Kenali Tiga Tipe Perang Modern (Bagian Pertama)


Kendaraan tempur Alutsista TNI (Foto: MerahPutih/Venansius Fortunatus)
MerahPutih Peristiwa - Setelah perang dunia kedua dan perang dingin usai peta politik global mengalami perubahan. Perang antarnegara tidak lagi menggunakan kekuatan militer dan pengerahan senjata semata.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih potensi terjadinya perang konvensional antara dua negara bisa dibilang kecil. Karakteristik perang juga mengalami pergeseran. Kini, muncul perang jenis baru, yakni perang asimetris, perang hibrida, dan perang proxy.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam bukunya berjudul "Memahami Ancaman, Menyadari Jati Diri Modal Membangu menuju Indonesia Emas" secara detil merinci ketiga jenis perang gaya baru tersebut.
Perang asimetris secara umum bisa dijelaskan sebagai perang antara kedua belah pihak yang kekuatannya tidak seimbang.
"Pihak yang lemah tidak akan secara terang-terangan berhadapan dengan pihak yang kuat. Cara yang dilakukan adalah dengan mengggunakan cara-cara di luar kebiasaan, salah satunya dengan menggunakan taktik perang gerilya," tulis Jenderal Gatot Nurmantyo.
Perang hibrida adalah perang yang menggabungkan teknik perang konvensional dan perang informasi untuk mengalahkan musuhnya.
Pihak yang memiliki kekuatan besar, tulis mantan KSAD ini, akan menggunakan kekuatan militer untuk menghabisi musuhnya. Namun jika keadaan tidak menguntungkan strategi yang mereka gunakan adalah dengan menyebarkan informasi palsu, kemudian menjatuhkan wibawa negara lewat kampanye hitam.
"Atau melakukan infiltrasi yang tujuan akhirnya adalah menghancurkan musuh," jelas alumnus akademi militer tahun 1982 itu.
Dan, perang proxy adalah pertikaian antara dua negara atau kekuatan besar yang tidak saling berhadapan langsung. Biasanya mereka menggunakan pihak ketiga untuk menghancurkan musuhnya. Dalam perang jenis ini tidak mudah untuk mengenali siapa kawan dan siapa lawan.
"Biasanya pihak ketiga yang bertindak adalah negara kecil, organisasi masyarakat, kelompok masyarakat atau perorangan," demikian Jenderal Gatot Nurmantyo.
Berdasarkan data litbang Merahputih.com, sejak menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis (Pangkostrad) Gatot Nurmantyo sudah menyampaikan berkali-kali soal ancaman perang proxy.
Dalam sebuah simposium nasional di Universitas Indonesia, Senin 10 Maret 2014, Gatot memaparkan bahwa pemicu terjadinya perang saat ini adalah soal energi. Ia memaparkan sekitar tahun 2043 sumber energi fosil akan habis dan digantikan dengan bio energi. Karena itu sasaran konflik mengarah pada lokasi yang sumber energinya banyak dan melimpah.
"Dan Indonesia salah satunya," katanya di hadapan ratusan mahasiswa.
Sementara itu wacana perang hibrida disampaikan pertama kali oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono. Dalam sebuah amanatnya yang dibacakan oleh Kapuskes TNI Mayjen TNI Dedy Achdiat Dasuki pada Senin 18 Februari 2013 dipaparkan bahwa jenis perang ini cukup rumit.
Dikatakan cukup rumit karena perang hibrida menggunakan banyak cara, bisa dengan menggunakan senjata nuklir, senjata biologi dan kimia, perang informasi hingga kemungkinan berkembangnya aksi terorisme.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, TNI diminta cepat melakukan adaptasi dengan perkembangan teknologi yang semakin cepat. Selain itu pembelian dan pengadaan alat utama sistem persenjataan juga diperlukan untuk menangkalnya. (Bhd)
BACA JUGA:
- Panglima TNI: Tanpa Resolusi Jihad Tidak Ada Hari Pahlawan
- Jenderal Gatot Nurmantyo: Panglima TNI Pertama Seorang Santri
- Selenggarakan Media Operations Training, Upaya TNI Tingkatkan Citra Positif
- Intip Atraksi Ribuan Personel TNI AD Peragakan Beladiri Yongmoodo