Kecemasan Sekolah pada Anak: Penyebab, Tanda, dan Apa yang Harus Dilakukan

P Suryo RP Suryo R - Sabtu, 23 Juli 2022
Kecemasan Sekolah pada Anak: Penyebab, Tanda, dan Apa yang Harus Dilakukan

Anak-anak harus menyesuaikan diri dengan pengaturan kelas, dan itu bisa menjadi hal yang menakutkan. (freepik/YuliiaKa)

Ukuran:
14
Audio:

"AKU tidak mau sekolah!" Ini adalah keluhan umum dari anak-anak, tetapi semakin banyak penelitian menunjukkan bahwa uangkapan itu dapat menandakan masalah yang lebih dalam: kecemasan sekolah.

Ketakutan ini mempengaruhi dua sampai lima persen anak usia sekolah, menurut Anxiety and Depression Association of America (ADAA). Pandemi tentu saja tidak membuat segalanya menjadi lebih mudah. Setelah berbulan-bulan belajar jarak jauh dan interaksi sosial yang terbatas, anak-anak harus menyesuaikan diri dengan pengaturan kelas, dan itu bisa menjadi hal yang menakutkan.

Untuk orangtua yang memiliki anak dengan masalah kelekatan, mengantar anak ke sekolah sehari-hari bisa lebih menantang. Jadi bagaimana orangtua tahu apakah protes anak adalah taktik untuk menghindari situasi yang tidak nyaman atau teriakan minta tolong yang tulus? Ikuti kiat-kiat ini untuk mengurangi kecemasan sekolah di tempat penitipan anak, prasekolah, dan sekolah dasar.

Baca Juga:

Sudah Siapkah Anakmu Masuk Sekolah?

sekolah
Beberapa anak prasekolah mungkin juga memiliki separation anxiety yang berkepanjangan, tetapi ini sepenuhnya normal. (Unsplash/Jason Sung)

Tempat penitipan anak atau daycare

Penyebab: Pada usia sekitar 8 bulan, banyak anak mengalami separation anxiety atau kecemasan ketika berpisah dari orangtua atau pengasuh. Hal itu menyebabkan mereka berteriak dan menangis setiap kali ditinggal. Kecemasan ini bertepatan dengan keterampilan intelektual baru yang disebut objek permanen: kemampuan untuk mengingat objek dan orang-orang tertentu yang tidak ada, menurut dokter anak Alan Greene, MD, FAAP dari AS.

Dengan kata lain, balita mulai mengingat kamu saat tidak ada, dan mereka merindukan kehangatan, kenyamanan, dan keakraban bersama. Anak kecil juga tidak memiliki rasa waktu, jadi mereka tidak mengerti apakah kamu akan pergi selama satu atau dua hari.

Gejala: Bayi dan balita mungkin berteriak dan bergelantungan selama pengantaran ke daycare, tetapi biasanya mereka akan berhenti begitu kamu tidak terlihat.

Cara menanganinya: Greene menyarankan untuk mempersiapkan anak dengan permainan "perpisahan", seperti petak umpet, yang menegaskan bahwa kamu akan selalu kembali setelah pergi. Kamu juga dapat mulai memperkenalkan dosis kecil pemisahan ke dalam kehidupan si kecil, seperti kunjungan ke rumah kakek atau sehari bersama tante.

"Sedikit demi sedikit, anak akan menjadi lebih nyaman menghabiskan waktu bersama kamu, karena dia tahu bahwa kamu akan kembali ketika mengatakan demikian dan karena dia memiliki hubungan yang baik, bahkan ketika kamu pergi," demikian menurut psikiater anak dan remaja Elizabeth Berger, MD seperti dituliskan Parents.com.

Ketika tiba waktunya untuk mengantar ke tempat penitipan anak, menurut Greene, perpisahan harus singkat, penuh kasih sayang, dan dengan pernyataan yang jelas bahwa kamu akan kembali. Juga hindari menyelinap keluar tanpa mengucapkan selamat tinggal; si kecil mungkin merasa bahwa mereka tidak dapat mempercayaimu. Terakhir, Greene menyarankan untuk membawa boneka binatang, selimut, atau benda lain yang menenangkan ke pusat penitipan anak.

Prasekolah atau TK


Penyebab: "Sekolah" adalah konsep abstrak untuk anak yang belum pernah ada sebelumnya. Orang-orang asing dan rutinitas bisa menakutkan bagi mereka. Beberapa anak prasekolah mungkin juga memiliki separation anxiety yang berkepanjangan, tetapi ini sepenuhnya normal. Hal ini hanya berarti bahwa seorang anak memiliki keterikatan yang kuat dengan orangtua atau pengasuhnya.

Gejala: Biasanya, anak-anak dengan kecemasan sekolah akan menunjukkan berbagai gejala yang berhubungan dengan stres atau kecemasan. Anak-anak prasekolah mungkin berbicara tentang ketakutan mereka terhadap sekolah dan meminta kepastian berulang kali, "Bisakah Ayah/Bunda tetap di sekolah bersamaku?" "Emang aku harus sekolah?" Mereka mungkin juga mengeluh tentang sakit perut atau sakit kepala, atau mereka akan mengamuk ketika siap untuk pergi ke sekolah.

