film 'Operasi Pestapora', Iqbaal Ramadhan Jadi Pemimpin Geng Copet
ShowBiz
Adaptasi Buku ke Layar Lebar, Film ‘Na Willa’ Karya Ryan Adriandhy Siap Tayang 2026
Ryan Adriandhy menggarap film keluarga Na Willa, adaptasi karya Reda Gaudiamo, yang kini dalam proses produksi dan dijadwalkan tayang pada 2026.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 19 November 2025
Adaptasi Buku ke Layar Lebar, Film ‘Na Willa’ Karya Ryan Adriandhy Siap Tayang 2026
ShowBiz
Ananta Rispo Jadi Montir Pewaris Bengkel dalam Film Komedi Terbaru 'Ketok Mejik'
Film komedi Ketok Mejik garapan Yogi S. Calam menghadirkan deretan komedian top, dengan Ananta Rispo sebagai pemeran utama. Dijadwalkan tayang 2026.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 18 November 2025
Ananta Rispo Jadi Montir Pewaris Bengkel dalam Film Komedi Terbaru 'Ketok Mejik'
Bagikan