Koalisi Jokowi-Ma'ruf Tidak Perlu Ada Penambahan Partai

Andika PratamaAndika Pratama - Selasa, 02 Juli 2019
Koalisi Jokowi-Ma'ruf Tidak Perlu Ada Penambahan Partai

Jokowi-Ma'ruf Amin. Foto: ANTARA

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih.com - Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Iding Rosyidin menyebutkan tidak perlu ada penambahan partai lagi untuk tergabung dalam koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin.

"Kalau kita berbicara soal perspektif demokrasi, tapi menurut saya tidak terlalu penting (koalisinya) harus besar karena kalau oposisinya kecil, 'check and balances'-nya kurang," ujar Iding saat dihubungi di Jakarta, Senin (1/7).

Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Iding Rosyidin

Partai Amanat Nasional (PAN) yang sejak awal menjadi partai koalisi Prabowo-Sandiaga, misalnya, Iding mengatakan sebaiknya PAN tidak bergabung dengan koalisi Jokowi-Ma’ruf.

BACA JUGA: Prabowo: Koalisi Indonesia Adil Makmur Bubar

Sedangkan Demokrat, Iding menilai sejak awal bergabung dalam koalisi Prabowo hanya untuk memenuhi persyaratan Prabowo untuk maju pada pencalonan Pilpres 2019.

"Kalau Demokrat kan meskipun dia di koalisi (Prabowo-Sandi), kemarin kan sekadar memenuhi persyaratan aja, tidak sepenuhnya kelihatan Demokrat itu," ucapnya dilansir Antara.

Di sisi lain, secara hitungan kursi parlemen, koalisi Jokowi-Ma’ruf Amin sudah unggul. Maka dari itu, penambahan partai koalisi tidak terlalu diperlukan, katanya lagi.

Sementara itu, keputusan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk tetap menjadi partai oposisi dinilai Iding sudah tepat.

"PKS itu kan dia kekuatan menengah. Sebetulnya PKS juga menurut saya bagus di oposisi dengan Gerindra dengan kemenangan calegnya yang lumayan 10 persen itu pencapaian tertinggi bagi PKS,” jelasnya.

Namun, Iding menegaskan oposisi yang tepat adalah oposisi yang dapat memberikan kritik sekaligus solusi, bukan kritik yang terkesan "nyinyir".

Ia mencontohkan ketika pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat Demokrat berkuasa, PDI-P sebagai partai lawan merupakan contoh oposisi yang dapat menjadi penyeimbang pemerintahan saat itu.

"Masalahnya tinggal bagaimana cara melakukan oposisinya. Nah kekeliruan Gerindra itu oposisinya cenderung asal kritik. Oposisi itu harus memilah isu apa yang pantas dikritisi dan tidak," ujarnya.

Terkait pentingnya peran oposisi dalam suatu pemerintahan, ia menjelaskan oposisi menjadi penting karena berfungsi sebagai penyeimbang dan kontrol kekuasaan supaya terhindar dari tindakan yang korup.

Jokowi-Ma'ruf Amin. Foto: ANTARA

BACA JUGA: Koalisi Adil Makmur Bubar, PAN Terbelah Tentukan Arah Politik

"Di negara manapun dengan sistem otoriter, misalnya, pasti terjadi fenomena korupsi luar biasa karena tidak ada yang mengontrol," tuturnya. (*)

#UIN Syarif Hidayatullah #Jokowi-Ma'ruf Amin
Bagikan
Ditulis Oleh

Andika Pratama

Berita Terkait

Indonesia
Petugas Pemadam Respons Cepat, Kebakaran UIN Ciputat Hanya di Ruang Sekretariat Rektorat
Ruangan rektor dan wakil rektor tidak terdampak oleh kebakaran ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Senin, 30 Desember 2024
Petugas Pemadam Respons Cepat, Kebakaran UIN Ciputat Hanya di Ruang Sekretariat Rektorat
Indonesia
Tular Nalar Mafindo: 'Melek' Hoaks di Tengah Hiruk Pilkada 2024
Semoga kegiatan ini bisa membantu mahasiswa berpikir kritis
Angga Yudha Pratama - Rabu, 09 Oktober 2024
Tular Nalar Mafindo: 'Melek' Hoaks di Tengah Hiruk Pilkada 2024
Indonesia
Survei Charta Politika Sebut 61 Persen Pemilih Jokowi Pilih Ganjar
Salah satu yang menarik dari survei nasional ini adalah 61 persen pemilih Jokowi-Ma'ruf yang menetapkan pilihannya ke Ganjar Pranowo
Andika Pratama - Senin, 15 Mei 2023
Survei Charta Politika Sebut 61 Persen Pemilih Jokowi Pilih Ganjar
Indonesia
Survei Algoritma: Masyarakat Puas Kinerja Jokowi, tapi Tak Setuju Pemilu Ditunda
Namun, hal tersebut tak lantas membuat wacana penundaan pemilu atau perpanjangan masa jabatan presiden mendapat kata setuju dari mayoritas publik.
Andika Pratama - Senin, 23 Januari 2023
Survei Algoritma: Masyarakat Puas Kinerja Jokowi, tapi Tak Setuju Pemilu Ditunda
Indonesia
Ada Kemunduran Demokrasi di 3 Tahun Kepemimpinan Jokowi-Ma'ruf Amin
"Ada kemunduran demokrasi yang sangat signifikan dan perlu menjadi perhatian serius pemerintah. Kasus peretasan, doxing dan berbagai kasus lainnya yang menimpa aktivis pro demokrasi," imbuhnya.
Andika Pratama - Jumat, 21 Oktober 2022
Ada Kemunduran Demokrasi di 3 Tahun Kepemimpinan Jokowi-Ma'ruf Amin
Indonesia
Tindakan Represif Aparat Penegak Hukum Meningkat di 3 Tahun Jokowi-Ma'ruf
Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Fitri Maulidiyanti menilai, janji Jokowi melakukan reformasi Polri demi meningkatkan kepercayaan publik kepada Polri juga dianggap belum berhasil.
Mula Akmal - Jumat, 21 Oktober 2022
Tindakan Represif Aparat Penegak Hukum Meningkat di 3 Tahun Jokowi-Ma'ruf
Bagikan