Lintas Generasi Seniman dalam Sastra Bulan Purnama Ke-59
Sutirman Eka Ardhana penyair dari Yogya sedang membaca puisi dalam acara Sastra Bulan Purnama di Amphytheater Tembi Rumah Budaya. (Foto: Tembi Rumah Budaya)
MerahPutih Budaya - Eka, Ardi dan Resmiyati memang dari generasi yang berbeda, setidaknya dari segi umur dan proses pergulatan dalam puisi. Eka lebih lama dari keduanya, sementara Ardi dan Resmiyati masih dalam satu ‘kurun’ yang sama. Dari usianya keduanya setara dan dari proses kreatifnya tidak saling berjauhan.
Suasana Sastra Bulan Purnama edisi 59, seolah seperti ‘meriah’. Hadirin duduk memenuhi tempat duduk Amphytheater Tembi Rumah Budaya dan ada yang duduk di kursi yang diletakkan di kiri kanan panggung serta ada yang berdiri di tangga dan duduk di kursi di luar Amphytheater.
Cuaca yang cerah dan bulan yang jernih seperti memberi makna bagi Sastra Bulan Purnama, dan memang dalam penanggalan Jawa persis bulan purnama, sehingga Sastra Bulan Purnama menemukan cahaya di langit yang jernih.
Budi Adi, seorang fotografer, yang memang sering datang untuk mengambil gambar moment-moment Sastra Bulan Purnama mendapatkan momentum bulan di atas dan pembacaan puisi di Amphytheater sehingga, dalam foto Budi Adi terlihat bulan mungil menerangi Sastra Bulan Purnama.
“Saya tunggu bulan itu pas sehingga enak untuk mengambil gambar dengan latar belakang bulan di atas sana,” kata Budi Adi sambil menunjukkan foto karya dari kamera yang dia pegang.
Puisi, Bulan purnama, dan langit cerah memberi keindahan Sastra Bulan Purnama edisi 59. (Fre)
BACA JUGA: