Kisah di Balik Sejarah Maskot Asian Games


Maskot Asian Games 2018. (Sumber: kompas.id)
PESTA Olahraga Asia atau Asian Games bakal segera dimulai. Sebanyak 45 negara telah menyiapkan sejumlah atlet terbaiknya untuk terjun dalam ajang Asiad (dari Asia dan Olimpiade) tersebut.
Indonesia selaku tuan rumah telah menyiapkan seluruh kelengkapan, mulai infrastruktur sampai simbol atau maskot Asian Games 2018.
Tiga maskot tersebut, di antaranya Bhin-bhin, Atung, dan Kaka.
Maskot bukan sekadar simbol belaka, tapi lebih jauh merupakan perwujudan identitas negara penyelenggara.
Sepanjang gelaran Asian Games, maskot kali pertama hadir pada penyelenggaraan pesta olahraga Asia di India tahun 1982.
Pengenalan Maskot
Jumat, 19 November 1982, ajang olahraga empat tahunan Asia digelar di India. Kota New Delhi, dipercaya Dewan Olimpiade Asia (OCA) menjadi tuan rumah dalam penyelenggaran Asian Games untuk kedua kalinya, setelah pada 1951.
Selain membawa gaung pesta olahraga ke tempat semula, 'wajah' Asian Games 1982 juga tampak baru.
Saat itu, untuk kali pertama Asiad menggunakan maskot sebagai lambang dari negara penyelenggara. India memilih gajah dengan nama Appu, sebagai ikonik atau maskot Asian Games 1982.
"Appu merupakan wujud dari semangat kekuatan, kebijaksanaan, dan kesetiaan. Appu menjadi tonggak dari penggunaan maskot di ajang Asian Games," kata Krishan Datta, seperti dikutip dari Business and Economy.
Sejak kemunculan Appu, maskot lain dari tiap negara Asia bermunculan. Pada Asian Games 1986 di Seoul, Korea Selatan, seekor harimau yang menjadi hewan legendaris negeri ginseng itu diorbitkan dengan nama Hodori.
Empat tahun kemudian, giliran negeri tirai bambu. Mereka mengenalkan Pan Pan, seekor panda khas Tiongkok yang menjadi ikon negera tersebut saat menjadi tuan rumah Asian Games 1990.
Maskot Asiad terus bermunculan di setiap negara tuan rumah. Pada Asian Games 1994, dua ikon bernama Poppo dan Cuccu ditongolkan Jepang. Asian Games 1998, Thailand mengenalkan Chai-yo.
Sementara, Asian Games 2002 Korea Selatan mengenalkan Duria sebagai maskotnya. Pada Asian Games 2006, Qatar menjadi perwakilan negara Arab yang menjadi tuan rumah gelaran tersebut, dan mengenalkan maskot Orry kepada khalayak.
Memasuki Asian Games 2010, Tiongkok tak lagi menggunakan Pan Pan sebagai maskot. Diganti oleh A Xiang, A He, A Ru, A Yi, dan Le Yangyang. Pada Asian Games 2014, Korea Selatan mengenalkan tiga maskot sekaligus; Barame, Chumuro, dan Vichuon.
Makna Maskot
Kehadiran maskot dalam ajang Asian Games, bukan sekadar sebagai ikonik semata. Seperti dikutip dari www.scroll.in, dimunculkan maskot dalam setiap negara agar menjadi media promosi untuk sang tuan rumah. "Penggunaan maskot ini juga menjadi misi tersendiri dari masing-masing negara tuan rumah. Ada aspek kebudayaan yang dimasukkan di situ."
Selain berguna sebagai media promosi kearifan lokal, penggunaan maskot di ajang Asian Games juga menjadi alat untuk menggaungkan persatuan, kebersamaan, dan solidaritas antarsesama negara Asia.
Hal tersebut, tampak pada saat penyelenggaraan Asian Games 1994 di Hiroshima, Jepang. Maskot Poppu dan Cuccu, sepasang merpati putih, digambarkan sebagai lambang perdamaian dan keharmonisan.
Tak hanya itu, pada Asian Games 2002 di Busan, Korea Selatan, hal sama juga dilakukan pemerintah negara tersebut. Penggunaan Duria sebagai maskot, merupakan gabungan dari kata durative dan Asia.
Pada 2018, giliran Indonesia menongolkan Bhin-bhin, Atung, dan Kaka. Ketiga maskot tersebut, seperti dilansir kompas.com, membawa pesan kekuatan, strategi, dan kecepatan yang menjadi patron dari Energy of Asia. (*)
Bagikan
Berita Terkait
Timnas Indonesia U-22 Menang, CdM Lexy Minta Pemain Jaga Konsistensi

CdM Tunggu Daftar Cabor dan Kontingen SEA Games 2023 dari Kemenpora
