Kubu Prabowo Sebut Jargon Wong Cilik untuk Komoditas Politik

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Selasa, 18 Desember 2018
Kubu Prabowo Sebut Jargon Wong Cilik untuk Komoditas Politik

Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno Ferry Juliantono. (Foto: MP/Fadli)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno Ferry Juliantono menilai jargon 'wong cilik' yang menjadi andalan partai pemerintah saat ini benar-benar untuk kepentingan politik semata.

Menurut dia, saat berada di luar pemerintahan dan berada dalam kekuasaan, wong cilik tetap saja tidak sejahtera, bahkan semakin cilik.

"Wong cilik tetap tidak sejahtera di rezim ini. Karena sengaja untuk kembali menangkan rezim pada Pilpres 2019. Jadi, jargon wong cilik memang untuk komoditas politik, namun tanpa memberikan kesejahteraan bagi mereka," kata Ferry melalui keterangannya, Selasa (18/12).

Presiden Joko Widodo (kiri) berjalan dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kanan) pada acara HUT ke-45 PDI Perjuangan di JCC, Jakarta, Rabu (10/1). (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Presiden Joko Widodo (kiri) berjalan dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kanan) pada acara HUT ke-45 PDI Perjuangan di JCC, Jakarta, Rabu (10/1). (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)

Seharusnya, kata Ferry, wong cilik bisa hidup sejahtera di rezim ini jika benar tujuannya untuk memperjuangkan hak mereka.

Namun, bukannya hidup sejahtera, harga pangan semakin susah dijangkau oleh wong cilik dan membuat mereka tidak berubah statusnya.

"Jadi, apa yang rezim ini perjuangkan untuk wong cilik? Harga pangan terus naik, BBM naik, listrik naik. Kasihan dong jargonnya membela wong cilik tapi nyatanya tidak," tegas dia.

Dia menambahkan, berbeda dengan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02 Prabowo-Sandi, yang sangat fokus terhadap kesejahteraan masyarakat.

Ferry mengatakan, Prabowo ingin semua orang yang hidup di Indonesia merasakan keadilan dan kemakmuran.

"Sampai Pak Prabowo mengatakan jika sudah berhasil mengembalikan hak-hak warga negara Indonesia, kemudian Tuhan memanggil beliau akan pergi dengan tersenyum. Ini jiwa kepemipinan sejati yang memikirkan hajat hidup orang banyak, bukan yang kalau didemo pergi," tandasnya. (Pon)

#Pilpres 2019 #Prabowo-Sandiaga #Jokowi-Ma'ruf Amin
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.

Berita Terkait

Indonesia
Survei Charta Politika Sebut 61 Persen Pemilih Jokowi Pilih Ganjar
Salah satu yang menarik dari survei nasional ini adalah 61 persen pemilih Jokowi-Ma'ruf yang menetapkan pilihannya ke Ganjar Pranowo
Andika Pratama - Senin, 15 Mei 2023
Survei Charta Politika Sebut 61 Persen Pemilih Jokowi Pilih Ganjar
Indonesia
Survei Algoritma: Masyarakat Puas Kinerja Jokowi, tapi Tak Setuju Pemilu Ditunda
Namun, hal tersebut tak lantas membuat wacana penundaan pemilu atau perpanjangan masa jabatan presiden mendapat kata setuju dari mayoritas publik.
Andika Pratama - Senin, 23 Januari 2023
Survei Algoritma: Masyarakat Puas Kinerja Jokowi, tapi Tak Setuju Pemilu Ditunda
Indonesia
Ada Kemunduran Demokrasi di 3 Tahun Kepemimpinan Jokowi-Ma'ruf Amin
"Ada kemunduran demokrasi yang sangat signifikan dan perlu menjadi perhatian serius pemerintah. Kasus peretasan, doxing dan berbagai kasus lainnya yang menimpa aktivis pro demokrasi," imbuhnya.
Andika Pratama - Jumat, 21 Oktober 2022
Ada Kemunduran Demokrasi di 3 Tahun Kepemimpinan Jokowi-Ma'ruf Amin
Indonesia
Tindakan Represif Aparat Penegak Hukum Meningkat di 3 Tahun Jokowi-Ma'ruf
Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Fitri Maulidiyanti menilai, janji Jokowi melakukan reformasi Polri demi meningkatkan kepercayaan publik kepada Polri juga dianggap belum berhasil.
Mula Akmal - Jumat, 21 Oktober 2022
Tindakan Represif Aparat Penegak Hukum Meningkat di 3 Tahun Jokowi-Ma'ruf
Bagikan