Menimbang Kebaikan Versus Keburukan Kolekan Saat Ngilmu di Negeri Aing

Raden Yusuf NayamenggalaRaden Yusuf Nayamenggala - Senin, 12 Juli 2021
Menimbang Kebaikan Versus Keburukan Kolekan Saat Ngilmu di Negeri Aing

Kenali kolekan positif dan kolekan negatif saat ngilmu di Negeri Aing (Foto: pixabay/bob_dmyt)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

JARUM jam menunjuk angka 13.30 WIB. Bel berdentang kencang tanda pulang sekolah. Para siswa langsung merapihkan buku, alat tulis, memasukan tas, lalu bergegas meninggalkan kelas.

Namun, bagi beberapa siswa, setelah melintasi gerbang sekolah tujuan selanjutnya bukan rumah. Mereka memilih nongkrong dulu di dekat sekolah.

Baca Juga:

Ragam Tipe Anak Ekskul Ketika Ngilmu di Negeri Aing Masih Tatap Muka

Biasanya, warung kopi atau pedagang kecil jadi tempat nongkrong favorit di dekat sekolah. Ketika sedang asyik nongkrong dan berbagi canda tawa, tiba-tiba ada seseorang teman menghampiri.

"Woy kolekan Rp5.000 rata nih, ada alumni 'pentolan' dateng," ujar Mr.A kepada teman-teman sedang nongkrong, dengan sedikit unsur pemaksaan.

Dilema menghantui saat diminta kolekan oleh senior atau pentolan sekolah (Foto: pixabay/syafrani_jambe)

Para siswa di tongkrongan mau enggak mau harus memberikan uang kolekan tersebut, karena jika tidak, keselamatannya akan terancam, dan dijauhi karena dianggap enggak punya solidaritas.

Meskipun kolekan hampir mirip dengan patungan, tapi berbeda konteks lantaran adanya unsur pemaksaan. Biasanya, saat ada kolekan untuk pentolan, alumni atau senior, banyak siswa mungkin sebenarnya menggerutu tidak ikhlas, namun harus memberi uang demi keamanan diri.

Bila ada beberapa siswa di tongkrongan tidak mau memberi 'kolekan' saat ditagih utusan 'pentolan', biasanya sang 'pentolan' datang menghampiri seraya memberikan ancaman.

Dalam menagih kolekan, sang pentolan berdalih jaminan keamanan dan akan dibela bila terjadi sesuatu kepada si pemberi alias anak-anak tongkrongan.

Uang hasil kolekan tersebut, biasanya digunakan para pentolan untuk membeli rokok, 'nokip', biaya operasional tawuran, dan hal negatif lainnya.

Bila hanya diminta kolekan uang senilai Rp2.000 dalam intensitas sangat jarang, mungkin enggak menjadi masalah besar. Namun, biasa bikin jengkel ketika 'pentolan' meminta barang-barang secara paksa, dari mulai hoodie, ponsel, jam tangan, dan sebagainya.

Baca Juga:

Pekerjaan Rumah Kerap Menjadi 'Pekerjaan Sekolah' Saat Ngilmu di Negeri Aing

Tindakan seperti itu merupakan sebuah hal negatif tak patut dicontoh dan bisa menjadi kebiasaan buruk bagi generasi penerus. Selain akan memicu 'ajang balas dendam' saat para junior sudah menjadi senior nanti, tentu saja aksi tersebut tidak dibenarkan secara hukum.

Kolekan dengan unsur pemaksaan cendrung melakukan pemerasan, bisa dijerat hukuman pidana. Hal itu tertuang pada Pasal 368 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Pasal tersebut berbunyi "Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun,".

Lawan segala tindak pemerasan seperti halnya kolekan negatif dengan unsur pemaksaan bahkan ancaman (Foto: pixabay/stocksnap)

Berbicara soal kolekan, salah satu korban kolekan di masa SMA dulu, Rafi (23), membeberkan sedikit pengalamannya. Ia menjelaskan pernah merasakan kena 'kolek' beberapa kali saat nongkrong di dekat sekolah.

"Waktu itu sih namanya kolekan udah biasa, apalagi kalo ada alumni datang. Gayanya tengil banget. Alasannya buat ngejamu alumni gitu dah," jelasnya.

