Kisah Pejuang Citayam Raden Sungging Bangkit dari Kubur


Makam tokoh pejuang Citayam Raden Sungging, Citayam, Kota Depok, Jawa Barat. (Foto: MerahPutih/Noer Ardiansjah)
MerahPutih Budaya - Pada zaman kolonial Belanda, pelbagai arus kisah heroik di setiap daerah menggaung seiring dengan ilmu kanuragan para tokoh-tokoh lokal tersebut miliki. Misalnya kisah kepahlawanan Raden Sungging, tokoh kharismatik masyarakat Citayam, Kota Depok tempo dulu.
Raden Sungging, menurut cerita dari sesepuh Citayam, memiliki sebuah ajian ilmu di mana membuat gentar kolonial Belanda terhadap dirinya dan juga masyarakat Citayam pada masa itu.
Lantas, apa kesaktian yang beliau miliki?
Kehidupan masyarakat pribiumi masa kolonial Belanda, terlebih memasuki abad ke-17 akhir, penindasan serta penistaan semakin luas menyeruak. Jerit tangis bocah kecil dan janda-janda menggema saat melihat jasad suaminya terbujur kaku karena kekerasan kolonial Belanda beserta kaki-kaki tangannya.
Ihwal demikian, pun terasa hingga ke pelosok daerah seperti Citayam. Kekejaman kolonial Belanda membuat salah seorang ulama dengan perawakan tubuh kecil, janggut panjang, dengan sorban yang selalu hijau tampil membakar semangat masyarakat Citayam untuk melakukan perlawanan.
(Makam Raden Sungging. Foto MerahPutih/Noer Ardiansjah)
Selain terkenal ilmu agama yang tinggi, Raden Sungging juga memiliki ilmu kedigjayaan tinggi. Karena itu, masyarakat Citayam mengusung dirinya menjadi pemimpin pergerakan rakyat lokal.
"Beliau (Raden Sungging), ulama dengan banyak karomah. Melihat penindasan merajalela, membuat dirinya mengajak masyarakat menegakkan keadilan," jelas sesepuh setempat KH Asnawi (80) di rumahnya, Jalan Pondok Terong, Citayam, Depok, Jawa Barat, Selasa (12/4).
Berasarkan cerita turun-temurun, kata KH Asnawi, awalnya Raden Sungging tidak terlalu memedulikan kekejaman kolonial asalkan tidak menyakiti masyarakat Citayam. "Namun, masyarakat pribumi juga ditindas. Makanya dilakukan perlawanan," katanya.
Merasa gerakan tersebut membahayakan, para serdadu kolonial Belanda justru menantang Raden Sungging beserta murid-muridnya bertempur. Tantangan tersebut pun disambut ulama tersohor itu dengan sebuah catatan, tidak melakukan perang di Citayam.
"Mbah Raden Sungging tidak mau rakyat kecil menjadi korban peperangan tersebut. Kemudian, Raden Sungging mengajak kolonial Belanda untuk berperang di daerah Bekasi," paparnya.
Peperangan tersebut pecah riuh bergemuruh. Dengan menggunakan senjata andalan, yakni sebilah keris, Raden Sungging beserta murid-muridnya membuat pasukan penjajah Belanda tunggang-langgang menuju daerah Meester (sekarang Jatinegara).
(KH Asnawi. Foto MerahPutih/Noer Ardiansjah)
Merasa tidak puas karena menanggung kekalahan yang begitu telak, para penjajah yang melarikan diri meminta bantuan pasukan kolonial lainnya. "Dari jumlah jelas kalah. Akhirnya Raden Sungging menyerah dengan terpaksa. Beliau lakukan hal itu agar tidak ada pertumpahan darah lebih banyak bagi murid-murid dan pejuang Citayam," ungkap KH Asnawi.
Perdamaian pun terjadi. Raden Sungging akhirnya dipenjara serta mendapat hukuman mati dari pihak kolonial. Sedangkan sisa pejuang lainnya balik ke Citayam dirudung kesedihan begitu mendalam mengingat sang pemimpin mereka menyerahkan diri ke tangan kolonial Belanda.
Sebagai permintaan terakhir, Raden Sungging meminta sebatang rokok untuk dihisap. Anehnya, setelah rokok tersebut habis, nyawa sang pejuang pun berakhir. Tubuhnya yang penuh dengan perjuangan berat tersungkur.
"Selama seminggu, makam Raden Sungging dijaga oleh para pasukan kolonial. Setelah seminggu terlewati, para penjajah pun mengangkatkan kaki. Setelah mereka hilang, tiba-tiba jasad Raden Sungging sudah berada di Citayam. Mengobarkan semangat masyarakat lokal untuk melanjutkan pertempuran. Belanda tahu, Raden Sungging bangkit dari kubur, akhirnya Belanda tidak berani lagi menindas masyarakat dan Citayam terbebas dari kejahatan kolonial," pungkasnya. (Ard)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Fraksi Golkar Minta Rencana Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Ditinjau Kembali

Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya

Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Diklaim Sudah Disetujui, Bakal Habiskan Anggaran Rp 9 Miliar

Tulis Sejarah Ulang Indonesia, Menbud Fadli Zon Libatkan 113 Penulis

AKSI Kritik Proyek Penulisan Ulang 'Sejarah Resmi', Disebut sebagai 'Kebijakan Otoriter untuk Legitimasi Kekuasaan'

Kenapa Kita Halalbihalal sepanjang Bulan Syawal? Ini Asal-Usul dan Sejarahnya yang Jarang Diketahui

Sultanah Nahrasiyah, Jejak Perempuan Pemimpin dari Samudra Pasai

Petualangan Waktu ke Samudra Pasai, Melihat Kehidupan Masyarakat Pesisir di Kerajaan Besar Bercorak Islam di Sumatera

Sejarah Libur Panjang Ramadan Anak Sekolah Masa Kolonial, Kisah-Kisah Seru Mengisi Waktu Libur

Menelusuri Perbedaan Penentuan Awal Puasa di Indonesia: Sejarah, Tradisi, dan Keberagaman
