Kenangan Penyair Hujan Bulan Juni

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Senin, 20 Juli 2020
Kenangan Penyair Hujan Bulan Juni

Sapardi Djoko Damono. (Foto: Antara)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih.com - Masyarakat Indonesia, kehilangan Sapardi Djoko Damono seorang sastrawan nan sederhana yang menjadi panutan para penggiat seni tanah air.

Sapardi Djoko Damono menghembuskan nafas terakhirnya di Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan, pukul 09.17 WIB, di usia ke-80 tahun.

Di mata seniman, Sapardi merupakan sosok penyair yang selalu mengayomi generasi muda di bawah usianya.

Sapardi dikenal orang yang sangat baik, kritik dan sarannya pun selalu diterima oleh generasi di bawahnya.

Sapardi mengganggap generasi di bawah usianya sebagai sahabat yang selalu memberikan ilmu tentang puisi dan syair.

"Jadi ga ada jarak antara kita dan Pak Sapardi," Senimal Noorca Massardi saat dihubungi MerahPutih.com, Minggu (19/7).

Baca Juga:

Bangun Museum Nabi di Reklamasi Ancol, DKI Jakarta Bantah Mainkan Isu Agama

Almarhum yang dikenal dengan puisi 'Hujan Bulan Juni' ini orangnya sangat humoris dan bersahaja. Berbagai penghargaan di dalam negeri maupun luar negeri ia terima sejak debutnya di dunia sastra.

Sapardi selalu membuat rekan sebayanya dan generasi di bawahnya kerap terpingkal dengan candaan yang ia celotehkan.

Noorca menganggap Sapardi sosok yang langka di kalangan seniman Indonesia karena kesederhanaannya, dan sifat humorisnya saat berdiskusi.

"Dia orangnya selalu bercanda dan kami merasa dia sosok yang langka di banding dengan generasinya," kenangnya.

Sapardi Djoko
Sapardi Djoko Darmono

Puisi-puisi yang dibuat Sapardi, kata Noorca, sangat sederhana kata yang ia gunakan menggunakan bahasa Indonesia yang sangat sederhana dan mudah mengerti. Puisinya pun tidak mengandu banyak kiasan atau metafora.

Sapardi Djoko Damono yang lahir di Surakarta pada 20 Maret 1940, merupakan pujangga bergelar profesor. Menulis sejak duduk di bangku SMP dan terus berkembang sampai akhir hayatnnya.

Waktu subuh adalah waktu Sapardi untuk menulis puisi- puisi yang bukan hanya membuat ia bahagia. Tetapi pembaca akan terhanyut dalam nafas puisi, essai, dan opininya. Puisinya, essai, atau kolomnya bukan selalu tentang romansa.

Tetapi, kritik sosial seperti Dongeng Marsinah, terkait kemarahan sang penyair pada pembunuhan buruh perempuan tersebut.

Puisinya sangat populer di antaranya adalah "Aku Ingin", "Hujan Bulan Juni", "Pada Suatu Hari Nanti", "Akulah si Telaga", dan "Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari".

"Bagi saya nulis ya nulis. Karya yang paling baik ya karya yang sering saya tulis. Maka saya tidak akan berhenti nulis, sampai mati," ujar Sapardi Dilansir dari Kantor Berita Antara.

Menulis, bagi ia, bukan untuk mengukir namanya dalam keabadian tetapi untuk mendapatkan kebahagia.

"Syukur-syukur kalau dibaca dan dapat honor," katannya.

Berikut 10 puisi Sapardi Djoko Damono yang terkenal di masyarakat:

- Hujan Bulan Juni
- Aku Ingin
- Pada Suatu Hari Nanti
- Yang Fana Adalah Waktu
- Sajak Kecil Tentang Cinta
- Hatiku Selembar Daun
- Menjenguk Wajah di Kolam
- Kenangan
- Sementara Kita Saling Berbisik
- Sajak Tafsir (Asp)

Baca Juga:

Pemerintah DKI Janji Perpanjang dan Perlebar Jalur Sepeda

#Sapardi Djoko Damono #Penyair Indonesia
Bagikan

Berita Terkait

Lifestyle
Penyair Romantis Joko Pinurbo Tutup Usia
Joko Pinurbo meninggal di usia 61 tahun.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 27 April 2024
Penyair Romantis Joko Pinurbo Tutup Usia
Lifestyle
Sapardi Djoko Damono Jadi Gambar Google Doodle
Sapardi Djoko Damono berulang tahun yang ke-83.
Andreas Pranatalta - Senin, 20 Maret 2023
Sapardi Djoko Damono Jadi Gambar Google Doodle
Bagikan