Namun Rafi tak menampik dalam dirinya merasa sedikit jengkel bila sering diminta kolekan. Ia sempat melakukan perlawanan dan memberikan pelajaran pada peminta kolekan.

"Kalo sekali dua kali sih oke lah. Tapi gue sama anak-anak lain kesal juga lama-lama. Apalagi kalau pas lagi pegang duit ngepas. Akhirnya gue sama anak-anak berani buat ngelawan, dan ngeributin tuh orang," paparnya.

Tapi dalam aksi perlawannya, Rafi dan kawan-kawan tak sendirian, melainkan mencari bantuan dari para senior-senior dikenal baik olehnya. Hingga akhirnya para 'jagoan' tukang 'ngolekin' kapok.

"Waktu itu gue dan temen-temen posisinya masih jadi junior, karena itu gue bilang ke senior-senior sepaham, dan mereka akhirnya mau bantu. Tipsnya gitu juga sih biar enggak kena kolek. Lu dekatin senior-senior cukup berpengaruh di sekolah, biar lu aman bro," jelas Rafi.

kolekan
Enggak melulu harus tunduk pada kolekan dengan pemaksaan. (Unsplash-Element5Digital)

Namun, kolekan jangan digeneralisasi punya stigma negatif. Kolekan tidak melulu dalam artian negatif, lantaran ada 'kolekan' positif saat Ngilmu di Negeri Aing. Ketika teman sekelas mengadakan kolekan untuk menjenguk teman sakit tentu bisa jadi hal positif.

Biasanya ketua kelas berkeliling dari meja satu menuju meja lain untuk meminta kolekan uang seikhlasnya. Nantinya, uang tersebut akan dipergunakan membeli buah atau makanan untuk diberikan kepada teman sedang sakit.

Kolekan positif lainnya, ketika waktu istirahat, teman sekelas menghimpu uang untuk membeli rujak dalam jumlah banyak, dengan tujuan dimakan bersama-sama, untuk mempererat tali persahabatan.

Kolekan tak melulu dalam arti negatif, tapi bisa dari sudut pandang positif, seperti halnya kolekan untuk penggalangan dana korban bencana alam atau teman yang sakit (Foto: pixabay/emaji)

Sementara itu, dari sisi kekiniannya, kolekan tak hanya dengan cara konvensional, melainkan lewat sebuah website. Seperti halnya kitabisa.com.

Website tersebut merupakan wadah untuk berdonasi dan menggalang dana secara online. Setiap orang bisa memberikan bantuannya melalui platform tersebut. Biasanya penggalangan dana untuk korban bencana alam, atau untuk kegiatan kemanusiaan, atau gerakan sosial lainnya.

Keamanan pengumpulan data di kitabisa.com pun cukup terjamin lantaran telah memiliki izin PUB (Pengumpulan Uang dan Barang) dari Kementerian Sosial untuk kategori umum dan kategori bencana alam. Tak heran bila banyak orang percaya memberikan kolekan 'positif' lewat paltform tersebut.

Kolekan positif tersebut mengingatkan pada tradisi gotong royong di Negeri Aing. Seperti dikutip dari Kemendikbud.go.id, Gotong Royong merupakan bentuk kerjasama kelompok untuk mencapai hasil positif tanpa memikirkan dan mengutamakan keuntungan bagi salah satu individu atau kelompok saja, melainkan untuk kebahagian bersama.

Budaya gotong royong memiliki nilai moral baik dalam kehidupan masyarakat. (Ryn)

Baca Juga:

Meja Sekolah Jadi Arena Psywar Anak Pagi Versus Siang

#Ekonomi #Keuangan #Juli Ngilmu Di Negeri Aing
Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special

