Melacak Asal Mula Sebutan Orang Osing Banyuwangi

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Rabu, 17 Januari 2018
Melacak Asal Mula Sebutan Orang Osing Banyuwangi

Salah satu tarian adat Banyuwangi. (Foto, Tropenmuseum)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

CANDRANAGARA, Bupati Kudus, berkeliling Jawa pada 1860. Tiba di ujung timur Jawa, daerah kini bernama Banyuwangi, sang bupati nan terkenal sebagai penulis perjalanan keliling mencatat para penduduk setempat berbahasa agak berbeda dengan bahasa Jawa pada umumnya, seperti bahasa Jawa Desa.

Ngangge tembung Jawi nanging cara dhusun (menggunakan bahasa Jawa tapi langgam desa),” tulis Candranagara sebagaimana dikutip Marcel Bonneff pada Peregrinations Javanaises: les Voyages de RMA Purwa Lelana: une division de Java au XIXe siecle.

Keunikan bahasa tersebut menjadi perhatian khusus sang bupati. Dia menolak anggapan bahasa Blambangan atau kini bernama Banyuwangi berbeda dengan bahasa Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan tetap menganggapnya sebagai bahasa Jawa Desa (Jawi Dhusun).

Sarjanawan asal Belanda, C Lekkerkerker menyebutnya sebagai bahasa Osing. Pada penelitiannya bertajuk “Blambangan” pada 1923 dimuat De Indische Gids, Lekkerkerker menyebut para penutur bahasa tersebut merupakan orang Using. Kata Using, lanjutnya, berasal dari bahasa Bali Sing berarti ‘tidak’. “Kepribadian, bahasa, dan adat orang Using sangat berbeda dari Jawa lainnya” tandas Lekkerkerker. Tidak Jawa, Bali, atau Madura.

Sementara para pengguna bahasanya, Wong Using atau Orang Using, menurut John Scholte pada tulisannya tentang tarian Gandrung Banyuwangi bertajuk “Gandroeng van Banjoewangi” dalam Djawa tahun 1927, merupakan panggilan Wong Kulonan atau pendatang asal Jawa Tengah, Bali, Bugis, dan Mandar untuk anggota masyarakat sisa-sisa kerajaan Blambang beragama Hindu.

Wong Kulonan datang ke Banyuwangi pada sekira abad 18, ketika VOC mulai menjajakan peruntungan di ujung timur Jawa. Pada tahun 1765 VOC menguasai Blambangan, namun rakyatnya menolak tunduk. Mereka tetap berkeras tak mau pergi berladang di perkebunan milik Belanda. Menghadapi penolakan tersebut, menurut Pigeaud pada “Stukken Betreffende het Onderzoek in Blambangan” TBG 1929, maka pemilik perkebunan mendatangkan orang Cirebon, Banyumas, dan Kebumen untuk bekerja di perkebunannya.

Orang Using kemudian menjadi satu entitas tersendiri, bukan lagi disebut Orang Jawa Osing. Mereka memiliki tradisi, budaya, dan bahasa berbeda dengan Jawa Timur maupun Tengah. Begitu pun bahasanya tak lagi dipandang sebagai dialek Jawa.

Bahasa Using sendiri, menurut Herusantosa Suparman tercuplik pada disertasinya bertajuk “Bahasa Using di Kabupaten Banyuwangi”, berdasarkan perbandingan kosakata dengan bahasa Jawa sangat sejajar secara genealogi bahasa karena keduanya merupakan perkembangan dari bahasa Jawa Kuna. (*)

#Banyuwangi #Blambangan #Orang Osing
Bagikan

Berita Terkait

Indonesia
BMKG Catat Ada 24 Gempa Susulan usai Guncangan Magnitudo 5,7 di Banyuwangi
BMKG mencatat, ada 24 gempa susulan usai guncangan magnitudo 5,7 di Banyuwangi, Jumat (26/9).
Soffi Amira - Jumat, 26 September 2025
BMKG Catat Ada 24 Gempa Susulan usai Guncangan Magnitudo 5,7 di Banyuwangi
Indonesia
Gempa Bawah Laut Magnitude 5,7 di Banyuwangi, Getaran Dirasakan Sampai Denpasar, Bali
Getaran gempa dilaporkan terasa kuat hingga ke sejumlah daerah di sekitarnya, termasuk Jember dan bahkan hingga ke Badung dan Denpasar, Bali.
Dwi Astarini - Kamis, 25 September 2025
Gempa Bawah Laut Magnitude 5,7 di Banyuwangi, Getaran Dirasakan Sampai Denpasar, Bali
Indonesia
2 Jenazah Korban Tenggelam KMP Tunu Pratama Jaya Ditemukan Mengambang di Perairan Banyuwangi
Dengan menggunakan sekoci, jenazah ini dievakuasi ke KN dan selanjutnya dievakuasi ke darat melalui Pantai Boom.
Dwi Astarini - Jumat, 11 Juli 2025
2 Jenazah Korban Tenggelam KMP Tunu Pratama Jaya Ditemukan Mengambang di Perairan Banyuwangi
Indonesia
Sukses Angkutan Lebaran 2025, KA Ijen Ekspres Jadi Andalan Rute Malang - Banyuwangi
KA Ijen Ekspres memainkan peran penting dalam menghubungkan masyarakat antara wilayah Malang dan Banyuwangi
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 05 April 2025
Sukses Angkutan Lebaran 2025, KA Ijen Ekspres Jadi Andalan Rute Malang - Banyuwangi
Lifestyle
Padepokan Seni Alang-Alang Kumitir Unjuk Gigi di Galeri Indonesia Kaya
Mereka membutuhkan kekuatan fisik, kemauan, dan iman yang kuat
Angga Yudha Pratama - Minggu, 10 November 2024
Padepokan Seni Alang-Alang Kumitir Unjuk Gigi di Galeri Indonesia Kaya
Indonesia
Dua Hari Beroperasi, Segini Jumlah Penumpang Kereta Blambangan Jakarta-Banyuwangi
Kapasitas tempat duduk untuk kelas eksekutif sebanyak 192 seat atau 48 seat per kereta
Angga Yudha Pratama - Minggu, 28 Juli 2024
Dua Hari Beroperasi, Segini Jumlah Penumpang Kereta Blambangan Jakarta-Banyuwangi
Indonesia
Jakarta-Banyuwangi Kini Bisa Naik Blambangan Ekspres, Penumpang Tak akan Pegal dan Capek
Leg room-nya menjadi lebih luas
Angga Yudha Pratama - Jumat, 26 Juli 2024
Jakarta-Banyuwangi Kini Bisa Naik Blambangan Ekspres, Penumpang Tak akan Pegal dan Capek
Indonesia
Berambisi Menang di Banyuwangi, Cak Imin Cari Dukungan Santri dan Kiai
Cak Imin yakin dukungan terhadap Anies-Muhaimin (AMIN) makin solid.
Frengky Aruan - Selasa, 06 Februari 2024
Berambisi Menang di Banyuwangi, Cak Imin Cari Dukungan Santri dan Kiai
Indonesia
Ganjar: Banyumas Culture Carnival-Bursa KUKM 2023 Mampu Bangkitkan Perekonomian Warga
Ganjar Pranowo disambut antusias warga Banyumas Raya yang berbarengan dengan perhelatan Banyumas Culture Carnival 2023.
Zulfikar Sy - Minggu, 14 Mei 2023
Ganjar: Banyumas Culture Carnival-Bursa KUKM 2023 Mampu Bangkitkan Perekonomian Warga
Bagikan