Cara menanganinya: Jika anak akan memasuki usia prasekolah, ajak mereka tur sekolah beberapa hari sebelumnya, saran psikiater anak dan direktur Klinik Gangguan Kecemasan dan Stres Pediatrik Sucheta Connolly, MD di University of Illinois, Chicago, AS yang menangani anak-anak mulai usia dua tahun.

Bicaralah secara terbuka dan penuh semangat kepada anak tentang rutinitas mereka yang akan datang. Jika mereka cenderung memiliki masalah dengan situasi sosial baru, aturlah play date dengan beberapa teman sekelas baru sebelum sekolah dimulai.

Pertimbangkan juga bermain peran di rumah. Banyak anak secara kognitif siap untuk sekolah tetapi berjuang untuk menegaskan diri mereka secara sosial. Gunakan boneka untuk memerankan situasi sosial yang membuat mereka cemas, seperti bertemu guru untuk pertama kali.

Baca Juga:

Mengapa Anak Malas ke sekolah? Pahami Faktor-faktornya

anak
Gangguan kecemasan umum dan kecemasan sosial, juga dapat membuat sekolah tampak menakutkan. (freepik/pressfoto)

Sekolah Dasar (SD)


Penyebab: Kecemasan sekolah pada siswa SD memiliki banyak penyebab yang berbeda. Sebagai permulaan, anak mungkin stres dengan tuntutan kelas. "Masyarakat kita mengharapkan lebih banyak dari anak-anak kita sejak usia yang lebih muda, dan tidak semua dari mereka bisa mengatasinya," kata Connolly.

Sejalan dengan itu, siswa mungkin memiliki ketidakmampuan belajar yang tidak terdiagnosis, tambahnya. Jika mereka mengalami kesulitan dengan mata pelajaran tertentu, tetapi guru tidak menyadarinya atau berpikir bahwa siswa tersebut tidak berusaha, anak tersebut merasa khawatir akan sekolah.

Faktor lain, termasuk generalized anxiety disorder (GAD) atau gangguan kecemasan umum dan kecemasan sosial, juga dapat membuat sekolah tampak menakutkan. Anak-anak dengan GAD menderita kekhawatiran berlebihan tentang hal-hal sehari-hari: kinerja akademis, jauh dari orangtua, dan lainnya. Anak-anak dengan kecemasan sosial sering merasa sangat diawasi dan khawatir bahwa mereka akan melakukan sesuatu yang memalukan. Beberapa takut berbicara di depan kelas, sementara yang lain mengalami kesulitan bahkan berjalan ke depan kelas.

Gejala: Anak-anak mungkin memiliki gejala fisik (sakit kepala, mual, diare, sulit tidur, dan lainnya) yang muncul sebelum hari sekolah, menurut ADAA. Beberapa akan mengembangkan penolakan pada sekolah, ketakutan yang begitu kuat sehingga mereka tidak dapat dibujuk ke masuk mobil atau gedung sekolah. Jika mereka berhasil sampai ke sekolah, mereka mungkin menangis, mengeluh sakit dan nyeri, dan tidak dapat dihibur oleh guru.

Penting untuk dicatat bahwa anak-anak dengan kecemasan sekolah berjuang setiap hari, masalah itu bukan sesuatu yang mereka miliki pada suatu hari dan hilang pada hari berikutnya.

Cara menanganinya: Selalu periksakan gejala fisik berulang ke dokter anak untuk menyingkirkan masalah medis. Namun, dengan asumsi anak-anak sehat secara fisik, orangtua harus tegas untuk tidak membiarkan mereka bolos sekolah. Akui bahwa mereka merasa takut, tetapi tegaskan kembali bahwa kegugupan tidak berarti mereka tidak akan merasakan senang nantinya. Ingatkan mereka tentang situasi baru yang mereka hadapi, seperti tidur di rumah Nenek untuk pertama kalinya pergi tanpa orangtua, dan bagaimana semuanya berakhir dengan baik.

Penting juga untuk menyingkirkan masalah di sekolah atau rumah. Tanyakan kepada anak dan guru mereka apakah ada sesuatu yang mengganggu, seperti intimidasi atau ejekan. Peristiwa di rumah (pindah, perceraian, kematian hewan peliharaan keluarga, dan lainnya), mungkin juga menyebabkan perasaan negatif ini. Mengatasi masalah ini dengan tepat dapat meringankan beberapa gejala negatif.

Jika kecemasan sekolah tidak mereda selama beberapa minggu, atau jika itu memengaruhi kehidupan sehari-hari anak, mintalah mereka dievaluasi oleh profesional kesehatan mental yang berspesialisasi dalam bekerja dengan anak-anak. Kecemasan sekolah bukanlah diagnosis psikiatri, tetapi mungkin merupakan gejala gangguan kecemasan.

Perawatan biasanya dimulai dengan terapi perilaku kognitif, yang mengajarkan relaksasi dan keterampilan mengatasi dan dapat menghasilkan peningkatan perilaku selama beberapa bulan. Dokter mungkin juga meresepkan obat untuk kasus yang parah. Bekerja sama dengan ahli dan guru anak untuk membantu mereka merasa lebih nyaman di dalam kelas. (aru)

Baca Juga:

Tak Usah Pusing, Begini Cara Agar Anak Mau Pergi ke Sekolah

#Lipsus Juli Liburan Sekolah
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love

Berita Terkait

Bagikan