Kondisi Indonesia Tidak Kunjung Baik, Spiritualis Gunung Lawu Gelar Doa Bersama


Bahaudin Marcopolo
MerahPutih Nasional- Ki Hardono spiritualis dan putera asli Gunung Lawu (Jawa Tengah) mengaku prihatin dengan kondisi bangsa Indonesia yang masih mengalami berbagai problematika. Meski pemimpin berganti, masalah bangsa Indonesia tidak kunjung tuntas.
Berbagai masalah mulai dari kejahatan korupsi yang merajalela, demoralisasi korps penegak hukum, pertikaian elit politik, ancaman krisis energi, hingga kedaulatan ekonomi dan politik yang semakin terkikis membuat Ki Hardono sedih dan prihatin.
Ki Hardono mengatakan, saat ini bangsa Indonesia sudah memasuki zaman Kalatida atau zaman keraguan.
"Semua orang ragu, ragu akan kebenaran, tidak punya prinsip dalam melangkah, tidak punya pedoman dalam hidup. Inilah ciri zaman Kalatida," katanya dalam sebuah diskusi publik di kawasan Jati Padang, Jakarta Selatan, Rabu (22/1).
Pria yang mengenakan blankon (tutup kepala tradisional Jawa) dan berwajah brewok menambahkan, jika bangsa Indonesia ingin tampil maju sebagai bangsa kuat dan mandiri, maka keraguan tersebut harus dikikis habis. Namun demikian bukan perkara mudah untuk melakukan hal tersebut, butuh kesadaran kolektif dari semua anak bangsa untuk bisa bangkit, berlari dan tampil sebagai negara kuat.
Sebagai seorang spiritualis yang memahami ajaran Islam dan Jawa dalam bentuk batik (esoteris) Ki Hardono bersama dengan puluhan orang aktivis menggelar upacara adat dengan tujuan mendoakan bangsa Indonesia agar segera keluar dari zaman Kalatida menuju zaman Kala Mukti (zaman keemasan).
Upacara adat dimulai dengan menyajikan dua buah tumpeng dalam tiga tumpeng berbeda. Satu tumpeng berisi nasi kuning lengkap dengan sayuran dan lauk-pauk. Tumpeng kedua berisi nasi putih dan tumpeng ketiga berisi kembang tujuh rupa, kopi hitam, kopi manis, rokok, kacang, pisang dan ketan hitam.
Ki Hardono sendiri memulai upacara ritual adat dengan berdoa kepada Tuhan dan memohon intervensi Tuhan agar bangsa Indonesia segera keluar dari kemelut dan tampil menjadi bangsa kuat dan disegani banyak negara (gemah ripah loh jinawi kajen karingan). Kemudian Ki Kardono memimpin doa bersama dan diikuti oleh puluhan aktivis dan awak media yang hadir.
"Ya Tuhan limpahkan rahmat sejahtera kepada pemimpin amanah. Ya tuhan berilah keadilan kepada pemimpin yang tidak amanah. Semoga Tuhan memberkati kita semua," kata Kardono yang disertai ucapan Amin para peserta yang hadir.
Setelah berdoa bersama, tumpeng disantap bersama-sama oleh puluhan orang yang hadir dalam diskusi tersebut. (BHD)
Bagikan
Berita Terkait
Fraksi Golkar Minta Rencana Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Ditinjau Kembali

Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya

Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Diklaim Sudah Disetujui, Bakal Habiskan Anggaran Rp 9 Miliar

Tulis Sejarah Ulang Indonesia, Menbud Fadli Zon Libatkan 113 Penulis

AKSI Kritik Proyek Penulisan Ulang 'Sejarah Resmi', Disebut sebagai 'Kebijakan Otoriter untuk Legitimasi Kekuasaan'

Kenapa Kita Halalbihalal sepanjang Bulan Syawal? Ini Asal-Usul dan Sejarahnya yang Jarang Diketahui

Sultanah Nahrasiyah, Jejak Perempuan Pemimpin dari Samudra Pasai

Petualangan Waktu ke Samudra Pasai, Melihat Kehidupan Masyarakat Pesisir di Kerajaan Besar Bercorak Islam di Sumatera

Sejarah Libur Panjang Ramadan Anak Sekolah Masa Kolonial, Kisah-Kisah Seru Mengisi Waktu Libur

Menelusuri Perbedaan Penentuan Awal Puasa di Indonesia: Sejarah, Tradisi, dan Keberagaman
