Mabes Polri Beberkan Temuan Sementara di Balik Melonjaknya Harga Kedelai


Ilustrasi kedelai (foto: pixabay/jing)
MerahPutih.com - Bareskrim Polri belum menemukan dugaan pelanggaran hukum atau tindak pidana terkait dengan melonjaknya harga kedelai. Kenaikan harga pun disebut karena keterlambatan kapal pengangkut kedelai impor ke Indonesia.
"Jadi saya sampaikan, bahwa Satgas Pangan belum menemukan pelanggaran," kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri, Kombes Ahmad Ramadhan kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Rabu (6/1).
Baca Juga
Menurut dia, spekulasi masyarakat terkait dengan kenaikan harga bahan pangan tersebut sudah coba dikonfirmasi secara langsung oleh tim kepolisian ke sejumlah gudang-gudang penyimpanan.
Ia mengatakan, kendala yang ditemukan penyidik terkait dengan kenaikan harga tersebut tidak seperti yang dipikirkan oleh masyarakat.
"Kenaikan tadi disebabkan adanya keterlambatan kapal yang mengangkut kedelai impor," kata dia.
Ramadhan menyebut itu merupakan hasil inspeksi ke sejumlah gudang perusahaan importir kedelai.
Pada Selasa (5/1) kemarin, Satgas Pangan Polri melakukan pengecekan gudang importir kedelai yang berada di tiga lokasi, yakni PT. Segitiga Agro Mandiri di Bekasi, Jawa Barat; PT FKS Mitra Argo di Kabupaten Tangerang, Banten; dan PT Sungai Budi di Kota Tangerang, Banten.

Hasilnya, kenaikan harga karena komoditas tersebut memang mengalami kenaikan harga di negara produsen, yakni dari Rp. 6.800 menjadi Rp. 8.300. Selain itu, ia mengatakan, ada permasalahan pengangkutan.
Sejak pertengahan Oktober sampai Desember 2020, kapal yang langsung tujuan Indonesia sangat jarang.
"Sehingga menggunakan angkutan tujuan negara Singapura dan sering terjadi keterlambatan karena menunggu waktu dalam connecting ke Indonesia," kata Ramadhan.
Ramadhan mengatakan, keterlambatan komoditas tiba di Indonesia antara dua sampai tiga minggu. Ia mengatakan, kebutuhan kedelai di Indonesia memang bergantung pada impor.
Total kebutuhan kacang kedelai nasional, yakni 3.130.495 ton, sedangkan pemenuhan kedelai lokal atau dalam negeri sebanyak 296.124.
Jumlah tersebut digunakan untuk pemenuhan untuk industri, baik besar, sedang, mikro kecil sebanyak 3.092.351 ton. Konsumsi untuk tahu dan tempe sebanyak 13.480 ton, benih sebanyak 9.858 ton dan kemungkinan hilang/tercecer sebanyak 14.806 ton.
Saat ini, kata Ramadhan, diperkirakan stok ketersediaan kacang kedelai yang ada sebanyak 411.975 ton. Sedangkan, importir masih memiliki 200 ribu ton dan 250 ribu ton kedelai yang masih berada di Singapura menunggu keberangkatan. (Knu)
Baca Juga
Atasi Kelangkaan Tahu Tempe, Pemprov DKI Ganti Kedelai Impor dengan Lokal
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
56 Ribu Ton Kedelai Impor dari Amerika Serikat Segera Banjiri Pasar Indonesia

Pemerintah Jual Kedelai Impor Rp 10.000 per Kg Turunkan Harga Tahu dan Tempe

Pemerintah Berikan Subsidi Kedelai Impor Rp 1.000 Per Kilogram

Ketergantungan pada Impor, Pemerintah Tingkatkan Produksi Kedelai Dalam Negeri
