Memoar Ungkap Hubungan Penuh Teror antara Will Smith dan Ayahnya

AKTOR Will Smith mengungkapkan pengasuhan dan hubungan rumit yang dia bagi dengan mendiang ayahnya. Pengalaman gelap dari hidupnya itu dia bagi dalam buku memoarnya. Dalam buku Will yang rilis pada 9 November, bintang Hollywood itu menggambarkan ayahnya sebagai seorang pria dengan dualitas.

"Ayah saya kejam, tetapi dia juga hadir di setiap pertandingan, permainan, dan resital. Dia pecandu alkohol, tetapi dia hadir tanpa mabuk di setiap pemutaran perdana setiap film saya," ujarnya dalam kutipan yang dimuat People (3/11).

BACA JUGA:

Will Smith Umumkan Pemeran 'The Fresh Prince of Bel-Air' Versi Reboot

Dia menambahkan, "Perfeksionisme intens yang meneror keluarganya itu juga menyediakan makanan di atas meja setiap malam dalam hidup saya."

Teror itu diilustrasikan dalam sebuah cerita yang dikisahkan Smith ketika dia berusia 9 tahun dan dia melihat ayahnya melakukan kekerasan. "Ia meninju ibu saya di sisi kepala begitu keras sehingga dia pingsan," kisahnya.

"Saya melihat ibu meludahkan darah," tulisnya, "Saat itu di kamar tidur itu, mungkin itulah momen yang paling menentukan dari hidup saya."

Bagi sang aktor, trauma saat itu akan berdampak pada seluruh hidup dan kariernya. Dia menjelaskan, "Dalam semua yang telah saya lakukan sejak saat itu--penghargaan dan pujian, sorotan dan perhatian, karakter dan tawa--ada serangkaian permintaan maaf yang halus kepada ibu saya atas kelambanan saya hari itu. Karena mengecewakannya dalam saat ini. Karena gagal melawan ayahku. Karena menjadi pengecut."

Dia melanjutkan, "Apa yang kamu pahami sebagai 'Will Smith,' MC, bintang film besar, sebagian besar merupakan konstruksi, karakter yang dibuat dengan hati-hati dan diasah, yang dirancang untuk melindungi diri saya sendiri. Untuk menyembunyikan diriku dari dunia. Untuk menyembunyikan pengecut itu."

Ayah Smith meninggal pada 2016, kira-kira 16 tahun setelah orangtua Smith bercerai. Smith merawat ketika dia sakit. Namun, dia mengakui insiden itu menghantuinya, bahkan saat merawat ayahnya.

"Sebagai seorang anak, saya selalu mengatakan pada diri sendiri bahwa suatu hari saya akan membalas dendam ibu saya. Kalau saya sudah besar, saya cukup kuat, ketika saya tidak lagi pengecut, saya akan membunuhnya," tujarnya.

Suatu hari, dia mendapati dirinya mengalami pemikiran gelap ketika berhenti di puncak beberapa tangga saat sedang mendorong kursi roda ayahnya ke kamar mandi.

"Saya bisa mendorongnya ke bawah, dan dengan mudah lolos begitu saja," tulisnya, "Ketika puluhan tahun kemudian rasa sakit, kepuasan, dan kebencian berlalu, pikiran saya selalu terus kembali pada saat mendorong Daddio ke kamar mandi."

Setelah Will Sr. meninggal pada tahun 2016, Smith merenungkan hubungan mereka yang bergejolak dan apa yang diajarkannya tentang menemukan pemenuhan diri sejati.

"Tidak ada yang dapat kamu terima dari dunia material yang akan menciptakan kedamaian atau kepuasan batin," tulisnya, "Pada akhirnya, tidak peduli sedikit pun seberapa baik (orang) mencintaimu, kamu hanya akan mendapatkan 'senyum' berdasarkan seberapa baik kamu mencintai mereka."

Bintang Pursuit of Happyness ini tengah dalam tur untuk menghadiri berbagai diskusi dalam promo buku barunya.(aru)