Memanfaatkan Kecerdasan Buatan Tanpa Melanggar Privasi
AI juga memberikan potensi negatif terhadap data individu. (Foto: Pexels/thisisengineering)
PERKEMBANGAN teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang kian cepat dan masif, menimbulkan kekhawatiran masyarakat akan potensi pelanggaran privasi atas data yang dikumpulkan dan dimanfaatkan dalam teknologi ini.
Kekhawatiran itu, setidaknya tampak dari hasil survei Organisasi Konsumen Eropa (European Consumer Organization) pada 2020 yang menyebut, 45-60 persen masyarakat di Benua Biru percaya bahwa penggunaan teknologi AI di berbagai sektor, akan menyebabkan lebih banyak penyalahgunaan data pribadi.
Dalam publikasinya di situs World Economic Forum, pendiri perusahaan keamanan siber CUJO AI, Einaras von Gravrock mengatakan kekhawatiran masyarakat itu bukannya tanpa alasan. Sebab, AI merupakan teknologi yang dapat mengumpulkan dan menggunakan data masyarakat, yang mungkin saja termasuk informasi sensitif. Ada banyak layanan dan produk online populer yang mengandalkan kumpulan data besar untuk mengajarkan dan meningkatkan algoritma AI mereka.
Karena itu, Einaras menyebutkan praktik perlindungan privasi dan manajemen data yang baik lebih berkaitan dengan nilai-nilai organisasi, proses bisnis, dan manajemen keamanan pada perusahaan atau institusi yang memanfaatkan teknologi AI.
Baca juga:
"Keberlangsungan teknologi AI sangat bergantung pada perlindungan privasi yang menjadi bagian integral dari desainnya," dalam siaran pers yang diterima Merahputih.com.
Salah satu sektor yang sangat sensitif terhadap isu perlindungan privasi dan manajemen data adalah jasa keuangan dan medis. Dua sektor ini pun, belakangan mulai memanfaatkan teknologi AI untuk mendorong efisiensi dan peningkatan kualitas dalam proses kerja mereka.
“Misalnya saja, penggunaan AI untuk membantu dokter mendeteksi suatu penyakit, atau pemanfaatan AI untuk mengecek praktik kejahatan finansial di dalam dunia perbankan,” ujar Ketua Progam Studi S1 Computer Systems Engineering Universitas Prasetiya Mulya Agung Alfiansyah.
Baca Juga:
Dalam konteks pemanfaatan AI di dunia medis, Agung melanjutkan, saat ini kian banyak sistem diagnosa berbasis AI yang diujicoba untuk diimplementasikan secara luas untuk kesehatan.
Agung bersama tim mahasiswa Prasetiya Mulya termasuk sedang mengembangkan sistem AI yang dapat dimanfaatkan untuk membantu dokter mendeteksi penyakit pneumonia atau radang paru-paru. Projek penelitian ini didanai oleh APNIC Foundation, lembaga internasional yang salah satu bidangnya adalah menaungi keamanan internet di Asia Pacific.
Sistem yang masih dalam tahap purwarupa ini, dikembangkan tim Prasetiya Mulya bersama mitra penelitian dari INSA Centre Val de Loire di Prancis. Pengembangan sistem machine learning lain yang telah dikembangkan Agung dan timnya dari Prancis tiga tahun yang lalu adalah sistem berbasis AI yang digunakan untuk mendeteksi kanker payudara.
“Kami merancang sistem yang dapat memilah dan mengelola repository data medis, agar informasi individual pasien yang bersifat privat tidak bisa diidentifikasi kembali siapa person-nya secara spesifik. Dengan sistem ini, kolaborasi dan pertukaran data antar rumah sakit bisa dilakukan dengan aman dan menjaga privacy pasien,” tutup Agung. (and)
Baca Juga:
5 Starter Pack New Mom untuk Main Hati Bersama si Kecil
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Spesifikasi Lengkap OPPO Reno 15c Bocor, Dijadwalkan Rilis 19 Desember 2025
Sudah Raih Sertifikasi, Xiaomi 17 Siap Debut Global dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5
iPhone 18 Bakal Uji Coba Face ID di Bawah Layar, Apple Siap Masuki Era Baru
Samsung Galaxy Z TriFold Sudah Mengaspal di China, Harganya Mulai dari Rp 47,1 Juta
Realme 16 Pro Segera Meluncur, Bawa Lensa Telefoto dan Baterai 7.000mAh
Xiaomi 17 Ultra Paling Cepat Bisa Dipesan Mulai Desember, tak Perlu Menunggu hingga 2026!
Render Samsung Galaxy S26 Series Bocor, Desain Barunya Jadi Sorotan!
Xiaomi 17 Ultra Leica Leitzphone Edition Muncul di GSMA, Ditunggu-tunggu Pencinta Fotografi!
Gambar Xiaomi 17 Ultra Bocor sebelum Rilis, Dibekali Baterai 6.000mAh
Samsung Bakal Gelar 'The First Look' Jelang CES 2026, Galaxy Z TriFold Segera Unjuk Gigi?