Berita Terkait

Lifestyle
Mengaitkan Tabungan dan Kredit: Langkah Baru Menuju Inklusi Keuangan
Cara ini tidak hanya mendorong kebiasaan finansial yang sehat, tetapi juga memperluas akses terhadap kredit secara bertanggung jawab.
Dwi Astarini - Jumat, 24 Oktober 2025
Mengaitkan Tabungan dan Kredit: Langkah Baru Menuju Inklusi Keuangan
Berita Foto
Realisasi Investasi Indonesia Triwulan III Tahun 2025 Tembus Rp491,4 Triliun
Suasana pembangunan gedung perkantoran di Kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (23/10/2025).
Didik Setiawan - Kamis, 23 Oktober 2025
Realisasi Investasi Indonesia Triwulan III Tahun 2025 Tembus Rp491,4 Triliun
Lifestyle
Ramalan Zodiak, 24 Oktober 2025: Prediksi Asmara dan Keuangan, Apakah Aman?
Simak ramalan zodiak hari ini, 24 Oktober 2025, khusus fokus pada asmara dan keuangan. Dapatkan tips praktis agar hari Anda penuh keberuntungan dan cinta.
ImanK - Kamis, 23 Oktober 2025
Ramalan Zodiak, 24 Oktober 2025: Prediksi Asmara dan Keuangan, Apakah Aman?
Indonesia
8 Nota Kesepahaman Kerja Sama Indonesia dan Brazil, Dari Energi sampai Peternakan
Pemerintah Indonesia dan Brazil serta badan usaha dari kedua negara menandatangani delapan nota kesepahaman (MoU) kerja sama.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 23 Oktober 2025
8 Nota Kesepahaman Kerja Sama Indonesia  dan Brazil, Dari Energi sampai Peternakan
Indonesia
BI Tahan Suku Bunga Acuan, Perang Tarif AS Bikin Ekonomi Dunia Melemah
Berbagai indikator menunjukkan kebijakan tarif AS memperlemah kinerja perdagangan global, tercermin dari melambatnya ekspor dan impor di sebagian besar negara.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 22 Oktober 2025
BI Tahan Suku Bunga Acuan, Perang Tarif AS Bikin Ekonomi Dunia Melemah
Indonesia
Diskon Tiket Pesawat Saat Natal dan Tahun Baru Capai 14 Persen, Tapi Hanya Untuk Kelas Ekonomi
Kementerian Keuangan turut memberikan dukungan dengan menanggung sebagian pajak pertambahan nilai (PPN) untuk pembelian tiket pesawat sebesar kurang lebih 6 persen.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 22 Oktober 2025
Diskon Tiket Pesawat Saat Natal dan Tahun Baru Capai 14 Persen, Tapi Hanya Untuk Kelas Ekonomi
Lifestyle
Ramalan Zodiak, 22 Oktober 2025: Keuangan Menipis, Asmara Kandas?
Ramalan harian 22 Oktober 2025 untuk 12 zodiak: fokus keuangan dan asmara. Temukan tips cerdas agar hari Anda lebih mantap dari segi cinta dan uang.
ImanK - Selasa, 21 Oktober 2025
Ramalan Zodiak, 22 Oktober 2025: Keuangan Menipis, Asmara Kandas?
Lifestyle
Ramalan Zodiak, 20 Oktober 2025: Karier Terangkat, Asmara Terguncang?
Cari tahu ramalan zodiak 20 Oktober 2025 tentang karier dan asmara. Lengkap dengan tips harian untuk semua zodiak. Baca selengkapnya di sini.
ImanK - Minggu, 19 Oktober 2025
Ramalan Zodiak, 20 Oktober 2025: Karier Terangkat, Asmara Terguncang?
Lifestyle
Ramalan Zodiak 18 Oktober 2025: Cinta dan Uang, Siapkah Kamu?
Simak ramalan zodiak hari ini, 18 Oktober 2025, lengkap dengan prediksi keuangan & asmara. Plus tips menghadapi masalah finansial dan percintaan.
ImanK - Jumat, 17 Oktober 2025
Ramalan Zodiak 18 Oktober 2025: Cinta dan Uang, Siapkah Kamu?
Lifestyle
Ramalan Zodiak, 17 Oktober 2025: Cinta dan Keuangan Jadi Fokus
Ramalan zodiak hari ini, 17 Oktober 2025, mengungkap kabar cinta dan keuangan untuk semua bintang. Cari tahu apakah hari ini penuh peluang atau justru harus waspada. Lengkap dengan saran praktis untuk setiap zodiak.
ImanK - Kamis, 16 Oktober 2025
Ramalan Zodiak, 17 Oktober 2025: Cinta dan Keuangan Jadi Fokus
Bagikan