Kurangi Risiko Bencana, Meko PMK Dorong Adanya Edukasi Mitigasi di Lembaga Pendidikan Agama


Tangkapan layar- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno. (ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo)
MERAHPUTIH.COM — MADRASAH, pesantren, dan lembaga pendidikan keagamaan lainnya diminta memperkuat materi mitigasi bencana dalam pembelajaran. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno.
“Dengan begitu, terbentuk kesadaran sejak dini di kalangan pelajar dan komunitas umat beragama," kata Pratikno saat meluncurkan gerakan KITATANGGUH di Jakarta, dilansir ANTARA, Rabu (13/8).
Pratikno mengatakan peran Kementerian Agama begitu strategis dalam mengedukasi pengurangan risiko bencana melalui jalur pendidikan keagamaan. Menko PMK menekankan membangun budaya tangguh di masyarakat untuk mengurangi risiko bencana amatlah penting. Langkah-langkah sederhana, seperti tidak membuang sampah sembarangan, menanam pohon, dan menjaga kelestarian lingkungan dinilai efektif mencegah dampak lebih besar.
"Kegiatan preventif di level masyarakat dan pemerintah harus terus dilakukan, termasuk inovasi teknologi untuk mitigasi bencana," katanya.
Rumah ibadah dinilai berperan sangat strategis dalam penanganan bencana. Menurutnya, masjid, gereja, dan fasilitas publik lainnya perlu dirancang agar aman dan nyaman digunakan sebagai tempat evakuasi. "Fasilitas publik juga harus dirancang menjadi selter yang aman dan nyaman bagi para pengungsi. Sekolah juga demikian dalam situasi emergency," ujarnya.
Baca juga:
Titik Api Kebakaran Hutan dan Lahan Melonjak, Perusahaan Tidak Mitigasi Karhutla Bakal Ditindak
KITATANGGUH merupakan program nasional yang mengedepankan kolaborasi multipemangku kepentingan untuk memperkuat kesiapsiagaan dan ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana. Program ini mengintegrasikan inovasi teknologi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, serta peran aktif pemerintah, swasta, dan komunitas untuk meminimalkan risiko bencana.
"Berdasarkan data dari berbagai sumber yang dikombinasikan dengan analisis AI, kerugian akibat bencana di 2024 mencapai Rp 665 triliun," kata Pratikno.
Menurutnya, kerugian tersebut mencakup dampak langsung maupun tidak langsung. Ia menyebut ada hampir 2.000 kejadian bencana dengan lebih dari 8 juta orang terdampak, mayoritas berupa bencana hidrometeorologi.
"Kerugian ekonomi langsung sekitar Rp 65 triliun. Namun, jika dihitung kerugian tidak langsung, seperti penurunan PDB, gangguan perdagangan, dan produktivitas ekonomi, nilainya jauh lebih besar," ujarnya.(*)
Baca juga:
BMKG Ungkap Kunci Bangun Ketahanan Hadapi Ancaman Bencana Alam
Bagikan
Berita Terkait
166 Kali Gempa Susulan Guncang Sumenep, Fokus Penanganan Bencana Kini Beralih ke Kaji Cepat dan Penyaluran Bantuan Logistik

Gempa Magnitude 6,9 Guncang Filipina, 20 Orang Dilaporkan Tewas

Indonesia Darurat TBC, Penangan Harus Setara Dengan Pandemi COVID-19

BMKG Catat Ada 24 Gempa Susulan usai Guncangan Magnitudo 5,7 di Banyuwangi

BNPB Langsung Kirim Tim ke Banyuwangi dan Situbondo Usai Gempa Magnitudo 5,7

Gempa Bumi Dengan Magnitudo 5,7 Landa Pulau Bali

Warga Lanjut Usia Ditemukan Tak Bernyawa di Lantai Dasar Akibat Topan Ragasa

Super Topan Ragasa Jebol Bendungan di Taiwan, 14 Tewas dan Ratusan Orang Hilang

Siklon Tropis Bualoi Berpotensi Picu Hujan Lebat dan Gelombang Tinggi di Indonesia Timur

Topan Super Ragasa Mengamuk di Hong Kong, Ratusan Pohon Tumbang, Atap Beterbangan, Kota Lumpuh
